Mangga vs. Swallow

2.3K 233 27
                                    

Kalau dari judul chapter ini, apa kalian udah bisa menduga siapa yang bakal menangin battle diantara dua itu?

Btw, mau tanya. Gimana menurut kalian kalo semisal cerita ini nantinya jadi panjang? Yaaahh sekitar lebih dari 50 chapter gitu? Just let me know.

Udah baca aja sana...(baca pake nada iklan mie sedaap)

C out

---

"Aku tak percaya ini. Mustahil. Tak masuk akal." gerutuan Emmy membuat Nora memicing dan melihatnya dengan pandangan aneh.

Bagaimana tidak? Nora baru saja datang, ia baru saja duduk. Bokokngnya bahkan belum membiasakan diri kembali dengan bangku sekolah yang keras, ia sudah mendengar nada sumbang dari teman sebangkunya itu. Nora hanya perlu menaikkan sebelah alisnya untuk membuat Emmy kembali berceloteh dengan kecepatan yang sama seperti kereta ekspres di Italia, menjelaskan mengapa wajahnya terlihat masam dan mulutnya mengeluarkan muntahan lava pijar yang membara.

"Kau tahu kita baru saja masuk semester genap kan?" Emmy menggeser bangkunya hingga kini ia duduk menghadap Nora dan mulai berorasi. "Kau kita berada di kelas C. Kelas ketiga. Yang aku tak habis pikir, kenapa tugas Mading Mingguan justru jatuh pertama kali pada kelas kita??

"Liburan baru saja usai, semester genap baru saja mulai. Jika sesuai dengan aturan yang berlaku, seharusnya tugas Mading Mingguan akan jatuh pada kelas A terlebih dahulu. Yah, kecuali kalau memang semester ini sistemnya berdasarkan undian. Dan entah apa yang menimpa Danang sampai-sampai kita bisa kalah undian dan harus mengerjakan proyek mading mingguan di awal semester ini."

"Heii, ini bukan salahku. Tidak ada yang namanya sistem undian Mading Mingguan." Danang yang juga baru saja tiba dan mendengar namanya disebut-sebut merasa tak terima dan mengatakan pembelaannya.

"Jika memang begitu, maka semua ini pasti ada campur tangan dengan mbak Wati. Apa kau menolak cinta mbak Wati?" Emmy menyipitkan matanya dan menunjuk Danang dengan bolpoin yang ada di tangannya.

"Tentu saja tidak!!! Aku tak sehina dan terlampau putus asa sampai-sampai menjadikan pegawai Tata Usaha sekolah sebagai gebetan." Danang menghempaskan tas sekolahnya di atas meja mereka membuat Emmy segera berdiri dan menepuk pundak Danang pelan untuk menenangkannya, menjelaskan kalau ia hanya bercanda. Ia terlalu emosi karena minggu awal semester genap yang seharusnya bisa mereka jalani dengan tenang dan santai harus diawali dengan tugas Mading Mingguan yang cukup membuat mereka sibuk.

"Kita tak bisa menerima semua ini begitu saja, ketidakadilan sedang berjalan. Dan kita yang menjadi korbannya, kita memerlukan penjelasan--" orasi Emmy yang sedetik lalu terdengar bersemangat dan menggebu-gebu kini lenyap. Danang dan Nora sama-sama melihat Emmy lalu saling tatap dengan bingung. Akhirnya mereka beralih ke arah pandangan Emmy, pasti sesuatu telah terjadi, membuat Emmy membisu, membeku dan membuka mulutnya dengan lebar. Nora mengingatkan dirinya sendiri untuk segera menutup mulut Emmy sebelum seluruh meja mereka basah oleh liurnya.

EW.

Dan disanalah sumber segala kebekuan yang menerpa Emmy.

Bagas.

Nora memutar matanya jengah. Tentu saja. Siapa lagi?

Nora kembali menatap Bagas yang berdiri di ambang pintu dengan bingung, kemudian menatap Val dengan tajam. Seakan mengirimkan pesan singkat di udara lewat tatapan mata tajamnya, 'Kenapa Bagas sekelas dengan kita?!' yang tentu saja hanya mendapat bahu yang diangkat oleh Val sebagai jawabannya.

Tapi mungkin Nora seharusnya tahu, kelas mereka adalah kelas dengan jumlah murid paling sedikit dibanding kelas yang lain. Jadi jika ada tambahan murid baru, sudah bisa dipastikan murid itu akan masuk ke kelas mereka.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang