➜ Mencari Cahaya

386 20 2
                                    

Malam sejuk, 23:12.

➜ Mencari Cahaya

Aku memasuki sebuah lorong gelap yang tak kutahui ujungnya. Aku tetap berjalan mencari ujungnya walau sedari tadi aku mendengar bisikan - bisikan entah dari siapa yang menghasutku untuk segera mundur dan tidak meneruskan pencarianku. 

Rasa takut pun juga mencoba untuk menghasutku. Bulu romaku merinding dan kakiku mulai bergetar. Rasa takut benar - benar menghantuiku saat ini.

Tapi aku tak menghiraukan bisikan - bisikan tak penting itu. Dan aku juga mengabaikan rasa takut yang datang menghantuiku. Aku terus berjalan dan berjalan.

Aku ingat, pesan dari seseorang yang tak perlu aku sebutkan disini.

Katanya, hidup itu terus berjalan. Hidup itu pilihan. Semua tergantung padamu. Apa kau memilih untuk diam, kembali kebelakang, atau maju kedepan.

Aku sama sekali tak mengerti perkataannya. Waktu ia mengucapkan kalimat - kalimat itu, aku berfikir. Aku mencari - cari maksud dari kalimat - kalimat itu dengan dahi yang berkerut. Namun, percuma. Aku sudah berfikir kurang lebih selama 300 detik, tapi aku masih saja tak mengerti maksud dari kalimat - kalimat itu.

Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada yang tadi menyebutkan kalimat - kalimat itu.

Dia menjawab, hidup itu terus berjalan. Dan hidup itu mempunyai banyak pilihan. Dan terserah kau mau memilih pilihan yang mana. Ada tiga pilihan, diam, kembali kebelakang, atau maju kedepan. Diam adalah tetap berdiri disini tanpa maju atau pun mundur. Kembali kebelakang adalah kau tetap diam tapi terus menengok ke belakang, maksudku, kau terus mengingat masa lalumu tanpa peduli apa yang harus kau lakukan sekarang dan kedepannya. Kau seperti tidak rela dengan apa yang terjadi di masa lalumu. Kau seperti tidak rela dengan apa yang kau lakukan di masa lalumu. Dan yang terakhir, maju kedepan adalah kau melakukan yang terbaik sekarang. Kau tidak diam, tapi kau mencoba untuk maju dengan segala macam usaha yang kau lakukan.

Aku mengangguk mengerti.

Lalu dia berkata lagi, biasanya, saat kau mencoba untuk melakukan segala macam usaha untuk maju kedepan, kau mengalami berbagai macam cobaan dan rintangan. Dan tugasmu, kau harus menepis semua cobaan dan melewati rintangan - rintangan itu.

Aku mengerutkan dahiku. Lagi - lagi, aku bingung, setelah sebelumnya aku mengerti.

Tanpa diminta, dia pun menjelaskan, contohnya, ketika kau sedang mengikuti sebuah kontes perlombaan. Dimana kau harus tampil di depan banyak orang. Dan pemenang kontes itu akan mendapatkan uang tunai sebesar ratusan juta rupiah. Kau pasti mau mendapatkan uang itu? Nah tentu saja, kau harus memenangkan kontes itu. Tapi tiba - tiba saat kau ingin naik ke atas panggung, kau merasa gugup, grogi, gelisah, takut, malu, dan sebagainya. Tapi orang - orang terdekatmu terus menyemangatimu di depan panggung. Orang - orang juga terlihat antusias menyambut penampilanmu. Mengerti?

Aku mengaggguk.

Dan kini, aku sedang menerapkan perkataan orang itu. Kau mengerti?

Ibaratnya, rumahmu sedang mati lampu. Dan dirumah hanya ada kau dan seorang adik kecilmu yang tentu saja takut akan kegelapan. Kau harus mencari sebatang lilin. Dan letak lilin itu jauh dari keberadaanmu sekarang. Kau harus berjalan di tengah kegelapan untuk mengambil sebatang lilin yang akan menerangi kau dan adik kecilmu itu. Namun, karena kondisi yang sangat gelap, ada rasa takut menyelimuti. Tapi kau harus tetap mengambil lilin itu karena adik kecilmu sedang menangis ketakutan.

Mengerti?

Sekarang, aku masih berjalan di lorong gelap ini. Mencari sebuah cahaya.

Dan aku, menemukannya. Aku menemukan seberkas cahaya di ujung lorong. Tapi, apa benar itu ujung lorong ini?

Aku mendekatinya dan ternyata... cahaya itu berasal dari sebuah batu permata yang terletak di ujung lorong ini.

Dan aku harus segera membawa permata ini untuk menerangi kehidupanku.

Pesanku, sekarang memang gelap. Namun kau harus mencari sebuah cahaya yang akan menerangimu di kemudian hari.

 Minggu, 23 Maret 2014.
SyafiraRahmahsari.

Série De MotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang