FORTYFOUR : WHEN I'M HOME

11.1K 1K 103
                                    

Yang gak paham gue yakin bakalan pusing baca part terngaret ini wkwkwk 😂😂

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ini untuk untuk pertama kalinya bagi Ify setelah beberapa hari tidak dapat masuk ke dalam tubuhnya sendiri dan menikmati tidur yang panjang. Dan ini juga pertama kalinya Ify bangun di tempat yang asing namun sangat nyaman. Padang rumput di atas bukit dengan angin yang berhembus lembut.

"Gue... masih mimpi." Gumam Ify untuk yang kesekian kalinya. Tempat ini sangat indah, semuanya tampak seperti negeri dongeng dengan air terjun besar ditengah danau. Banyak angsa disana serta beberapa rusa.

"Gue... masih mimpi. Gue ngingo!" gumam Ify lagi sambil menangkup pipinya sendiri. Beberapa saaat kemudian ia merasakan panas pada punggungnya. Gadis itu membalikan tubuhnya dan tercengang ketika melihat pemandangan didepannya. Seperti sebuah hutan lebat yang terbakar. Lalu ada bukit ditengah kobaran api yang diatasnya terdapat sebuah rumah yang menyeramkan. Berbeda sekali dengan keadaan dibelakangnya.

"Astaga, gue ini sebenernya ada dimana?" Tanya Ify pada dirinya sendiri.

"Itu tempat buat orang-orang yang berdosa, Sayang."

"ASTAGHFIRULLAH!!!" Ify terlonjak kaget ketika mendapati ada wanita disebelahnya yang berkata demikian. Wanita itu terkekeh geli dan mengusap puncak kepala Ify.

Eh? Tunggu...

"Mam-Mami?" mata Ify membelalak, "Ini Mami kan?!"

Wanita itu mengangguk membuat Ify langsung berkaca-kaca dan sedetik kemudian ia mulai menangis.

"Loh? Kok nangis, sih?" Regina menangkup pipi Ify dan menghapus air mata yang meluruh disana. Dengan sekali tarikan lembut, ia memeluk Ify dan mengusap punggung gadis tersebut yang bergetar. Lama ia memeluknya sampai tangis itu berhenti dan hanya menyisakan isakan kecil.

Ify tidak tahu apakah ini mimpi atau hanya khayalannya belaka, karena disini Mami Regi-nya terasa sangat nyata. Rasa hangat peluknya masih sama seperti yang dulu, dan aroma segar tubuhnya tak berubah sedikitpun. Semakin lama Ify semakin tenang dan mengeratkan pelukannya. Seerat rindu yang selama ini selalu mencekalnya.

"Ify kangen Mami." Kata Ify dengan nada merajuk. Regina tersenyum dan mengelus rambut panjang Ify yang tergerai kusut, lalu dilepasnya rengkuhan tersebut. Ify mengerucutkan bibirnya, tak rela karena pelukan mereka dilepas.

"Mami juga kangen banget sama Ify. Sama Papi juga. Mami kangeeen banget." Balas Regina.

"Ify senang bisa bertemu Mami." Kata Ify dengan mata yang masih basah.

Regina tersenyum lagi dengan senyum yang tak mirip dengannya, namun manis. Wanita itu menyelipkan sejumput rambut ke telinga kiri dan kanannya. "Tapi... Mami nggak senang Ify berada disini." Ujarnya dengan sendu.

Ify mengernyit, "Kenapa? Emangnya Ify bikin kesalahan?"

"Bukan. Tapi kalau Ify disini, Papi sama siapa?" tanya Regina balik.

"Alaah... Orang tua satu itu masih punya istri dan anak. Jadi nggak us---"

"Heh!" tegur Mami, "Ini bibir kok masih tajem aja sih, Nak?" Regina menarik bibir Ify gemas. Ify langsung cengengesan dan kembali memeluk tubuh Maminya.

"Mami, aku mau sama Mami." Kata Ify.

"Mami juga mau Ify disini, nemenin Mami disini." Balas Regina membuat Ify langsung tersenyum senang. "Tapi nanti, bukan sekarang."

"Kenapa nggak sekarang? Apa lagi yang salah?"

"Kamu nggak salah, Sayang. Kamu cuma belum pantas disini." Jawab Regina.

My Bad IfyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang