His Temptress | 41

Mulai dari awal
                                    

Jemari Ewan terulur, menghapus air mata Lidya. Ketika melakukan itu, Ewan mendengar jelas rintihan wanita itu. "...Marshall..."

Ketika namanya diucapkan dengan lirih, secara berulang-ulang. Ewan tahu, ia seharusnya tidak peduli. Ia seharusnya mengabaikan wanita itu. Memangnya kenapa kalau wanita itu sakit? Memangnya kenapa kalau wanita itu terluka dan memanggil namanya? Itu sama sekali tidak penting.

Iya kan?

Tapi masalahnya Ewan peduli. Ia tidak bisa terus berpura-pura tidak peduli, padahal ia peduli. Ia sangat peduli bagaimana perasaan wanita itu. Ia peduli dengan segala hal yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan oleh wanita itu. Itulah kelemahan Ewan, karena ia peduli.

Jemari Ewan mengelus pipi Lidya dengan halus, perlahan bergerak ke pelipis. Menyingkirkan beberapa helai rambut halus yang menutupi kening wanita itu. Ewan mendekat, menghirup aroma Lidya dalam-dalam, dan ketika sedang melakukan hal itu mendadak bulu mata Lidya bergerak dan perlahan terbuka.

Sejenak Ewan tidak bisa mengatakan apapun. Ia terdiam sementara tangannya masih berada di kening Lidya. Kemudian wanita itu mulai menangis dan berkata pelan, "I miss you so much. This pain... is going to kill me, Marshall..."

Tubuh Ewan seolah mengambil alih. Ia menunduk dan mencium kening Lidya, membiarkan bibirnya berada disana selama seperkian detik sebelum mengecup bibir wanita itu lembut. "Shh... I will get rid that pain." Ewan mengecup kelopak mata Lidya yang basah dan kembali berbisik, "Rest, Dee. This is all just a nightmare, don't think about anything..."

"Will you be by my side?" Bisik Lidya pelan. "I'm scared, Marshall. Please, don't leave me..."

Ewan perlahan membopong tubuh Lidya, ia mengambil tempat duduk di sofa, kemudian memposisikan tubuh wanita itu diatasnya. Ia membiarkan kepala Lidya berada di bantal sofa, sementara tubuh mereka saling menempel, Ewan membiarkan jemarinya mengelus puncak kepala Lidya lembut.

"Sleep," perintah Ewan pelan tanpa aura dominasi, malah terkesan membujuk. Ketika Lidya tidak menutup matanya, Ewan menarik tubuh Lidya mendekat, "Tidur, Dee. Jangan pikirkan apapun, semua masalah ataupun yang sedang kau takuti... itu hanya sebuah mimpi."

Perlahan kelopak mata Lidya menutup, Ewan mengecup kedua kelopak mata wanita itu dan berbisik pelan. Sangat pelan sehingga tidak ada yang mendengarnya. "Sleep well, Dee. I'll be a dreamcatcher for you. And no one can disturb your sleep as long as I'm here."

Besok, mungkin Ewan akan berubah. Mungkin besok ia akan kembali menyakiti wanita itu dan bersikap seakan-akan ini adalah salah satu bagian dari perannya sebagai pemilik dari wanita itu. Walaupun mungkin hanya dirinya saja yang tahu, bahwa bersikap dingin kepada wanita itu menjadi salah satu hal tersulit yang harus dilakukannya.

Dan walaupun semua orang menertawai-nya, Ewan tidak peduli. Mungkin mereka semua berpikir ia adalah pria yang jahat. Ewan tidak peduli. Mungkin mereka semua berpikir ia adalah bajingan. Ewan juga tidak peduli. Karena mereka semua tidak pernah mengetahui bagaimana luka itu telah bernanah, bagaimana luka itu menjadikannya sebrengsek ini. Dan luka itu menjadikannya begitu lemah seperti ini...

Untuk sekarang, hanya ini yang diperdulikannya. Hanya keberadaan ini, posisi ini dan saat ini-lah yang penting baginya. Tidak perlu percintaan yang panas atau orgasme berulang kali hingga mereka kelelahan.

Bagi Ewan, dengan keberadaan wanita itu dipelukannya. Adalah hal yang paling sempurna yang bisa diimpikannya. Walaupun untuk sekarang, ia tidak akan membiarkan wanita itu mengetahuinya. Belum...

Semua ada alasannya, Ewan. Jangan lupakan itu.

Kalimat Nathalie seolah menggema di benaknya. Ia mengeratkan pelukannya pada sekeliling tubuh Lidya dengan posesif. Ewan menarik nafas berulang kali, sebelum akhirnya melepaskan pelukannya. Ia merogoh ponsel di saku celananya, menghubungi dial number 7.

"Ewan, Ada apa?"

Begitu Ewan mendengar suara diseberang telepon yang seolah terganggu dengan panggilannya, Ewan menarik nafas dan membuangnya dengan cepat. "Gene, aku membutuhkan data lima tahun yang lalu, yang pernah kuminta padamu. Bisakah kau mendapatkannya?"

"Bisa. Tapi butuh waktu."

"Satu hari, Gene. Dan letakkan saja diatas meja kerjaku. Aku akan ke MGM besok atau lusa." Ketika ia mendengar kata 'okay' dari Eugene. Langsung saja Ewan berkata," Aku menginginkan setiap rekaman, Gene. Kalaupun kau tidak bisa mendapatkan rekaman asli itu, aku mau kau meminta Simon untuk mendapatkan akses CCTV ataupun seluruh kopi rekaman yang mungkin terjadi di mansion Prescott di Perancis."

"Aku akan memberitahu Simon."

"Oke. Oke. Kau meminta terlalu banyak dan hanya memberikan 'satu hari', Ewan. Aku akan mulai mengerjakannya sekarang kalau begitu."

Ketika telepon hampir saja terputus, Ewan memanggil Eugene lagi dan kali ini asistennya itu menggerutu dengan kesal, "Apa lagi sekarang? Aku hanya punya waktu tidak lebih dari dua belas jam untuk mengerjakan apa yang kau minta, Ewan!"

"Satu lagi, ini yang paling penting dari tugas yang kuberikan kepadamu, Gene. Aku ingin kau melakukannya sekarang juga."

"Iya, apa?" tanya Eugene cepat.

Tatapan Ewan berubah menjadi datar dan dingin. "Ada seseorang yang berkeliaran beberapa hari ini disekitar rumahku, kata Al sepertinya mereka mengincar Lidya. Aku tidak mau melihat mereka berkeliaran lagi dirumahku, Gene."

"Aku akan menyuruh Daniel untuk mengurusnya. Berapa banyak kerusakan yang kau inginkan, Ewan?" tanya Eugene tenang.

"Habisi mereka. Jangan biarkan mereka kembali lagi." Ewan tersenyum dingin, ia menoleh kearah Lidya yang masih pulas tertidur, mendaratkan kecupan di kening wanita itu dan berkata pelan kepada Eugene. "Buat mereka sadar dengan siapa mereka sedang bermain, Gene."

"May God accept them by His side, Amien."

Ewan mengangkat alisnya dan bibirnya tersenyum kecil ketika Eugene berkata, "Mereka sungguh sial karena memilih bermain dengan orang yang salah."

"Do it, Gene."

"Aye, Aye boss."

TBC | 28 Juli 2017
Repost | 08 April 2020

V.O.M.M.E.N.T?

Hai geengss. Karena hari ini adalah hari spesial untuk 2 orang pembaca teman kita, miss K dan Nath double repost Bakwan 😁

Yeyencimut and Mumuafril, Today is your Birthday,  I wish every single dreams of yours will come true and I am the luckiest person in the world because of having a great readers friends like you, so Happy Birthday to you 😘

Buat kalian yang punya hari spesial, boleh kasih tau kami ya 😏

So, gimana chapter kali ini? Memuaskan? yay or nay?

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang