MSB // 8

13.2K 1.3K 84
                                    

"Kalau aku sama kamu aja gimana?" ucap Alan memecah keheningan di antara mereka.

***

Sandra yang sangat terkejut dengan kata-kata Alan hanya bisa mematung. Apalagi wajah Alan yang begitu dekat dengannya membuat Jantung Sandra seakan berhenti berdetak.

Alan masih menatap Sandra tajam. Matanya tidak lepas dari wajah Sandra membuat Sandra tidak mampu berpikir lagi.

Setelah beberapa menit berlalu, tawa Alan terdengar membahana dari dalam mobil itu.

Hahahahahahahaha

Alan tertawa begitu keras. Sandra yang masih terkejut dengan ucapan Alan tadi hanya bisa menatap bingung saat laki-laki itu mulai bicara.

"Lihat wajahmu San" seru Alan masih dengan suara tawanya yang keras.

Dengan susah payah Sandra berusaha mengatur napas dan detak jantungnya yang hampir berhenti.

"Kenapa Kakak tertawa?" ucap Sandra.

"Lihat wajahmu serius sekali. Wajahmu bukan seperti orang yang sedang di tembak cowok tapi seperti orang yang ketemu setan" seru Alan yang masih saja tertawa.

"Itu tidak lucu" ucap Sandra ketus saat menyadari bahwa Alan sedang mengerjainya.

"Suer San, wajahmu tadi lucu sekali" ucap Alan kembali tertawa.

"Ya, ya kembalilah tertawa sampai Kakak puas" ucap Sandra sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Sial. Jantung Sandra bahkan tidak mau berhenti berdebar. Darahnya serasa mengalir ke satu titik yaitu jantungnya. Membuat sisi tubuhnya yang lain melemas. Dan jantungnya sebentar lagi akan meledak.

"Makanya jangan suka menertawakan orang lain. Sekarang kamu juga kena kan?" ucap Alan yang berhasil meredakan tawanya.

"Leluconnya lucu sekali" ucap Sandra sambil memegang dadanya.

Alan menjalankan kembali mobilnya.
"Oh ya, apa kita akan ke acara pernikahannya Kirani?" ucap Alan.

"Tapi aku malas melihat kemesraan mereka nanti. Mereka pasti mau sok pamer padaku" ucapnya lagi.

"Titip salam sama kado aja kali ya" ucap Alan yang tidak memperhatikan perubahan sikap Sandra setelah ia melempar lelucon menyebalkan itu.

"San. Kenapa diam?" ucap Alan yang akhirnya menyadari kalau sedari tadi ia hanya bicara sendiri.

"Nggak ada. Kakak datang aja. Sudah di undang, mana ekslusif lagi" ucap Sandra.

Beruntung Sandra sudah bisa mengatur emosinya. Sehingga ia bisa bersikap biasa saja meski hatinya sedang kacau.

Hmmmm.

Alan berdehem kemudian kembali fokus menyetir. Alan memberhentikan mobilnya ketika sudah sampai di apartemen Sandra.

"San," ucap Alan saat Sandra sudah bersiap untuk keluar dari dalam mobil.

"Ya," ucap Sandra berbalik dan menatap Alan.

"Kamu yakin tinggal sendirian di apartemen?" ucap Alan.

Apa dia khawatir?

"Memangnya kenapa? Itu kan hal yang biasa Kak?" ucap Sandra.

Alan terlihat diam selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata,
"Selamat beristirahat dan jaga dirimu" ucap Alan tulus.

Sandra tersenyum kemudian mengangguk sebelum keluar dari dalam mobil Alan.

Alan memperhatikan langkah berat Sandra dan tubuhnya yang terlihat sedikit lemas.

"Apa sakit di kepalanya masih terasa?" batin Alan.

Sandra berjalan dengan langkah gontai. Tubuhnya serasa lemas. Iya, semua ini karena leleucon murahan yang di katakan Alan padanya.

Laki-laki itu tidak tahu betapa besar efek yang di timbulkannya pada Sandra. Karena Sandra memang menyimpan rasa yang besar padanya. Bahkan sejak dulu.

Tangan Sandra tertutup sebuah tangan yang besar saat ia hendak menekan pintu lift. Sandra menoleh dan mendapati Alan disana.

"Kenapa Kakak belum pulang?" ucap Sandra dengan suara yang tidak bersemangat.

"Kamu sakit?" ucap Alan nampak khawatir.

Sandra mengernyit. Mungkin perubahan sikapnya membuat Alan berpikir kalau ia sedang sakit. Ia memang sakit tapi yang sakit adalah hatinya bukan tubuhnya.

"Aku hanya mengantuk. Kakak pulang saja?" ucap Sandra dengan nada sedikit ketus.

"Ini masih sore masak sudah mengantuk lagi?" ucap Alan berusaha menahan Sandra agar tidak memasuki lift.

"Iya nggak apa-apa kan Kak? namanya orang ngantuk" ucap Sandra malas.

Tanpa di duga Sandra, Alan terlebih dahulu masuk ke dalam lift. "Akan kuantar sampai kamarmu. Cepat" ucap Alan kemudian menarik Sandra ke dalam lift.

Sandra membiarkan Alan mengantarnya sampai pintu kamarnya. Percuma saja ia menolak. Pertama, Alan tidak akan mendengarnya. Kedua, Alan tetap tidak akan mendengarnya.

Dasar bodoh batin Sandra.

Sandra membuka pintu apartemennya. "Terima kasih Kakak sudah,"

"Eh, mau kemana?" ucap Sandra saat Alan menerobos masuk.

"Aku mau minum masak nggak boleh" ucap Alan yang menyelonong masuk ke dalam dapur.

Sandra menghela hapas pelan. Dia memutuskan untuk berdiri di depan pintu menunggu Alan selesai minum.

"Kenapa berdiri di depan pintu?" ucap Alan yang sudah selesai minum.

"Kakak kan harus pulang. Ayo cepat. Aku sudah ngantuk" ucap Sandra.

"Ya sudah Kakak pulang dulu" ucap Alan melangkah keluar. Saat Sandra hendak menutup pintunya, tangan Alan menahan pintunya.

"Apa lagi?" seru Sandra.

"Jangan lupa istirahat dan minum obanya ya kalau masih sakit kepala" ucap Alan mengacak rambut Sandra pelan sebelum ia benar-benar pergi.

Jantung Sandra kembali berdetak kencang. Ia menutup pintunya pelan kemudian menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Sandra memejamkan matanya cukup lama.

"Kenapa rasanya harus sesakit ini" ucap Sandra pelan.

                          🐄🐄🐄

Ayoooo yang mau cium Alan karena gemas siapa 😂😂😂

Kasihan Alan jangan dibuly ya wkwkwk

Salam gaje
Love deso😘

I Love You_My Stupid Boy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang