DIRTY BABY-01

488K 19.6K 658
                                    

Suara panggilan untuknya terdengar samar-samar, gadis itu dengan perlahan membuka kedua matanya. Dengan kening berkerut ia melihat sesuatu yang asing diatas, sebuah langit-langit yang asing baginya. Dimanakah dia berada? Rasa takut menyentuhnya, kemudian suara seseorang menyadarkannya hingga ia mengingat kejadian semalam.

"Litzi, ada apa?"

Litzi mendongak dan lantas beringsut menjauh, "Kau!"

Rex mengernyit, "Ketakutanmu tanpa alasan, Litzi. Kenapa kau harus takut padaku?"

Lizti meneguk salivanya, "Bagiku... kau orang asing."

"Okay. Apa perlu aku mengulang perkenalan?" timpal Rex tersenyum tipis.

Litzi menunduk, "Aku tahu namamu, aku tahu siapa kau. Tapi tetap saja... bagiku, kau asing."

"Yo entiendo," Rex mengangguk.

*(Yo entiendo : aku mengerti).

Litzi mengedarkan pandangannya, "Tempat ini... kenapa aku masih berada disini? Aku pikir, itu hanyalah mimpi."

"Kenyataan," balas Rex, "Mulai sekarang kau tinggal disini."

Litzi terkejut, "Bisa kau ulang katamu itu?"

"Sshhh! Cepat bangun, mandi dan bersiap-siaplah! Pagi ini kau harus sekolah bukan?"

Mendengar kata "sekolah", perhatian Litzi teralihkan. Bahkan pandangan gadis itu ikut teralihkan, setelah baru menyadari jika pria dewasa bak titisan dewa Yunani itu bertelanjang dada. Litzi memuji tubuh proporsionalnya Rex, namun dengan segera ia menepis pikirannya itu dan mengingatkan diri bila pria di depannya itu telah lancang membawanya ke tempat yang asing untuknya. Rex menghela nafas dan yang mulanya berdiri, ia menghempaskan tubuhnya di kasur berukuran king size dan tepat di depan Litzi yang duduk. Tak ada wajah usai bangun tidur dari Rex, ia terlihat segar. Apa pria itu sudah mandi?

"Ya, aku tahu aku tampan," gumam Rex.

Litzi mengerjap.

"Sudahlah, Nona! Jangan terus menatapku. Nanti bola matamu bisa lepas," kata Rex mengangkat kedua alisnya berulang kali.

Litzi refleks melempar bantal ke arah wajahnya, "Ih! Percaya diri sekali!"

Rex memegang bantal itu dan membalas melemparnya kepada Litzi. Ketika Litzi hendak membalasnya, masuklah seorang pria kira-kira berusia 40-an , bersetelan rapih dengan dasi pita hitam yang melingkar dikerah kemejanya. Bahkan kedua tangannya yang menggengam sebuah telepon menggunakan sarung tangan berwarna putih. Sepertinya pria paruhbaya itu seorang pelayan di mansion.

"Tuan," ucap pria itu.

Rex menoleh, "Iya. Ada apa, Alejo?"

"Maaf, aku menggangu waktumu, Tuan. Aku hanya menyampaikan permintaan darinya. Nyonya ingin bicara denganmu," kata Alejo.

Rex lantas bangkit, "Mom?"

"Mrs. Mackenzie menelfonmu melalui telepon mansion. Beliau menunggumu."

Rex menghampiri Alejo yang menyerahkan telepon itu padanya. Rex membalikan tubuhnya ke arah gadis remaja itu kembali.

"Pagi ini jadwalmu pergi ke sekolah. Setelah kau rapih, bergegaslah ke ruang makan. Aku menunggumu disana, mengerti?" papar Rex.

Litzi menyimak namun tidak merespon. Trillionaire beserta pelayannya itupun melenggang pergi. Wajah cantiknya terukir senyuman, tatapannya menatap bantal yang dipegangnya lalu ke arah pintu kamar yang terutup. Litzi merasa bahwa dirinya telah salah menilai seorang Rexford Mackenzie, ia pikir Rex sosok pria dingin usai melihat mata elangnya yang menajam dan suaranya yang mendesis. Akan tetapi, pikirannya bertolak belakang begitu melihat sosok Rex yang baik dan terkesan menyenangkan, suaranya yang khas terdapat unsur keramahan dan senyumnya yang tulus. Litzi bertanya-tanya dalam hati, apakah pria itu juga yang memindahkannya ke kasur? Karena seingatnya, ia tertidur dilantai dekat pintu usai menangis.

DIRTY BABY [Rexford Mackenzie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang