●●●

Pagi-pagi sekali, Zahra berangkat ke sekolah. Dia ingat berangkat pada pukul 5.12, dan sampai disekolah pukul 6.02. Sekolah masih sepi, tentu saja karena ini masih terlalu pagi.

Sebenarnya, Zahra ada tujuan jika berangkat pagi sekali. Seperti saat ini dia ingin menikmati wifi kantin yang kencengnya pakai banget untuk mendownload beberapa drakor dan album baru dari idolanya. Di rumahnya, Bunda sedang mematikan wifi karena risih mendengar suara Zahra yang nyanyi sambil teriak-teriak dengan jogetnya menirukan beberapa orang di layar laptop. Kadang Bundanya memang begitu, merasa tersaingi karena tidak bisa sebebas Zahra dalam menguntit idolanya.

Setelah beberapa menit, ibu-ibu penjual kantin mulai membereskan dagangan mereka. Mencium bau harum mie goreng, membuat cacing di perutnya kelaparan. Padahal, tadi Zahra sudah makan nasi goreng Bundanya sebelum berangkat sekolah.

"Teh, Zahra pesen mie goreng pake telor ya!" ujarnya semangat, lantas Teh Iis mengangguk singkat sebagai tanda jawaban.

"Bening atuh!"

"Jeung abi cocok teu nya?"

"Teu, cocokan jeung anak-anak muda lah."

Bodo amatlah. Zahra tidak peduli ibu-ibu itu bergosip tentang apaan, yang penting Zahra sudah selesai mendownload beberapa drakor. Dia membuka ponselnya, ada pesan dari Fani.

Papan Seket : Dmna l?

Zahra menguap lebar, nama Fani dikontaknya memang begitu. Itu karena Mamanya Fani, dulu pernah memanggil Fani dengan sebutan Papan. Jadi jangan salahkan Zahra jika ikut menyebutnya papan.

Papan Seket

Kantin.

Blgin gue telat, jgn di alpa!

Ok

Najis songong bgt jawaban lo!
Singkat jelas padat

Yg pnting bales kan?

Iya sih, tpi sumpah ijinin gue ya?

Ya, jgn ganggu ya Zahra gi ngedet sama Babang Park.

Kapan tmn gue warasnya?

Zahra mengabaikan pesan terakhir Fani, dia mulai mendengarkan lagu dari headset yang disambungkan dengan laptopnya.

"Oi!"

Satu lagi pengganggu Zahra selain Fani, yaitu Reza-si sepupu laknat yang suka gangguin orang. Tapi Zahra sayang dengan Reza karena selalu mencontekinya PR, dan tugas-tugas. Untuk saat ini, jangan bilang Reza itu baik. Reza pengganggu, karena mengganggunya yang sedang fokus melihat-lihat isi twitternya.

"Mie gorengnya," ujar Teh Iis menyodorkan sepiring mie goreng, "Minumnya apa nih Zahra?"

"Teh tarik aja,"

"Ra, setengahan ya. Laper nih, Mama tadi gak masak!" seru Reza sembari mengambil garpu.

"Bodo amat, dari jaman naruto pake popok Reza selalu minta sama Zahra terus. Padahal Reza punya uang sendiri!!"

"Demi bebek goreng cianjurnya elo, gue gak pernah liat naruto pake popok!"

Zahra tersenyum tidak ikhlas, "Nah kan, Reza penggemar naruto dan boruto aja gak pernah liat naruto pake popok. Kok Zahra pernah liat ya?"

"Lo mah ngigo terus, sana cuci muka, cuci kaki, gosok gigi, terus tidur!"

"Ahh, terimakasih Reza udah ngingetin Zahra tidur." Zahra membereskan laptopnya, bersiap balik ke kelasnya. "Oh ya, naruto pake popok itu ada di laptopnya Zahra. Kalo Reza pengen liat, bilang ya."

"Najisun!! Lo pasti ngedit foto naruto kan ya?" Reza mendengus kesal, "Ah dasar kurang kerjaan!"

Zahra memang kurang kerjaan. Kalau tidak nonton drakor dan pantengin HP untuk cari informasi idolanya, yang Zahra lakukan adalah mengedit foto-foto orang. Salah satunya, foto naruto pake popok yang baru dieditnya semalam ditemani Fahmi.

"Karena Reza udah baik sama Zahra, mie nya buat Reza aja. Tapi bayar sendiri ya, dadah!!"

●●●

Murid baru. Ganteng, berkharisma, dari Korea.

Fani menelan ludah dengan susah payah setelah melihat murid baru yang masuk dijurusan IPA itu. Tidak bisa dipungkiri, Fani saja ikut mengagumi perbedaan orang itu. Jika dilihat-lihat, banyak perubahan dengan wajah lelaki itu.

Hidungnya mancung, alisnya semakin tebal, rahangnya tegas, dan bibirnya yang kissable.

Lupakan!

Fani harus melupakan semua omong kosong dalam hatinya. Lelaki itu menghilang 4 tahun lalu, dan kembali dengan perubahan besar. Dia hanya berharap lelaki itu melupakannya dan Zahra. Fani tidak ingin melihat Zahra bermuram durja lagi. Zahra sekarang sudah berubah pesat karena mengenal boy group Korea yang wajahnya putih-putih itu, meski Fani benci mereka, tapi tidak bisa dipungkiri ternyata boy group itu membawa perubahan dalam mood Zahra. Terkadang, kita memang harus mempunyai tujuan hidup agar bisa merasa senang. Seperti Zahra, tujuan hidupnya adalah bertemu Babang Park.

Setelah berpikir sangat panjang sampai bel tanda pelajaran dimulai terdengar, Fani menyudahi mencabut rumput liar di sekitar taman sekolahnya. Dia berjalan menuju wastafle untuk mencuci tangannya, lalu beranjak dari sana menuju guru piket untuk mengambil surat ijin masuk ke kelas.

Fani banyak memikirkan hati Zahra saat bertemu dengan lelaki itu lagi. Bagaimana kalau Zahra akan berwajah masam lagi? Atau justru Zahra sedang menantikan saat-saat bertemu dengan lelaki itu lagi? Yang jelas, Fani harus bisa menghindari Zahra dari lelaki itu.

Selesai urusan dengan guru piket, Fani melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Kelas IPS 2. Kelas paling berisik dan paling suka terkena masalah karena biang dari semua jenis manusia bandel ada di kelasnya semua.

"Selamat pagi, bisa tolong antarkan saya ke koperasi?" tanya lelaki itu, entah muncul dari mana sehingga tiba-tiba bisa di hadapannya.

Fani menghela napas sebelum berbicara, "Gak usah sok nggak kenal, pake bicara formal gitu. Gue tau lo Ji Soo!"

"Emmhh.. ya?" Hanya itu yang keluar dari mulut Ji Soo. Tidak ada yang lain. Dia tidak tahu harus menjawab apa saat ini.

"Lurus sana, sampe ruang kepala sekolah, di sebelahnya koperasi!"

"Thank you,"

TBC!

Break UpWhere stories live. Discover now