A

1K 29 10
                                    

"Aneh. Aku menemukanmu di deret kata yang terangkai dalam lembar cerita yang ditulis oleh seseorang. Pastinya orang itu bukan kamu. Bagaimana aku bisa begitu yakin? Karena kita pernah lama bersatu, jadi apapun tentangmu aku sudah hafal diluar kepala. Dan tulisan-tulisan itu sama sekali bukan gayamu.

Perkara rindu yang aku tulis kemarin, entah bagaimana itu jenis rindu yang melegakan. Rindu yang bebas tanpa belenggu hasrat ingin bertemu atau memiliki. Mungkin ini yang orang sebut dengan kasih bukan? Murni tanpa apa dan mengapa.

Kita masih terhubung dengan benang merah yang terikat di kelingking meski raga dan perasaan kita terpisah jauh. Tidak heran, karena meski sudah melewati ratusan bahkan jutaan siklus perasaan itu masih sama. Banyak yang berakhir tragis tapi tak jarang berakhir manis. Tapi untuk kali ini entah disebut apa.

Samar ditiap pejam mataku, aku melihat senyum dan tawa bahagiamu bersamanya. Mungkin jika kau tanya bagaimana rasanya beberapa waktu lalu, aku akan menjawab sakit. Tapi kali ini berbeda. Sama sekali tidak sakit, tapi malah lega dan ikut bahagia. Dusta? Tidak, mana mungkin aku tega membohongimu? Lagipula hatiku telah terisi dengan rasa yang hangat dan indah itu lagi.

Dan bukannya kau pun begitu? Tapi bedanya, rahimmu yang terisi. Kapsul waktu aku menyebutnya, karena begitulah adanya. Bagaimana rasanya menjadi seorang Ibu? Aku sudah lupa karena itu sudah beberapa puluh siklus lalu. Mungkin tak bisa kau ungkapkan dengan kata-kata ya?

Yasudahlah apapun dan bagaimanapun itu, aku selalu berharap untuk kebahagiaanmu dan pastinya kebahagiaanku juga. Hei, sepertinya ini part terpanjang kata yang tak terucap untukmu. Kau pasti bosan, jadi sebaiknya kuakhiri saja. Teruntuk dirimu yang sebentar lagi dipanggil Bunda."

Yang tak terucapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang