Rio Angry? Why?

Start bij het begin
                                    

Dia, Rio sahabat kecilnya. Rio sudah mengetahui rencana selanjutnya.

"Apa yang nyebabin lo kayak gini sih Fy?" tanyanya sambil memegang pundak Ify.

Ify langsung menepis tangan Rio dengan kasar."Karena gue suka sama lo!"seru Ify.

Rio terdiam. Ify sahabatnya dan itu tidak mungkin dia dan Ify bersatu. Lagi pula ia sudah mempunyai Qeyla.

"Fy, kita cuma sahabat gak boleh ada rasa selain sayang ke sahabat."

"Emang kenapa sih Yo? Gue kurang apa? Apa gue sama Qeyla masih cantikan dia?"

"Bukan gitu..."

Ucapan Rio terpotong begitu saja oleh Ify. "Mau ngomong apa? Kalau Qeyla lebih baik, sempurna?! Atau jangan-jangan dia ngorbanin tubuhnya ya?" tanya Ify sinis.

Plakk.....

Ify terdiam sambil memegangi pipi kirinya. Rio, sahabat kecilnya. Sahabat yang dari dulu tidak berani main tangan kepadanya. Tapi sekarang?

"Lo???" Ify tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Dadanya sesak karena perlakuan Rio.

"Ify, ma..."

"Gak usah minta maaf. Gue tahu kok kalau gue gak ada apa-apanya lagi di mata lo Rio."

"Pergi dari hadapan gue Rio!" seru Ify sambil terisak. Tangannya menunjuk ke arah luar kantin pertanda agar Rio pergi.

"Fy."

Rio memegangi tangan Ify. Tapi dengan sigap Ify langsung menyentaknya.

Lelehan air matanya tak kunjung berhenti. Bahkan semakin deras. Rasanya sesak, sakit, perih semua terasa pada diri Ify. Apalagi yang melakukannya adalah orang yang kita cintai.

"Pergi!!!" seru Ify histeris.

Alvin dan Cakka segera bertindak. Ia melepas tangan Rio yang masih setia memegangi tangan Ify. Mereka mendorong Rio agar menjauh dari hadapan mereka.

"Lepasin sialan. Gue mau minta maaf sama Ify!" bentak Rio.

"Kalau minta maaf kenapa tadi harus ngelakuin itu? Sama aja gak mempan maaf lo,"balas Cakka.

Rio tertegun. Entah tadi gerakan refleks arau sengaja ia lakukan untuk membela Qeyla dari Ify.

Rio hanya bisa pergi dengan langkah yabg lesu. Ify, adalah sahabatnya dari ia kecil. Dan mereka sudah seperti kakak adik yang selalu kompak kemana pun.

***

Selepas kejadian itu. Ify hanya diam tidak berminat untuk bicara. Ia hanya berjalan saat perlu atau mengangguk dan menggeleng saja.

Matanya menatap depan tapi dengan tatapan kosong. Tangannya sesekali memegangi pipi kirinya yang tadi ditampar oleh Rio.

Bahkan sesekali Via, Shilla yang duduk di depannya masih mendengar Ify terisak menangis. Cakka dan Alvin yang di belakang Ify juga sama.

Memang Ify diapit oleh mereka berempat karena memang yang lain sudah berpasangan. dan terpaksa Ify duduk sendirian.

Tak lama, bel pulang sekolah berbunyi. Entah, sudah berapa lama Ify hanya duduk bak patung.

Pendengarannya masih normal. Ia memgambil tasnya dan menyampirkannya di lengan kirinya.

Ia segera berdiri hendak menuju gerbang sekolah sebelum suara menginterupsinya untuk tetap di tempatnya. Siapa lagi kalau bukan Rio.

"Fy, lo pulang sama gue ya?" pinta Rio.

"Gak usah. Lo pulang aja sama Qeyla, gue bisa pulang sendiri."

Bahkan tadi Via, Shilla, Cakka, dan Alvin mengira kalau Ify akan menerima tawaran itu. Tapi, nyatanya tidak.

Mungkin apa yang Rio lakukan tadi itu fatal. Eh, baru saja mereka ingat. Memang kejadian itu mempermalukan Ify di depan umum.

"Gue anterin lo dulu, nanti baru Qeyla!"

"Gak usah. Kasian dia nunggu lama. Gue masih punya kaki buat jalan dan handphone buat nelfon supir," kekeuh Ify.

Dan Rio hanya bisa menerimanya. Sekali pun ia tidak mau, jika Ify sudah memaksanya ia bisa apa?

Setelah Rio pergi. Ify memandangi wajah sahabt-sahabatnya.

"Gue bareng kalian ya pulangnya?" pinta Ify dengan wajah sedikit memelasnya.

Mereka hanya mengangguk. Takut kalau membalasnya dengan ucapan tidak sesuai dengan apa yang Ify inginkan. Sehingga tanpa mereka sadari akan membuat Ify sakit hati.

'Gue gak tahu ini rasa apa yang gue milikin sama lo. Tapi, saat lo sedih gue juga ngerasa sedih,'batin Alvin.

'Gue ngerasa kita itu kayak punya ikatan. Gue bisa ngerasain kesedihan yang lo alamin. Dan itu membuat gue bingung?'batin Cakka dengan tanda tanya.

Mereka memandangi Ify yang sudah menghilang di balik bangunan kelas itu. Tak lama mereka mengikuti Ify menuju parkiran yang letaknya tidak jauh dari kelas mereka.

Hati adalah organ vital yang sangat rentan terhadap perasaan. Kalau perasaannya tersakiti, maka hatinya juga akan merasa sakit.

#####

Gak ngerti gw tentang part ini. Angkat tangan

Met riding😘

Slam,
Cenyuk😙

[1081 Word]

(Not) Psycho Love [COMPLETED]✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu