Bab Enam Belas: Kami Sangat Menyesal

861 55 10
                                    

PERINGATAN: ada adegan yang mungkin tidak membuat nyaman di hari Kamis, ditandai (***).

(karena ngetiknya aja udah bikin ga nyaman ._.)


SMA menyebalkan.

Dan itu suatu yang berarti datang dariku. Kutu Buku Naomi, cewek yang paling tidak populer, yang di-bully di Darwell High. Tapi aku harus menepati janjiku (tidak seperti beberapa orang yang kukenal) pada orang tuaku untuk kembali ke sekolah minggu depannya.

Ya, aku tahu. Aku ingin mati. Tapi aku sudah bolos sekolah selama dua minggu berturut-turut, itu satu hal. Sebagai seorang kutu buku bersertifikat, aku tidak bisa melewati satu hari tanpa sekolah. Bayangkan semua hal yang kulewatkan: PR, pekerjaan kelas, kuis mendadak, ujian, dan proyek. Aku merindukan itu semua kecuali penduduk sekolah, guru-guru dan murid-muridnya, kebanyakan murid-muridnya.

Pekan itu berlalu dengan lebih cepat dari yang kukira, tidak seperti minggu-minggu lain dari tahun-tahun sekolahku sebelumnya. Sebagian besar waktu, aku terlalu sibuk kesakitan karena memar-memarku atau menangis di bilik toilet tempat aku bersembunyi, pekan berjalan dengan sangat lambat akhir pekan terasa seperti bertahun-tahun jauhnya. Tapi mungkin akhir pekan berlalu karena pikiranku berada di tempat lain, tidak menangisi memar-memar berdarahku, PR yang dicuri dan ejekan yang kreatif. Aku bersumpah, mereka mulai pintar dengan nama panggilannya.

Jadi ketika memar muncul di lenganku, PR hilang dalam tasku, dan panggilan-panggilan mengejek muncul dalam kepalaku, pikiran-pikiranku berkeliaran dalam benakku. Walaupun pertanyaan-pertanyaan masih tidak terjawab, hal lain muncul ke pikiranku. Aku selalu tahu bahwa para cowok berada dalam sebuah geng, tapi tidak pernah benar-benar terlintas dalam pikiranku apa yang mereka lakukan. Siapa yang tahu apa yang mereka lakukan sebagai sebuah geng. Berkelahi, membunuh, pistol, narkoba, perdagangan ilegal, pasar gelap, peminjaman uang ilegal, pencurian, dan banyak sekali hal-hal lain yang tidak ingin kupikirkan. Dalam Kontrak Starbucks, aku tidak diperbolehkan menjadi bagian apalagi mengetahui apapun tentang kehidupan itu, kehidupan buruk, kehidupan geng. Aku paham itu, itu berbahaya, aku bisa masuk penjara, terbunuh, atau lebih buruk... ditolak untuk diterima ke universitas apapun.

Tapi walaupun aku memahaminya, aku masih berhak tahu beberapa hal. Walaupun aku aman dari kehidupan itu, itu bukan berarti para cowok aman. Mereka hidup dalam kehidupan geng, bukan, merekalah kehidupan geng. Tiap detik mereka terlihat di jalanan, mereka bisa terluka atau bahkan dibunuh oleh geng-geng lain. Terutama, para Lost Boys. Aku tahu sekarang bahwa geng yang mengkalahkan jumlah mereka pasti para Lost Boys. Lost Boys mengalahkan jumlah mereka tiga, mungkin bahkan lebih banyak orang. Aku khawatir mereka akan menggunakan keuntungan itu untuk membuat para cowok terluka atau terbunuh cepat atau lambat. Sedikit ironis karena aku masih khawatir tentang mereka bahkan setelah apa yang mereka lakukan, well, tidak lakukan untukku.

Sejujurnya, aku tidak peduli tentang itu lagi. Maksudku, aku masih sedikit ragu-ragu sekarang jika hidupku bergantung pada mereka, yang memang masih. Tapi sekarang kami telah membuat janji itu dengan satu sama lain, janji itu menghubungkan kami, menahan kami bersama. Kami tidak bisa mengingkarinya untuk satu kesalahan kecil. Dan aku sesungguhnya merindukan mereka. Aku juga tidak bisa mempercayainya. Jika seseorang memberitahuku aku akan berteman dengan satu geng terdiri dari tiga idiot norak yang luar biasa lucu yang berjanji untuk melindungiku tapi tidak melakukannya dan aku masih memaafkan mereka, aku akan tertawa. Tapi sekarang itu sudah terjadi, aku tidak tertawa.

Aku selalu menjadi cewek mandiri yang harus berhati-hati untuk dirinya sendiri dan hanya dirinya sendiri. Setelah sendirian selama bertahun-tahun, sebelas untuk lebih tepatnya, aku tidak hanya melemparkan kepercayaanku pada siapapun yang menawarkan. Bahkan aku masih ragu-ragu dengan para cowok. Tapi di samping itu, aku tidak akan pernah berpikir aku akan sungguh... membutuhkan mereka. Siapa yang akan tahu bahwa cewek kutu buku yang di-bully akan benar-benar membutuhkan tiga bad boy?

The Good Girl's Bad Boys: The Good, The Bad and The Bullied (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang