Terlalu mencolok, adalah sebuah dosa.
Cantik, pintar, dan ramah. Jago dibidang olahraga. Semua kemampuan Kana, menjadi bumerang sendiri untuknya.
Sampai kelas 4 SD, Kana hanya didekati kalau orang-orang ada maunya. Tidak jarang uang jajannya dipalak teman sekelas. Eda, anak perempuan yang menjadi preman kelas namun dikelilingin banyak teman.
Semua orang takut pada Eda. Begitu juga Kana. Komando Eda seolah mutlak. Pernah saat olahraga voli Eda memilih anak-anak yang pintar bermain voli ke kelompoknya, Kana disisihkan ke tim yang tidak jago olahraga.
Hasilnya tim Kana menang atas usaha Kana sendiri. Lalu besoknya, Kana dijauhi teman sekelas.
Kana dan Arlan tetangga. Namun mereka tidak sering bertegur sapa.
Satu hari, Kana pulang sendiri. Melewati komplek demi komplek menuju rumah. Seorang pria paruh baya memanggil dari gerbang rumah. Meminta bantuan Kana.
Kana sangat suka menolong orang lain. Tanpa curiga, dia mau saja dibawa masuk ke rumah itu. Namun sesampainya diteras, lengannya justru diraba-raba, orang itu memaksanya ikut ke dalam rumah.
Kana meronta. Dia menangis ketakutan. Lalu cengkeraman pria itu terlepas. Sebelah sepatu menghantam kepala pria itu. Lengan Kana disambar, dia dibawa lari oleh anak laki-laki yang bertetangga dengannya.
Arlan.
Sejak saat itu, Arlan selalu melindunginya. Terutama setelah orangtua dan adiknya meninggal, tidak satu hari pun Arlan lewati tanpa bertemu Kana.
Bahkan ketika Kana mulai menutup diri. Dia tidak lagi bersikap ramah kepada orang-orang. Menjadi sosok pemalas yang justru selalu terbelakang di mata pelajaran. Arlan tetap ada untuknya, dia yang menyelesaikan semua yang tidak bisa Kana kerjakan.
"Si Selly itu." Kana membuka suara. Dia telungkup di ranjang dan Arlan di sisinya. Mata malas itu melirik Arlan sekilas, "dia kayaknya cewek baik."
"Hm?" Arlan fokus pada anime di depannya. "Iya, kayaknya."
"Jangan ampe putus, ya."
"Mudah-mudahan aja." Arlan mengangguk. "Asal dia gak banyak nuntut aja."
"Lo gak ngajak dia jalan?"
"Ngapain?"
"Kalian itu pacaran."
"Oh, iya."
Dasar cowok tidak niat. Sejak dulu Arlan memang seperti ini. Sejak SD banyak cewek yang ganjen padanya tapi tidak Arlan hiraukan. Dan saat melihat Arlan dan Kana dekat, penindasan yang Kana alami kian parah. Tapi, Arlan benar-benar melindunginya. Di sekolah mereka nyaris tidak pernah berpisah.
"Gimana ya rasanya pegang dada cewek?" Arlan bergumam. Melihat tokoh utama cowok yang kegirangan menyentuh dada pacarnya.
"Lo mau pegang punya gue kah?"
"Bol-hah?" Arlan menoleh refleks. Kana menatap jenuh, bertopang dagu. "Lo ngomong apaan?"
"Lo boleh pegang dada gue." Kana duduk. Menepuk-nepuk dadanya sendiri. "Sini."
"Kenapa lo ngoceh sembarangan gitu?"
"Gak pa-pa. Lo gak gue anggap sebagai cowok, sih."
"Enak aja."
"Cari pengalaman, kan?" Kana memiringkan kepala. Arlan duduk. Menatap dada dan wajah Kana bergantian. "Pegang aja gak pa-pa. Anggap ucapan terima kasih udah ngerawat gue selama ini. Buat gue yang dipegang tangan atau dada sama aja."
"Bedain, oy!"
"Ribet."
"Seenggaknya lo mesti ngerasa ribet soal hal macem itu."
"Gak perlu repot-repot."
"LO MESTI REPOT!" Arlan terengah-engah. Bicara dengan Kana memang menghabiskan banyak tenaga.
"Mau pegang gak?" Kana nyolot. Arlan gugup. Dia sebenarnya tidak mau dicap hidung belang, tapi penasaran juga. Kana terlihat meyakinkan.
"Lo gak bakalan laporin gue ke polisi atas tuduhan pelecehan?"
"Ribet." benar-benar deh Kana ini.
Arlan mengulurkan tangan, jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetaran."Pegang aja, Arlan." seseorang berbisik di telinganya. "Setelah itu, kamu harus nikahin Kana."
Menoleh. Arlan tersentak mundur melihat Kintan yang tersenyum lebar. Justru mendukung tindakan bejad yang nyaris Arlan lakukan.
"Tante salah paham. Bukan itu maksud saya!"
"Tante gak marah. Tante dukung kamu." Kintan meraih tangan Arlan dan menariknya sekuat tenaga. Mengarahkannya ke dada Kana. "Setelah itu malem ini juga kalian nikah."
"Tenang Tante sabar. Istigfar. Itu yang hampir saya pegang anak gadis Tante satu-satunya." Arlan berusaha menarik tangannya tapi Kintan balas menarik sekuat tenaga. "Tante, saya masih kuliah."
"Gak pa-pa. Tante bakalan rawat kamu sampai lulus setelah itu tolong rawat Kana selamanya."
"OGAH!!!"
Mereka terus saja ribut. Kintan hilang akal. Dia frustrasi memikirkan masa depan puterinya.
Sementara Arlan masih waras. Kalau dia menikahi Kana, masa depannya yang akan suram.
"Tante!"
Kana menatap Arlan dan Mamanya yang lagi-lagi ribut. Dia menghela napas berat kemudian kembali menonton anime.
Dia tidak ada niat melerainya.
Karena melerai itu... Merepotkan.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT (TAMAT)
General FictionPINDAH KE APLIKASI FIZZO Hanya kehidupan sehari-hari tentang Kana, cewek super pemales yang tidak mau melakukan semua hal karena dianggap repot. Keseharian Arlan, cowok terlalu rajin yang mau melakukan semua hal yang Kana anggap repot. Juga orang...