10

192 34 24
                                    


Resiko menjadi orang yang tak diharapkan. Aku pergi dari rumah Mark mendapati Ibu Mark yang sedang berkebun. Walaupun aku datang diwaktu dan dalam keadaan yang tidak tepat, dia masih bisa tersenyum kepadaku. Dia wanita yang baik. Aku tidak bisa berkata apa-apa tentang Ayah Mark. Aku memang pantas tak dianggap olehnya. Mark sudah pergi bersama Ayahnya menjemput Joey.

Tentang hubungan kami, ya bisa dibilang tidak jelas. Tentu, aku mencintainya. Sama saat aku mencintai Mark dari balik screen. Pernikahan yang sudah terjadi memang sesuatu yang nyata terlebih bagi Mark. Ya, mungkin kami berdua tidak sadarkan diri. Sayang saja, orang tua Mark tidak merestui kami. Seberapa keras aku mencoba membuat Mark paham, kalau sebaiknya lebih baik kita menjadi pasangan biasa, tapi tidak bisa. Sesuatu yang sudah terjadi ya terjadi. Mark masih dengan pendiriannya bahwa 'aku milikmu dan kau milikku'. Aku tidak tahu harus senang atau sedih. Senang bahwa Mark menganggapku sebagai istrinya atau sedih karena aku tidak bisa memenuhi perjanjian itu. Lagipula Mark sangat keras kepala, sama sepertiku. Semakin aku ingin melepasnya semakin kuat dekapannya.

Jadi untuk sekarang, Aku akan menganggap Mark sebagai pacar. Aha, lucunya. Lagipula aku juga masih tidak bisa memanggilnya dengan petname. Aku mencoba berjalan diatas setumpuk bunga mawar. Indah terlihat, tapi sebenarnya sakit jika duri tak sengaja terinjak. Pertanyaannya sekarang adalah, sudah tahu Bunga mawar bunga yang berduri mengapa masih kekeh ingin berjalan melewatinya?

Aku bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri.

Aku mengemas barangku dan pergi menggunakan subway. Untung saja aku masih ingat jalan pulang. Setelah sampai aku segera berjalan menuju apartmentku. Aku sebenarnya belum menghubungi Elsa. Aku tidak punya waktu. Masa bodoh, aku sebentar lagi bertemu dengannya.

Segera aku mengetuk pintu warna biru muda itu dengan keras. Terdengar suara Elsa mengeluh dari dalam. Betapa aku merindukannya.

"Mau cari siap-- KAU PULANG?" Elsa menarikku masuk dan memelukku erat. Aku sudah tidak bisa menahan air mata yang sudah tertahan beberapa hari belakangan ini. Elsa juga menangis. Seluruh wajahku merah, aku masih tersedu.

"Aku sangat merindukanmu. Kau dari mana saja hah?" Elsa mengajakku duduk di sofa butut dimana aku biasa meringkuk karena menonton tv. Sungguh aku kangen perasaan itu.

"Elsa, aku-aku ... Kangen, maaf-maafkan. Elsa kau, ingat.. aku kangen. Elsa" aku masih sesegukan. Elsa juga masih memerah. Wajah kami sudah dipenuhi airmata dan ingus. Mascaranya luntur sama sepertiku.

Setelah acara menangis selesai, dia menyeka air mataku yang masih tersisa.

"Hannah Willows. Kau berhutang penjelasan"

Mau tidak mau, aku menceritakan semua padanya.

----

Selama aku bercerita ekspresi selalu serius dengan informasi baru yang aku berikan. Ada semburat kaget, jijik, bingung, dan bahagia terlihat manis diwajahnya. Walaupun aku mengurangi bagian cerita yaitu bangun dengan tanpa pengetahuan tentang aku yang dikabulkan impiannya oleh wanita misterius, Elsa terlihat terlalu tertarik dengan ceritaku.

"Jadi, bagaimana pendapatmu?" Aku menaikkan satu alis, dia membenarkan posisi duduknya dan menatapku tajam.

"Selama ini kerjaanmu adalah, belajar dan fangirl. Berjuta smut dari yaoi sampai kinky yang kau baca tidak kau praktekkan? Aku kecewa", tanganku refleks memukul tangannya. Dia merintih kesakitan menujukkan wajah memelas.

"Apa yang ada di pikiranmu adalah 'senang-senang' saja?" Timbalku menatapnya. Dia hanya terkekeh, membuatku semakin jengkel.

"Gini sayangku, Hannah. Pria itu suka dengan 2 tipe cewek. Yang pertama, gadis manis dan imut. Yang rela melakukan apapun untuk si pria. Kedua adalah, cewek seksi dan jual mahal. Sayangnya, kau bukan keduanya"

Sweet Attraction // m.tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang