"Jawabannya hanya satu." Felix menatapaku. "Bumi."

Aku memiringkan kepala dengan tatapan penuh tanya.

"Bisa jadi mereka memasuki wilayah Una dengan menyeberangi dimensi karena hutan dan danau Strix sulit sekali untuk di tembus bahkan Una menjadikannya tempat terlarang. Kau bilang bahwa ada salah satu Qlue di bumi, kemungkinan besar mereka menyeberangi dimensi dengan menjadikan Bumi sebagai jembatan."

Aku mengerutkan kening dengan serius. Otakku terasa berputar lebih dari yang seharusnya.

"Kau perah bertemu dengannya di Bumi?"

Aku mengangguk. "Dia—sangat dekat denganku."

"Siapa?"

"Adelia Reynand."

* * *

Aku terduduk di sudut ruangan menatap Felix dan Tuan Za' bergantian. Felix tampak berpikir keras sementara Tuan Za' masih sibuk dengan bukunya yang tebal. Situasi yang menegangkan ini membuatku canggung dan frustasi. Ekspresi mereka menandakan bahwa masalah Qlue bukanlah hal yang sepele. Sejak aku mendengar bahwa Qlue bisa masuk ke wilayah Una melalui Bumi kekhawatiranku menjadi berlipat. Aku menatap Tuan Za', wajahnya menyiratkan bahwa situasi saat ini benar-benar kritis, dari situ aku bisa melihat ketakutannya jika Una dan Qlue akan kembali berperang.

"Kemungkinan besar memang benar." Tuan Za' mulai bersuara. "Qlue memanfaatkan Bumi untuk memasuki wilayah Una. Jika mereka bisa datang kemari, itu berarti para Una di sini berada dalam bahaya."

"Aku juga berpikir seperti itu, dan jalan satu-satunya adalah menutup gerbang dimensi Loizh dengan Bumi." Felix menatapku.

"Tetap saja perang tidak bisa di hindari. Kita harus mengalahkan mereka sebelum menyeretnya kembali ke Loizh dan setelah itu barulah gerbang dimensi akan di tutup." Tuan Za' menutup bukunya. "Jika Qlue ada di Bumi berarti ada yang membuka gerbang dimensi Loizh untuk Qlue."

"Tapi bagaimana cara mengetahui keberadaan mereka di Bumi? Kita yang sudah lama tinggal di sana bahkan tidak menyadari keberadaan mereka dan sudah berapa Qlue yang bertebaran di sana?" tanyaku sambil bersandar di kursi.

"Itulah yang belum kutahu. Mereka pandai menyembunyikan jati diri mereka dengan kebaikan, sementara ada banyak sekali Manusia yang baik disana. Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana cara membedakannya."

"Menutupi kejahatan dengan kebaikan," gumamku sambil membayangkan betapa baiknya Adelia.

Tuan Za' mendesah sambil meletakan bukunya. "Ini benar-benar masalah yang rumit. Jika Una dan Qlue kembali berperang, aku yakin sekali Loizh akan menyegel Ulqi kami."

"Tapi sepertinya Adelia hanya mengincarku. Apa itu akan berdampak pada yang lainnya?"

"Tentu saja," jawab Tuan Za'. "Jika salah satu di antara mereka bergerak maka yang lain juga sama. Sudah berapa lama mereka mengincarmu?"

"Entahlah. Mungkin—tidak terlalu lama."

"Kalau begitu, kita masih ada waktu. Sejauh ini belum ada tanda-tanda kehadiran Qlue yang lain di sini." Tuan Za' meraih satu buku lagi di rak. "Aku dengar, dulu raja Steve membangun sebuah kubah untuk perlindungan kota dari serangan Udara. Tapi—sepertinya belum pernah di gunakan sama sekali."

"Kubah?" Felix tampak berpikir.

"Tapi—musatahil dengan adanya Dendez," ujarku.

"Yah, inilah kesulitan kita. Sebagai raja yang baru, ia hanya terpaku pada keluarga kerajaan yang lain untuk di lenyapkannya. Mungkin kalian sudah tahu bahwa ia sedang mengincar tuan Putri, tapi ia juga bisa melenyapkan siapa saja yang berusaha menghalangi keinginannya."

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang