09

2.4K 493 51
                                    

Aku berlari menuju halaman rumah tua bercat putih yang terletak tepat di samping rumahku. Seekor kucing liar tertidur di halamannya dan kotak surat di sebelah pagar dihinggapi tanaman jalar yang tumbuh liar.

Aku segera masuk ke dalam rumah tersebut, mencari keberadaan seseorang yang kudengar sudah 2 hari ini tidak datang ke sekolah, Park Chanyeol.

"Sudah dua hari aku tidak melihatnya di kelas. Aku takut anak itu mati kelaparan." ujar Boni saat bercerita.

Bunyi misterius terdengar dari arah dapur. Aku spontan memundurkan langkahku sampai terjatuh dan terduduk di lantai. Ketika sedang merintih kesakitan, seekor anjing kecil bewarna hitam menghampiriku sambil mengibaskan ekornya. Mahluk kecil itu berlari ke arahku sedangkan lonceng dilehernya berbunyi nyaring. Aku mendesah pelan begitu mengenali mahluk yang menghampiriku tersebut.

"Ah, Toben rupanya. Kemarilah." aku mengangkat tubuh mungilnya dan memangkunya.

Anjing kecil itu mengonggong lagi sambil meronta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anjing kecil itu mengonggong lagi sambil meronta. Aku lalu menurunkannya dari pangkuanku dan bergegas mencari sesuatu yang bisa ia makan.

Kurasa ia lapar.

Aku lalu menuangkan makanan pada mangkuk Toben, namun dengan tiba-tiba seseorang menggeser mangkuk Toben dengan kakinya sehingga makanan yang kutuangkan berjatuhan di atas lantai.

Aku dengan spontan mendongakkan kepalaku.

Siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol, satu-satunya manusia di rumah ini.

"Makanan di kotak itu sudah kedaluwarsa." ujarnya sambil menaruh satu kantong besar belanjaan supermarket di atas meja dapur dengan kasar.

"Oh, maaf." ujarku seraya berdiri.

Chanyeol lalu sibuk mengeluarkan barang belanjaannya. Hampir semua yang dibelinya merupakan makanan instan. Ada juga beberapa bungkus jelly. Satu-satunya keperluan bukan makanan yang dibelinya hanya sebotol kecil pelembut pakaian.

"Kudengar kau tidak masuk sekolah akhir-akhir ini. Boni yang bilang." ujarku. Aku lalu dengan inisiatif membantunya membereskan belanjaannya ke dalam rak dapur.

Chanyeol tidak menggubris perkataanku. Ia mengeluarkan sekotak biru kraft berukuran besar sambil membolak-baliknya, mencari step memasak yang biasanya tertera disalah satu sisi kardus.

"Kenapa tidak masuk sekolah?"

Chanyeol masih diam sambil sibuk membereskan belanjaan.

Kepalaku terasa berkedut nyeri. Reaksi normal yang ditunjukan tubuh tiap kali aku merasa kesal ataupun marah.

Aku menarik ujung hoodienya sambil menatapnya intens.

"Jawab aku."

Chanyeol malah menepis pelan tanganku. Ia memasang earphone miliknya yang kuyakini tidak sedang memutar musik apapun. Ia juga tidak menatapku.

64 KilogramsWhere stories live. Discover now