Bagian 5

115 13 0
                                    


“Rey, ada yang gue mau omongin sama lu.” Tiba-tiba Eriska datang menghampiri Reyhan.

“Ngomong ajah.”

“Lu jangan terlalu dingin. Alifa jadi merasa engga nyaman sama lu. Lu seharusnya buat dia Deket bukannya menjauh,"
"Semuanya akan berjalan lancar, jadi santai aja” kata Eriska lagi.

Reyhan diam, ia memang dingin kepada Alifa. Kepala sedang berpikir keras bagaimana mengatur semuanya.

“Lah ko belum pada makan?” Verdy datang melihat teman-temannya masih diam.

“Kata siapa belum pada makan?” Reyhan berdiri mengambil  makanan.

“Nungguin lu kelamaan.” sahut Eriska.

“Maaf ya, nungguin gue jadi kelamaan.” kata Alifa.

“Jangan didengerin udah, makan yuk.” Kata Verdy.

“OIYA…” Alifa teringat sesuatu dan berjalan keluar.

Tangan Verdy hinggap ke lengan Reyhan yang hendak menyusul Alifa.

"Gua aja," kata Verdy.

Alifa mengambil handphone untuk mengabari bibi.

Ia lupa belum bilang takut bibinya kawatir.

“Hallo, bi hari ini Alifa pulangnya agak telat. Soalnya Alifa lagi main sama teman Alifa.”

Alifa mematikan handphone nya.

“Ah, bikin kaget aja.” Verdy berdiri di belakang Alifa.

"Gue kira lu kenapa," Verdy berjalan kedalam dan Alifa mengekori.

Setelah semuanya selesai makan. Reyhan menyanyikan lagu dari Petra yang berjudul Mine (Versi Indo) menggunakan gitar kesayangan.

Wajahmu, hatimu telah lama ku dampakan.
Kamu yang dulu aku nantikan
Ketika kau disampiku
Berdebar rasa hatiku
Tersipu malu karena dirimu
Ku ingin kau miliku
Ohh.. baby
Dan kita kan selalu bersama
Cintaku selamanya
Jika kau miliku.. miliku..

Alifa menatap Reyhan kagum.

Laki laki ini sangat tampan, kulitnya bersih, pasti banyak wanita yang mendekati.

Reyhan menaru gitar.

“Udah malem nih, pulang yuk, nanti Alifa dicariin sama bibinya.”

“Ko lu bisa tau gue tinggal sama bibi gue?” Alifa mengerut kan alisnya.

Reyhan diam, ia bingung mau jawab apa.

“Tadi gue yang bilang ke Reyhan, kalau lu engga boleh pulang lama-lama sama bibi lu yang tinggal bareng lu.” sahut Verdy dengan wajah santainya.

---

“Gue pulang bareng Alifa.” Kata Reyhan.

“Hah? Kenapa engga naik mobil yang tadi ajah.” Kaget Alifa.

“Ini kan udah malem, jadi kita pulangnya naik mobil masing-masing supaya supirnya engga nganterin satu-satu. Iya engga, Rey?” ledek Verdy menatap Reyhan.

Reyhan memutarkan bola matanya.

---

Ada tiga mobil terparkir di teras.

“Eriska, gue pulang bareng lu aja ya. Kalau engga lu yang pulang bareng Reyhan.” Bisik Alifa.

“Mereka engga akan ngijinin kalau gue pulang sama lu. Kita kan sama-sama cewe, kalo kita kenapa-kenapa di jalan gimana?Emangnya kenapa sama Reyha? Dia engga akan digigit ko. Dinginnya udah ilang. Jadi lu jangan takut. Oke?.” kata Eriska panjang.

“Tapi Eriska,-”

“Kenapa, ris? Ada masalah?” Reyhan menghampiri.

“Engga ko engga ada. Dadah Alifa, hati-hati Rey dijalan.” Eriska melambaikan tangan.

“Ayo Alifa, kita pulang.” Reyhan menarik pergelangan tangan Alifa lalu membukakan pintu.

Sebelum masuk Alifa sempat menengok ke arah Eriska dan bibirnya mengatakan “Eriska” tanpa suara dengan pasang muka melas. Eriska hanya tersenyum dan melambaikan tangan lagi.

Sementara itu, Eriska yang masih berdiri di teras menatap sedih.

“Good Luck Reyhan. Lu pasti bisa, gue yakin.” Kata Eriska.

“Gue yakin Reyhan bisa.” tiba-tiba Verdy menghampiri dan mengusap pundak Eriska.

ALIFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang