[Enam] Mas? Masalah buat Asya!

Start from the beginning
                                    

Drrt drrt. Ponsel Asya yang telah dimode silent itu bergetar di genggamannya. Perfect timing, Mama! Batin Asya kesenengan.

"Assalamualaikum, ukhti cantiknya Mama. Dapat laporan nih dari Bibik kalo si embul pakai hijab keluar rumah. Cie.." Mamanya tampak bersemangat di seberang telepon. Asya meringis tak tahan.

"Waalaikumsalam, Ma. Iya ini Asya pulang, otewe Ma. Jangan marah dong, Ma." Asya memasang mimik wajah seperti orang yang memohon. Berharap Jeje dan Marco melihat aktingnya yang amatiran itu.

"Ngomong apa kamu, Ndut? Nggak paham Mama, ah. Yang mau hukum kamu tuh sapose," jawab Kila dengan nada kebingungan.

"Iya, Ma. Jangan dong, Ma... Masa iya Asya nggak dibolehin keluar rumah? Lho, jangan jangan!"

"Mulai nggak beres ini anak, Mama tutup ya. Besok pulang kayaknya Mama, udah dibeliin kok bolu kukus kesukaanmu hihi. Dadah, wassalamualaikum."

Panggilan berakhir. Asya memasang wajah memelas ke arah pelatihnya, Jeje, "Mas, Asya balik dulu ya? Udah dibombardir sama Ibu Pejabat tuh." Akting Asya ditunjang dengan bibir yang sengaja dimanyunkan itu. Terlihat tidak natural, Marco yang menyadarinya pun menahan diri untuk tidak terbahak saat ini.

Jeje mengangguk mengiyakan, "Iya deh. Pulang sama siapa? Pesen dulu ojek sana, Tiara 'kan udah pulang dulu sama si Deden."

Rayhan sontak mengemasi barang-barangnya dan menggantungkan kacamatanya itu ke saku kemeja. Bangkit dari tempat duduknya, tas miliknya sudah dia jinjing dengan posisi tubuh tegap. Asya menautkan alisnya kebingungan. "Siap. Saya, coach, yang akan mengantar adik ini ke rumah."

"Tau rumah si Asya kamu, heh?" tanya Febrianto dengan senyum jahil. Rayhan melempar tatapan menggertak. Yang lain hanya melempar godaan pada Asya dan Rayhan untuk cepat enyah dari tempat perkumpulan dan membuat kencan mereka sendiri. Asya mendengus malas.

"Duluan balik, Assalamualaikum!"

"Assalamualaikum," ucap Asya dan Rayhan hampir bebarengan.

***

Asya telah beberapa menit menunggu Rayhan untuk menunaikan shalat Maghrib. Duduk di bangku panjang dekat masjid, Asya pun menengok ke arah di mana Rayhan berjalan ke arahnya sambil mengancingkan lengan kemeja panjangnya. Rambut Rayhan yang masih basah itu sengaja dicipakkan ke arah Asya, "Aduh apaan sih!" sungutnya kesal.

"Lucu kalau ngambek," ujar Rayhan singkat. "Ayo pulang," ajaknya kemudian dengan menarik tali slingbag milik Asya. Rayhan terlihat seperti tuan dari hewan peliharaan yang mengajak kucingnya jalan-jalan. Dia tidak mau lancang untuk memegang tangan Asya.

Keduanya telah masuk ke dalam mobil milik keluarga Rayhan, mobil Honda New City berwarna silver, yang bagi Asya terlihat garang sekali. Seperti Rayhan. Asya menggelengkan kepala untuk mengenyahkan pikiran apapun tentang pria yang membisu karena fokus menyetir di sebelahnya itu.

"Libur Bang? Kok bisa ikutan lomba debat? Baru tau kalau tentara bisa jadi debaters," ucap Asya berusaha memecah keheningan.

Rayhan menyalakan pemutar musik, menambah kehangatan untuk suasana yang beku itu. Alunan musik dari lagu Good For You yang dinyanyikan Selena Gomez itu membuat Asya menaikkan ujung bibirnya membentuk senyuman tipis, lagu favoritnya tuh!

"Bukan libur atau cuti sebenarnya. Lomba debat itu terhitung tugas dari atasan. Kenapa nggak bisa? Seharusnya nggak ada batasan buat berprestasi, 'kan? Masih calon tentara, kok." jawaban Rayhan membuat Asya memutar otak untuk menimpalinya.

"Gue kira Akmil, Akpol, apapun itu cuma ngebolehin anak didiknya buat latihan fisik yang keras doang. Buat prestasi kayaknya dinomorduakan, tuh. Baru anggapan umum aja sih yang gue ucapin ini."

Rayhan hanya tersenyum simpul. Jemarinya mulai mengetuk setir, "Hmm, gitu ya yang dipikirkan orang sipil tentang kita? Ada benarnya sih kalau kita lebih ke praktek dibandingkan teori. Kita mempelajari apa yang perlu. Bukan berarti ilmu umum yang seperti bahasa, matematika, dan lain-lain itu kita nggak dapat," jelas Rayhan sambil menggerakkan kepalanya, bagian dari gestur sehari-hari yang dia pakai. "Dapat juga kok kita pelajaran itu, cuma ya gitu. Sering dapat remedial kalo saya."

Asya tertawa cukup keras sampai akhirnya dia sadar kalau terlewat batas dan menutup mulutnya dengan segera. "Ups.. Maaf, ya, Bang."

Rayhan menganggukkan kepala maklum, "Iya. Jangan panggil Abang juga sih, Asya. Panggil Mas, lebih sedap di telinga." Asya memutar bola matanya tak suka mendengar usulan Rayhan.

"Sedap apanya? Yang ada geli, orang mikir nanti kita ada hub-." Belum sempat Asya protes, Rayhan sudah mengerem mobilnya secara mendadak. Membuat tubuh Asya terlempar ke arah dashboard. Masih untung dia memasak sabuk pengaman.

Pelaku yang menginjak rem dengan mendadak itu hanya meringis ketika mendapat lirikan -lebih ke memelototi- tajam dari Asya. Rayhan berdehem, "Makanya. Keputusan final, panggil saya Mas Rayhan. Daripada Kak atau Bang, panggilan itu lebih intim. Toh keluarga kita sudah dekat,"

Asya menelan ludahnya susah payah. Apa-apaan cowok ini menyebut kata intim hanya karena sebuah panggilan 'Mas'? Aneh! Mas apaan, yang ada jadi masalah buat gue!

***

Gallery

[ Si cantik Asya lagi bergaya! ]

[ Bikin deg-degan ajasih Mas Rayhannya nih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[ Bikin deg-degan ajasih Mas Rayhannya nih... Hehe. ]

 ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Would You Still Love Me The Same?Where stories live. Discover now