8. Cemburu?

725K 73.5K 9.2K
                                    

Kana menatap Arlan yang sedang berbincang di depan kelas dengan Selly. Cowok itu mendengar setiap hal yang diceritakan seksama. Sesekali menanggapinya sambil tersenyum.

Sepertinya Arlan mulai terbiasa dengan cewek itu.

Kana duduk sambil bersandar ke dinding. Seseorang mendekatinya, duduk di samping Kana.

"Lo gak jealous, Na?" Wila, salah satu teman Kana yang paling akrab di kelas bertanya. Kana menoleh padanya. Mengerutkan kening tidak paham. "Arlan lo mau direbut tuh."

"Biasa aja, sih." Kana menggigit cokelat lalu mengunyah. Menatap Arlan lagi. "Kan emang pacaran."

"Kalian udah lama barengan, lo gak takut dia direbut?"

"Sebenernya gue khawatir." Kana jujur membuat Willa membulatkan bibir. "Kalo dia sama Selly nikah, dia masih mau ngerawat gue gak, ya?"

"Gak mungkin lah. Arlan pasti lebih sibuk sama anak istrinya."

"Semoga Arlan mau ngadopsi gue jadi anaknya juga."

"Sinting!" Willa geleng-geleng. Lama dia dan Kana berteman, tapi sepertinya sulit sekali membuat Kana melihat seseorang selain Arlan.

Kana bergantung pada Arlan sepenuhnya. Seandainya mereka berpisah, Willa benar-benar khawatir pada masa depan seorang Kana.

"Lo harus mulai bisa ngerawat diri sendiri, Na." Willa memberi saran. "Karena lo gak bakalan sama Arlan selamanya."

"Ribet."

"Ngerawat diri sendiri aja ribet. Apalagi ngerawat orang lain."

"Ribet."

"Ngeselin banget lo emang."

***

"Gue kadang agak sedih juga, sih." Selly bercerita. Mereka sedang ada di kafetaria kampus. Duduk di meja paling sudut, ditemani kedua temannya. "Arlan bener-bener gak bisa lepas dari Kana. Dia ngutamain Kana di atas segalanya. Bahkan gak bisa nganterin gue pulang karena dia pulang-pergi sama Kana. Malam minggu kita gak jalan karena dia harus nemenin Kana. Sebenernya yang jadi pacarnya siapa, sih?"

"Lo mesti sabar, Sel." Letta menepuki pundaknya. "Mereka kelamaan jadi sobat. Kana udah jadi benalu Arlan katanya dari SD. Tanpa Arlan dia itu nothing. Lo yang harus lebih agresif."

"Si Kana itu, gue gak ngerti, ya. Ngeliatnya aja udah bikin males." Sinta yang duduk di depan Selly menganggukkan. "Apa maksudnya coba nempelin Arlan mulu? Nyusahin aja. Denger-denger, Arlan sering putus sama cewek-ceweknya demi dia."

"Gue gak ngerti mesti ngapain? Gue pengen Arlan lebih mentingin gue daripada Kana." Selly menghela napas. Dia putus asa.

"Arlan kayaknya masih perjaka loh, Sel." Letta berbisik. "Kasih itu aja, cowok kalo udah ngalamin sekali pasti ketagihan. Dia bakalan jadi bergantung sama lo."

"Gue gak pengalaman soal itu. Kalo setelah gue kasih malah gak dinikahin gimana?"

"Dari yang gue liat Arlan itu cowok yang bertanggung jawab. Dia pasti nikahin lo kok." Sinta mengangguk setuju. Apa boleh buat, untuk menangkap Arlan memang harus menggunakan cara yang nekad. "Gue yakin dia perjaka, kalo lo kasih, dia gak mungkin nolak."

"Hm. Arlan emang masih perjaka. Dia bahkan gak pernah pegang dada cewek."

"Tuh, kan. Apa kita bilang?" Sinta tampak bersemangat.

"Kalian mau bikin dia jadi maniak seks?"

"Gak sampe maniak juga, sih. Bikin dia bertanggung jawab soal Selly aja." Letta menyanggah.

"Hm ..." Kana mengangguk-angguk. "Gue dukung-dukung aja, sih."

"Tuh, Sel. Kana aja dukung."

Hening. Tiga orang di meja langsung  pucat. Menoleh ke sisi Sinta, Kana duduk di sana sambil menyeruput es teh.

"Ya kalo itu mau lo silakan aja." Kana berdiri, dia berjalan beberapa langkah menghampiri Arlan yang menatap Selly jengah.

Selly tampak panik. Dia mendekat hendak menjelaskan tapi Arlan mengangkat tangan, memberi isyarat diam.

"Gue pulang duluan." Arlan menggenggam lengan Kana mengajaknya pergi, sebelum benar-benar pergi, dia menoleh, menatap Selly sejenak. "Gue ... bukan cowok semurah itu, Sel. Kalo gue mau, bahkan dari SMP gue udah nidurin banyak cewek."

Arlan memberi jeda, "Gue gak marah. Gue paham di sini gue yang salah. Lo mau ngelakuin hal sebesar itu demi gue, terima kasih."

Selly kehabisan kata-kata.

"Tapi jangan jelek-jelekin Kana kayak gini. Gue jagain dia atas pilihan gue sendiri. Kana gak pernah maksa. Kana mungkin gak sakit hati sama omongan kalian, gue yang muak. Karena itu, kalo gue emang terlalu sulit buat lo." Arlan tersenyum tipis. "Kita putus aja."

Lalu Arlan melengos pergi. Kana diseretnya sampai tersandung-sandung. Cewek itu menghela napas berat walau tidak memprotes.

Rekor baru.

Kana bergumam, "Yang sekarang cuma jadian tiga hari."

Suasana hati Arlan mendadak buruk.

"Arlan." Kana memanggil. "Gue ... mau donat."

"Hm." Arlan tersenyum manis. Tidak terlihat sedang patah hati. "Ayo kita beli."

***

Saya seneng update FS soalnya selalu banjir komen. Kadang nyampe setengah dari jumlah vote. Wkwkwk

Kalo setiap update kalian selalu seantusias part2 kemarin, saya usahain update tiap hari.

Sankyuuu

FRIENDSHIT (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang