7

242 36 19
                                    


Pagi itu aku bangun dengan perasaan baru. Wanita kemarin sudah memberikan penjelasan yang cukup masuk akal. Setidaknya cukup untuk membuatku yakin dengan ketidakpastian ini.

Tadi malam Mark dan aku tidak jadi menonton film. Terimakasih pada wanita itu aku jadi bisa mengontrol ledakan emosiku yang ingin aku luapkan. Sekarang fokusku adalah menghindari kejadian mengerikan di masa depan. Aku tak akan menjadi gadis yang menghalangi jalan Mark. Aku tidak mau dikenal sebagai perusak karir seseorang.

Mark masih tertidur dengan pulas. Jujur saja aku masih sangat asing dengan situasi bangun-disamping-mark-tuan ini. Jatungku masih belum bisa dikondisikan. Wajah rupawan dan lekuk wajah yang sempurna miliknya membuatku tidak bisa berpikir dengan jelas.

Ada dua tipe gadis di dunia ini. Yang pertama adalah dia yang akan berusaha mendekati pujaan hatinya sampai yang dituju sadar dan menyukainya. Yang kedua adalah dia yang akan selalu menyukai dan mengagumi si pujaan hati, karena mereka tidak ingin menjadi seseorang yang mengganggu sang terkasih. Walaupun kadang tak berbalas mereka akan setia dengan si dia. Aku adalah tipe yang kedua.

Pagi ini aku akan membuat sarapan untuk Mark. Sebelum itu aku butuh mandi. Udara di Norwegia cukup menyegarkan, berbeda dengan hiruk pikuk Seattle. Baru sekarang aku bisa mengamati kamar super mewah ini. Kubuka sediki jendela balkon ini. Ya udaranya menyegarkan.

Aku segera mandi dan mengeringkan badan. Memilih baju yang ingin aku kenakan. Jujur, aku bukan tipe gadis yang suka berdandan. Tentu, semua wanita pasti bisa bersolek hanya saja aku malas. Yang aku lakukan selama ini hanya belajar, kerja dan fangirl. Pesta-pesta atau sekedar minum biasanya aku menolak untuk datang. Apa gunanya jika mereka akan meninggalkan aku sendiri dan bica sesuatu yang tidak aku pahami. Lebih baik aku streaming. Menonton MV atau membaca fanfiction selalu menjadi hiburanku.

Kupilih sweater ungu polos dan celana leggings bermotif abstrak. Rambutku kuikat tinggi dan keluar dari kamar. Mark masih tidur dengan tenang. Masih jam 7 pagi. Wah, siapa sangka aku bisa berada di posisi ini?

Dapurnya terlihat besar dan rapi. Sebenarnya ini kamar hotel atau penthouse sih? Kalau kamar hotel aku bisa pesan makanan dari restaurant. Tapi tidak, aku ingin masak. Salah satu cara untuk mendapatkan hati sang terkasih adalah lewat makanan.

Kusiapkan sarapan ala amerika dengan toast bacon dan sunny eggs serta segelas jus. Senangnya jika dapurku sebagus ini dengan bahan makan yang lengkap. Aku jadi teringat Elsa. Hari ini dia makan apa? Bagaimana uang sewa kamar dan siapa yang mememasak untukknya?

"Selamat pagi Baby, oh kau masak" Mark datang ke dapur dan duduk manis di depan counter. Oh Tuhan aku masih tak bisa mengontrol detak jantungku.

"Oh, ini iya aku masak" jawabku memberikan senyum dan menaruh piring bersisi sarapan untuknya. Mark terlihat berbinar melihat masakanku. Kuberanikan duduk di sebelahnya dan mulai makan. Cukup enak, kuharap Mark suka.

"Kau tidak perlu merona seperti itu. Kau tau itu malah membuatmu semakin menggoda" ucapnya nakal sambil menyendok bacon dan mengunyahnya. Aku rasa hanya Mark Tuan yang bisa makan dengan seseksi itu.

"Kau hari ini terlihat cantik. Aku suka rambutmu diikat"

Jantungku makin berdetak kencang. Dia bilang aku cantik. Ah, senangnya.

"Oh, Hannah karena ini hari terakhir kita di Norwegia kau ingin jalan-jalan kemana?" Tanyanya masih makan. Mulutnya belepotan karena dia bicara sambil makan. Lucunya

"Mark, kalau makan jangan sambil bicara" ucapku sambil menyeka mulutnya dengan ibu jariku. Seakan badanku membeku tanganku masih berada di pipinya. Entah apa karena cahaya mentari yang masuk tapi kulihat Mark merona.

Sweet Attraction // m.tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang