"Hm..." Arlan memainkan rubik di tangannya. Dia duduk di kursi kelas dengan satu cewek di depannya. Cewek itu tampak gugup. Arlan berkedip, "lo yakin nembak gue?"
"Dari semester 1, gue udah suka sama lo." Cewek berambut panjang itu mengangguk. "Cuma karena lo akrab banget sama Kana, gue kira kalian pacaran. Apalagi kalian keliatan serasi banget."
"Ya... Kalo selewat kenal emang kayak pacaran, sih." Arlan mengangguk-angguk. "Gue orangnya cuek loh. Yakin lo mau sama gue?"
"Iya. Gue yakin kok. Gue bener-bener sayang sama lo."
Arlan menimang keputusan. Cewek di depannya lumayan cantik bilang. Tadi Richard berbisik saat cewek itu datang. Sosok yang kini tampak gugup ditatap Arlan, merupakan salah satu cewek yang jadi incaran di kampus mereka.
"Siapa tadi nama lo?"
"Selly."
"Oke, Selly." Arlan mengangguk. "Ayo kita pacaran."
Selly tampak sumringah. Arlan berkedip satu kali. Dia menerka-nerka, berapa lama hubungannya bisa bertahan kali ini?
***
"Oy..." panggil Arlan. Berjongkok di depan Kana yang tidur selonjoran bersandar ke dinding. Cewek pemalas itu membuka mata, dia menatap Arlan sejenak, lalu tidur lagi. "Bangun, ada yang mau gue kenalin. Dia cewek gue."
Kana menguap. Dia menyorot Arlan, kemudian mendongak. Selly tersenyum manis.
"Dia?"
"Hm. Namanya Desi."
"Selly, Arlan."
"Oh, iya. Sori." Arlan meralat. Kana berdiri, dia tersenyum kecil lalu mengangguk sopan.
"Salam kenal, gue Kana. Tolong perlakuin gue kayak anak kandung lo sendiri."
"Amit-amit gue punya anak kayak lo." Arlan mengusek kening Kana dengan tinjunya. Kana mengaduh kesakitan, namun terlalu malas untuk bergeser menghindari serangan Arlan. "Ampun?"
"Ampun."
Cepat sekali dia mengalah. Arlan tertawa. Dia mengusap rambut Kana perhatian.
"Ahh, ayo kita makan. Selly, biar gue yang traktir."
Walau sempat tidak nyaman melihat keakraban Kana dan Arlan, Selly tersenyum begitu Arlan memerhatikannya. Mau bagaimana lagi? Setahu Selly, Arlan dan Kana memang bersahabat sejak kecil.
"Kalian mau makan apa?" tanya Arlan.
"Ramen."
"Donat." Kana berkedip. Dia menatap Arlan dan Selly bergantian.
"Oke, kita cari donat." putus Arlan. Selly menganga, namun sekali lagi dia mematikan api cemburu dalam benaknya.
Mereka sahabatan-mereka sahabatan-mereka sahabatan.
Wajar dong kalau Arlan mementingkan sahabat yang sudah belasan tahun dia kenal dibanding Selly yang bicara dengannya saja baru hari ini.
"Kita makan ramen aja." Kana cukup peka. Dia tersenyum pada Selly. Selly mengangguk.
"Oke. Ramen." Arlan mengulurkan tangannya, menggenggam lengan Kana. Kemidian menoleh pada Selly, "ayo."
KENAPA ARLAN JUSTRU MENGGENGGAM TANGAN KANA DARIPADA SELLY?!!!
rasanya Selly ingin menangis saja. Tapi dia tetap berusaha bertahan. Cowok yang dia pacari adalah cowok yang dianggap paling populer di kampusnya. Wajar kalau Arlan sedikit jual mahal karena mereka statusnya masih baru.
Richard dan Putra sejak tadi memilih diam melihat kepergian Arlan dan dua cewek di sampingnya. Dia menggeleng miris.
Kalau memang sebegitunya pada Kana, harusnya Arlan memacarinya saja. Lagipula Kana memang cantik kalau saja tidak pemalas seperti sekarang. Tidak terhitung jumlah cowok yang ingin mendekatinya tapi selalu mundur karena selalu dikawal Arlan.
"Seriusan mereka friendship doang? Perhatiannya Arlan gak wajar loh." Putra berdecak.
"Arlan yang belum peka. Mereka itu bukan friendship lagi. Udah FRIENDSHIT!!!"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT (TAMAT)
General FictionPINDAH KE APLIKASI FIZZO Hanya kehidupan sehari-hari tentang Kana, cewek super pemales yang tidak mau melakukan semua hal karena dianggap repot. Keseharian Arlan, cowok terlalu rajin yang mau melakukan semua hal yang Kana anggap repot. Juga orang...