1. Perempuan Jagung Rebus

47.6K 2.8K 817
                                    

Peringatan: Cerita yang diunggah ke sini belum melalui proses penyuntingan. Mohon maaf apabila ada kesalahan tik dan kesalahan kebahasaan (ejaan, kalimat, dan sebagainya).




Ketika dibuka bajunya, kelihatan bulunya

Idih idih terlihat pula bijinya

Bentuknya ada yang panjang, juga ada yang pendek

Idih idih tapi banyak yang suka


Tak mesti jadi arjuna yang telah mengencani seratus gadis laiknya tukar pakaian. Shou, baru punya dua mantan, pun bisa menilai perempuan.

Bermacam-macam jenis mereka, seperti burung.

Mengapa perempuan diumpamakan dengan burung? Jangan salah paham dulu. Shou bukan berarti mesum. Otak lelaki memang begini, suka lebih dominan burungnya.

Mulai dari yang pertama; perempuan pengelana, Shou menyebut mereka burung migran. Kedua, perempuan pendiam ibarat burung punglor sisik, yang harus digelitik penuh sabar supaya mau bersuara merdu. Ketiga, perempuan kesukaan lelaki idealnya berparas dan bertubuh supermodel, mereka kutilang—kurus tinggi langsing. Perempuan yang kurang disukai juga dinamai kutilang—kurang tinggi dan langsing.

Para perempuan di kelab ini berjenis kutilang yang pertama. Jenis yang berbeda. Tepatnya kutilang darat. Kurus tinggi langsing datar.

Sebagian dari mereka benar-benar datar.

Shou hanya ingin berlindung dari godaan syahwat terkutuk, makanya dia tak berani menatap lekat-lekat. Apakah datar atas sengaja dikempiskan sebab terlalu ketat lingerie-nya? Kepo rasanya, tetapi tak sopan memandangi bagian ranum perempuan. Bila berpapasan dengan satu, kalem Shou menyingkir ke pinggir. Meski dia tahu sebagian besar perempuan ini senang diperhatikan. Sejak tadi mereka memanggil begini: "Idih idih, masnya kok suka minggir-minggir, aku kan mau juga ditarik minggir ke pojokan."

Perempuan yang barusan menggodanya menawan. Jenis kutilang sehat, sebab berisi dan agak kekar tubuhnya, meski gincunya ketebalan dan entah kenapa area dagunya seperti diamplas. Shou elus dada dan bertahan dari godaan.

Shou mengingatkan diri, dia main ke kelab ini hanya untuk ingin tahu seperti apa dunia malam. Dia tak akan jadi lelaki brengsek yang gampang menyentuh perempuan kecuali jatuh cinta—pokoknya begitu.

Musik progresif gaduh berisik. Lantai dansanya silau penuh kerlap-kerlip. Bila memejamkan mata, Shou bisa melihat warna merah kuning hijau berbaur di balik kelopak matanya. Tak seperti kelab malam di film-film, yang pengunjungnya berdansa angguk geleng, pengunjung lebih suka duduk di kelab ini.

Sebab ternyata di antara kursi-kursi terdapat atraksi. Meja bar elips atau panggung-panggung kecil. Ada yang bertiang ada yang tidak. Perempuan-perempuan berpakaian memamerkan lekuk. Ada yang kayang ada yang menungging. Sebagian besar dari mereka kutilang sehat yang kekar-kekar seperti lelaki. Ini tren aneh, pikir Shou, perempuan zaman sekarang lebih suka berotot seksi dan bisa membanting pria di film pahlawan super. Pengunjung menjelma semut, mengerubungi dari satu meja ke meja.

Satu per satu meja, Shou pandangi penuh selidik. Tak ada yang membuatnya tertarik. Dia teruskan hingga mencapai salah satu panggung bertirai yang termanis sebab dikerubungi paling banyak semut. Di antara kepulan asap rokok memuakkan, dua perempuan sedang berduet. Pada latar panggungnya terdapat dinding dengan lampu berjalan dan nama mereka.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang