14. Terkena Panah Cupid

25.8K 3.9K 211
                                    


Chapter 14

"Terkena Panah Cupid"

________


Di luar masih hujan deras. Di sebelah Daniel sedang menyetir, wajah seriusnya membuat gue mengalihkan pandangan ke sisi jendela sebelah kiri, menatap jalanan basah serta para pejalan kaki yang menggunakan payung. Jantung gue masih kurang normal setelah insiden payungan berdua di depan sekolah tadi.

Gue berdeham, dan mengeluarkan ponsel. Buka lockscreen dan mendapati hampir 30 notif dari Samuel. Tuh anak bener-bener deh. Gue hendak membuka isi pesannya, namun Samuel telah menelfon lebih dulu. "Iya Sam?"

"Lo dimana tai? Gue telfon dari tadi nggak diangkat, Gue spam kaga di read" Suara Samuel langsung memenuhi gendang telinga gue. "Iya, ini gue udah dijalan"

"Buruan balik, Mamsky nyariin. Kenapa nggak minta jemput sih?"

"Hmmmm" Gue melirik Daniel sebentar. "Gue sama Daniel" Suara gue memelan, gue kembali melirik Daniel dan menemukan seulas senyuman kecil di bibirnya. "Pacaran aja terossss!"

"Siapa yang pac---anjeng. Udah ya gue tutup bentar lagi sampe" Niatnya sih mau gue aja yang mutusin sambungan. Tapi ketika kalimat gue baru sampe tutup sama si kampret udah diputus duluan. Memang bodat, nelfon nggak pake salam di tutup juga main tutup aja. Tipikal Samuel, pantang kalau nelfon tapi diputusin duluan.

"Dicariin?" Daniel yang sedari tadi diam akhirnya berbicara. Gue mengangguk pelan. "Iya"

"Samuel ya?"

"Hmmm"

Daniel mengangguk kecil. "Besok gue jemput mau?"

Nih orang ngegas mulu nggak capek apa. "Gue bareng Samuel" Daniel mengangguk untuk yang kedua kalinya. Ia menghela nafas dan tangannya menjulur nyalain musik. Volume nya kecil, genrenya R&B. "Lain kali gue nggak terima penolakan"

Jagoan

____

Pagi ini gue dan yang lagi di dalam kelas, tepatnya menunggu guru Matematika masuk ke dalam kelas. Hari ini gue kebagian duduk bareng Sonho, dia lagi gabut mainin pensil mekanik gue sambil nyenderin kepalanya di atas meja.

"Bolos yuk" Celetukannya membuat tangan gue reflek memukul kepalanya. Lagian dari tadi ngeluh terus pengen pulang, katanya capek belajar mulu. Siswa-siswi kayak kita tuh memang ada masanya dimana kita jenuh, capek belajar, maunya main, tidur, makan aja. Apalagi udah menginjak awal kelas tiga seperti ini, gue yakin semua murid SMA pernah merasakan yang namanya jenuh belajar.

"Kalau lo nggak bisa menahan lelahnya belajar, berarti lo harus kuat menjalani hidup penuh kebodohan" Gue mengelus puncak kepalanya. "Ho, lo tuh udah cukup bego. Plis lo mau sebego semana lagi?"

Gue makin dibuat kesal ketika ia mematahkan pensil mekanik gue. "Tuh kan patah! Beliin lagi isinya" Sonho menggeleng. "Bolos dulu ayo, nanti gue beliin isinya sedus indomie"

Gue menggeleng. "Makanya punya pacar dung, biar lo ada semangatnya kalau pergi ke sekolah" Giliran gue yang dipukul kepalanya sama dia. "Nggak usah pengaruhi otak Sonho yang suci ini ya"

Anjeng.

Samuel yang sibuk nguping bareng Jovan menoleh ke belakang dan mengganti posisi duduk biar kita semua berhadapan. "Ho, mau gue kenalin cewek nggak? Biar hidup lo berwarna"

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang