3. Rutinitas

850K 75K 6K
                                    

Pagi...

"Kana mau sarapan nasi goreng? Mau teh manis anget?" ibunya yang sedang menyapu menawarkan. Dia menatap putrinya yang masih rebahan di kasur sambil bermain hp.

"Mau, Ma."

Sore...

"Kana laper? Mau Mama bawain makanan ke kamar? Ada jeruk juga." tanya sang Mama saat pulang kantor. Sekali lagi yang dia lihat hanya putrinya yang sedang berbaring di kasur sambil menonton anime di laptop.

"Mau, Ma..."

Malamnya...

"Kana, Mama  punya camilan. Kana mau?" Ibunya masuk ke kamar Kana. Menunjukkan snack yang dibelinya dalam perjalanan pulang tadi sore. Lagi-lagi, yang dia lihat putrinya masih rebahan di kasur sambil menatap tidak bergairah.

"Mau, Ma."

"Tante, jangan terlalu manjain Kana dong. Dia sekarang gak bisa ngapa-ngapain sendiri. Kana nyaris gak pernah keluar kamarnya selain ke kamar mandi." Arlan yang malam ini kebetulan main ke rumah Kana, protes. Dia duduk di sisi ranjang, ikut nebeng nonton anime terbaru. "Sekalinya keluar rumah sendiri dia langsung babak belur. Itu karena Om sama Tante terlalu manjain dia."

Arlan geleng-geleng kepala. Tidak sadar diri. Dia juga seringkali terlalu memanjakan Kana.

"Udah gitu karena malasnya makin parah. Dosen ngasih materi dia tidur. Dateng seminar dia tidur. Dateng ke kampus cuma tidur. Suram. Masa depan Kana bener-bener suram."

"Lebay lo." Kana memprotes. "alesan gue kuliah biar dapet gelar sarjana. Gue pengen cepet-cepet wisuda biar gak perlu keluar rumah lagi selamanya."

"Kerja, oy!"

"Gue penulis novel."

"Karya lo bahkan belum ada yang best seller. Gimana caranya lo bisa bertahan hidup dari penghasilan gak jelas itu coba?"

Mereka mulai lagi. Bertengkar, mempersoalkan tingkat kemalasan Kana yang mulai membuat orang-orang di sekitarnya terbiasa.

"Tante ceramahin Kana coba!" Arlan menatap ibu sahabatnya. Kinta hanya menahan napas, tersenyum menyesal dengan tatapan kosong.

"Tante, udah capek."

Hening.

Atmosfernya mendadak suram. Bahkan untuk ibunya Kana sendiri, lebih memilih mengikuti kemauan putrinya daripada mengomeli Kana buang-buang tenaga.

Karena Kana tidak pernah mendengarkannya. Apa yang dia ceramahkan selalu berujung sia-sia.

"Itu sebabnya, Arlan." Kinta mendekat, meraih tangan Arlan dan menggenggamnya erat. Wajahnya bersinar penuh harap. "Tolong, nikahin Kana."

"Hah?"

"Kalo Kana nikah sama kamu, Tante sama Om bisa pergi dengan tenang."

"GAK MAU TANTE!!!" Arlan balas menggenggam tangan Kinta. "Tante sama Om harus bertahan hidup. Harus hidup sampai seratus tahun lagi. Kana bakalan mati jadi fosil kalau kalian gak ada. Dia bahkan terlalu males buat ngambil makan malamnya di ruang makan."

Drama.

Kana melirik Arlan dan sang Mama yang mulai ribut. Kinta ingin menyerahkan Kana pada Arlan, Arlan ogah diberi tanggungjawab menjaga Kana selamanya.

Hoi...

Kana berdecak kesal. Tapi terlalu malas untuk melerai.

Mereka meributkan siapa yang harus 'mengasuh' Kan di masa depan, saling ogah-ogahan. Di depan orang yang mereka gunjingkan.

Dasar tidak berperasaan.

***

FRIENDSHIT (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang