Tentang Rasa (C)

25 5 27
                                        

Area kampus terlihat masih sepi, tak banyak orang yang berlalu-lalang di sana. Memang masih terlalu pagi untuk pergi ke kampus, tapi tidak untuk Vanis. Wanita berkulit putih pucat itu selalu pergi ke kampus pagi-pagi sekali. Menurutnya, lebih baik datang lebih cepat daripada terlambat.

Vanis memarkirkan motornya di area yang sudah tersedia, lalu segera pergi ke kelas yang berada di lantai dua kampusnya. Ia menaiki tangga dengan langkah yang semangat. Begitulah Vanis, wanita yang selalu bersemangat di mana saja, tidak ada satu pun temannya yang pernah melihat Vanis bersedih.

Setibanya di kelas, ia segera duduk di kursi miliknya. Hanya ada dia di kelas itu, wajah sih, memang setiap hari Vanis adalah orang pertama yang datang ke kelasnya. Tak menunggu lama, ia mengeluarkan kotak nasi yang dibawanya dari rumah. Ia selalu membawa sarapannya ke kampus.

"Wah, pagi-pagi udah sarapan aja nih." Laki-laki yang baru saja memasuki kelas itu meledek Vanis yang hendak makan.

"Mau? Ayo sini makan berdua, Di," ajak Vanis.

Aldi—sahabat Vanis—mereka berdua saling mengenal saat pelaksanaan OSPEK kampus. Awalnya mereka dikelompokkan bersama oleh ketua senat, namun hingga sekarang keduanya semakin akrab.

"Ogah, ah. Ntar kalau gue minta lo gak kenyang lagi." Vanis hanya tertawa mendengar ucapan Aldi.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Vanis menghabiskan sarapannya. Setelah selesai makan, ia segera merapika kotak makannya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Di, gue pinjem harddisk lo lagi dong, mau copy film lagi nih," ucap Vanis.

"Bayar, ya? Sejam sepuluh ribu," balas Aldi.

"Ya udah, nggak jadi deh." Wajah Vanis berubah menjadi kesal, namun Aldi malah tertawa mendengar jawaban Vanis.

"Ngambek mulu deh. Gue bercanda kok, apa sih yang engga buat lo, Nis."

Kini wajah Vanis sudah kembali seperti semula, ceria. Aldi memang selalu tahu bagaimana membuat Vanis senang.

****

Di hari minggu ini, Vanis dan Aldi berencana untuk melakukan car free day. Sebenarnya itu adalah acara rutin mereka setiap weekend. Vanis terus melihat jam yang melingkar di tangan mungilnya. Lama banget sih, batinnya. Sudah dua puluh menit Vanis menunggu jemputan Aldi yang tak kunjung datang.

"Maaf lama, Nis." Aldi datang dengan mengayuh sepedanya. Wajahnya tersenyum tanpa merasa berdosa sudah membuat Vanis menunggu.

"Lama banget, sih? Gue keburu bete nih," decak Vanis.

"Udah jangan marah-marah terus dong, buruan jalan, yuk!"

Tanpa menghiraukan perkataan Aldi, Vanis segera mengayuh sepedanya yang berwarna pink itu. Aldi tersenyum lalu menyusul Vanis hingga mereka kini jalan beriringan.

"Jangan ngambek terus dong," ucap Aldi sambil terus mengayuh sepedanya.

"Bodo. Beliin eskrim dulu, baru dimaafin."

Aldi mengangkat salah satu ibu jarinya. "Oke, siap bos."

Kegiatan CFD itu berjalan dengan lancar, mereka berlomba dalam mengayuh sepeda dan tentu saja pemenangnya selalu Vanis. Entah memang Vanis memiliki naluri pembalap, atau Aldi sengaja mengalah agar Vanis menang.

"Di, gue boleh ngomong sesuatu?"

Aldi mengangguk sambil terus makan eskrimnya. Selesai bersepeda tadi mereka memang pergi ke kedai eskrim yang tak jauh dari lokasi CFD.

My Work [From Learn To Earn]Where stories live. Discover now