#50

1.6K 122 56
                                    

*Ini khusus untuk part helena dan una*

Una berjalan tergesa, kampus ternama ini tak kalah luas dengan kampus tempatnya mengajar.

"Permisi, lihat helena tidak ya?" Tanyanya saat sudah sampai di kelas di mana helen hari ini kuliah.

"Biasanya dia jam segini nongkrok di warung depan kampus kak eh buk ehh mbak, hehhe" ucap cowok itu canggung karena una masih memakai pakaian tugasnya. Mambutnya lebih terilihat dewasa namun tetap cantik.

"Oke, makasih ya.

Una sedikit terganggu, tak leluasa dengan high heels nya, berlari menuruni gedung kampus ini. Besar sekali, dan rata-rata memang anak laki laki, mungkin karena ini kampus khusus teknik.

"Helena, ikut saya" una menarik tangan helena, bergegas keluar dari tempat itu dengab kasar.

"Lepasin, apasih" berontak helena.

Una membuang napasnya, lalu duduk di pinggir trotoar jalan. Begitupun helena, ikut duduk berhadapan dengan dosen cantik itu. Menatap una dengan heran, dalam benak helena hanya ada satu pertanyaan 'ada apa sama nadine? Sampai una datang mencarinya'

"Helen, please. Jangan datang lagi"

Helena diam, menatap kosong mata wanita di depannya ini.
Apa hak wanita ini mengaturnya.

"Heleen!" Una sedikit membentak.
"Kenapa? Kakak punya hak?"
"Jelas aku punya hak!" Teriak una.

Mereka terdiam sesaat, una mencoba mendamaikan emosinya.
Una cemburu, terbakar cemburu tepatnya. Rasanya marah, dadanya sesak, kepalanya berdenyut, inikah cemburu?

"Len, aku punya hak atas nadine. Aku tunangannya. Bisa kamu pegi saja? Apa kamu gak cukup bikin luka yg sampe sekarang masih belum kering itu?"
"Kak una, stop bicara seolah kamu lebih benar di sini"
"Aku memang benar, kamulah yg salah. Salah kamu pergi dari dia, salah kamu nyerah. Salah kamu helen"
"KAK!!! Kakak gila hah?" Helena mengatur napasnya yang mulai naik turun, terbawa emosi.

"Aku mau kamu gk dateng len. Aku saja yang jadi wanitanya. Aku mau dia lepasin gadisnya, lepasin semuanya. Kamu harus jadi masalalunya, gadis yang sempat datang saja"

Helena tertawa nyinyir, bukannya helen tak tahu ini akan terjadi. Ia sudah jauh hari, menyiapkan dirinya jika ini memang akan terjadi. Ia tahu,ia akan terlihat egois dan terlihat sebagai penjahatnya sekarang.

"Kak, aku akan berjuang mulai sekarang. Kalo kakak merasa memang pantes di sampingnya, ayo kita mulai tunjukan"
"Kamu gila"
"Kakak takut?"
"Ayolah, akhiri di sini saja len
Aku akan bawa dia pergi dari sini, hidup berdua"
"Jangan berani pergi, sebelum ini berakhir. Kakak lihat aku bahagia? Enggak kan!? Mulai sekarang, aku gak akan diam saja. Dia milikku"

Mereka terdiam kembali, hanya deru kendaraan yang mendominasi.

"Kamu bilang dia milikmu len? Oke, aku gk mau mengeluh. Hanya saja, lihat aku. 2 tahun, dari yang memang hanya rasa suka berubah menjadi rasa luar biasa, aku yang ada saat dia jatuh. Aku yang bikin dia bangkit, itu aku bukan kamu" ucap una egois.

"Helena" una mulai berbicara kembali.
"Len, aku cuma punya dia. Kalo nadine kamu ambil, aku gimana?"
"Itu urusanmu kak, aku butuh dia"
"Cuma butuh saja kan? Jangan datang lagi, ku mohon"

"Kamu gila kak, aku titip nadine bukan untuk kamu ambil!! Kenapa kakak jadi gini. Kamu tahu kak, aku harus pergi saat itu. Itu yang terbaik"

"Persetan helen, persetan!!! Terbaik apanya?! Kamu pengecut, buat apa kamu turutin permintaan konyol itu. Salah kamu, buat apa kamu tinggalin dia! Aku udah gak bisa lagi, aku gak bisa len. Aku mau dia, dia milikku. Udah cukup aku siksa diri sendiri, aku gak akan lagi nahan apapun inginku atas dia. Jika kamu memang pantas, tunjukan saja. Aku juga akan tunjukan posisiku"

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang