Final Day

5.1K 94 1
                                    

Tak ada, bukan karena benar tidak ada. Mungkin saja karena kau menginginkan itu tidak ada

Perpisahan aku dengan groot, menyisakan hari sepi. Sekuat tenaga untuk menahan jemari ini, agar tidak menyampaikan rasa rindu yang semakin hari semakin menggebu. 

Namun sepi ini terobati kala luthfie memulai percakapan di line. Aku tak menyangka luthfie menghubungi ku. Percakapan yang di mulai dari kata 'hai', berlanjut ke saling bercerita soal kepribadian serta sifat kita masing-masing. Mulai dari hobbi, pekerjaan, serta cara pandang. Dia sangat pintar, dia juga seorang yang mampu memberikan pengaruh yang baik untuk aku. Dari percakapan itu, aku seperti mengenal luthfie bertahun-tahun. Terlalu banyak kesamaan, aku seperti bercermin ketika aku bersama dia.

Hari demi hari, aku lalui dengan senyuman. Sejenak melupakan perpisahan serta sepinya hati yang groot tinggalkan. Kebiasaan ku juga berubah, aku mulai bangun pagi. Yang lebih terpenting, luthfie buat aku lebih dekat dengan Tuhan. 

Baper melanda hatiku, aku sangat bahagia dengan segala bentuk perhatian nya. Berbagi cerita lucu ataupun hal-hal garing yang bisa membuat kita tertawa penuh awkward. Yang lebih membuat aku baper, adalah ketika dia video call. Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya secara langsung. To be honest, aku suka. 

Aku suka wajahnya, cara dia berbicara. Serta senyum simpulnya, seakan membuat mulutku penuh permen  manis. Yang tak henti tersenyum sepanjang video call itu. Di mulai dari sanalah dia memintaku untuk menjadi pacarnya. Pacar yang serius, yang menuju ke sebuah pernikahan. Maka aku dan luthfie, bertukar biodata. Kita seolah ta'aruf agar kita lebih mengenal diri kita masing-masing.

Ouh damn, aku ingin menikah. Ya, hasrat menikah ku muncul seketika. Aku ingin menikah denganya, menjadi istri, juga ibu dari anak-anak nya. Aku ingin menjadi tempat dia pulang. Ya Tuhan penuh sekali pikiran ini dengan angan kehidupan rumah tangga yang luar biasa. Karena memang luthfie memberikan harapan-harapan itu. Kita berangan untuk mempunyai 5 orang anak, aku yang akan selalu memasak untuk dia. Dan kita juga bercita-cita untuk selalu backpackeran keliling Indonesia. Serta banyak hal lain nya, design mengenai pernikahan yang indah sudah dia lukiskan dalam hidup ku.

Bahkan aku tak pernah berfikir seperti ini sebelumnya. Aku selalu bersi keras untuk tidak menikah, sampai aku menemukan pria yang tepat dengan segala kriteria yang aku inginkan. Tapi dengan luthfie, aku seolah tak perlu semua kriteria itu. Seolah aku percaya, bahwa luthfie adalah jodoh yang di kirimkan oleh Tuhan untukku. Yang bisa merubah segala keras kepalaku, serta pemikiranku tentang sebuah pernikahan.

Bersama keseriusan luthfie, aku menghubungi groot untuk memberi tau kabar bahagia ini. Aku ingin groot merasa bebas, bahwa aku sudah bahagia dengan luthfie. Memang terlalu dini, tapi keyakinanku terus mendorongku untuk mengatakan nya kepada groot.

'groot, aku udah punya pacar. Doain  ya semoga sampai menikah'

'serius? hope teh best for you'

'makasih ya udah support aku selama ini'

'who's the lucky guy? #kepo'

'Namanya luthfie, orang jakarta selatan. Kerja di salah satu agency iklan, im happy groot. Doain aja ya'

'sip, i must keep away from you bebz?'

'nanti aku publish, kalau udah ketemu mama aku. Hmm, intinya kita ngga bisa seperti dulu. Jaga diri kamu ya groot'

'thanks for all you give to me'

'my pleasure..bye groot'

'bye princess..'

Aku menutup percakapan itu dengan senyuman. Ada perasaan lega yang tak bisa di lukiskan dengan kata-kata. Dengan aku memberi tahu groot, aku akan mulai fokus dengan luthfie, semoga dia benar pria yang di pilihkan Tuhan untuk ku. Bismillah...

Hai readers,
Sory ada yg keliru niihh, mesti nya part final day itu setelah part leaving or married.. Hahaha..maaf akuuh ya.. Silahkan membaca lagi

I Love Your HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang