Empat

8.8K 874 48
                                    

"Lalisa dan Chittaphon, tolong jelaskan semua ini!" Jisoo menatap tajam ke arah dua orang manusia yang sedang berdiri menunduk di hadapannya ini. Lisa dan Ten hanya bisa diam tak berani menatap wajah sangar Jisoo saat ini, mereka sudah seperti tersangka kasus pembunuhan yang tengah diadili, sedangkan Taeyong hanya bisa merangkul bahu istrinya, mencoba untuk menenangkan Jisoo yang sedang naik darah itu.

"Maafkan kami, Eonnie." kalimat itu akhirnya keluar dari mulut Lisa, masih dengan wajah yang tertunduk.

Jisoo mendengus gusar. "Kenapa kalian melakukan semua ini? Bukankah kalian tahu kalau aku dan Taeyong tidak ingin media sampai tahu hubungan kami selama ini? Tapi kenapa kalian malah membiarkan Janssen tampil di TV?! Bagaimana jika nanti ada yang curiga?!"

"Maafkan kami, Noona, kami benar-benar tidak sengaja melakukannya. Awalnya aku dan Lisa hanya coba-coba saja, kami tidak menyangka bahwa mereka benar-benar memilih Janssen," tutur Ten.

"Ne, Eonnie, ini semua salahku, aku yang memaksa Ten-oppa agar mau mengikuti saranku."

"Aniyo, Noona, ini salahku. Aku tahu itu salah dan aku hanya membiarkannya saja.  Tolong, jangan marahi Lisa."

"Ya, Oppa, ini bukan salahmu, kenapa kau malah berkata seperti itu? Disini aku yang salah."

"Tidak, seandainya saja waktu itu aku bisa mencegahmu, pasti hak seperti ini tidak akan terjadi."

"Ya, Opp—"

"Ya, keumanhae. Kalian berdua sama-sama salah! Tidak ada yang benar," potong Jisoo kesal dengan tingkah Lisa dan Ten yang tidak berhenti untuk saling menyalahkan diri sendiri.

"Sudahlah, Jisoo-ya, jangan terlalu emosi," ucap Taeyong seraya mengelus lembut punggung istrinya. Wanita itu menghela nafasnya gusar lalu mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang juga sedari tadi berdiri disamping Lisa.

"Kau juga, Soorim, mengapa kau mau-mau saja disuruh berbohong sebagai ibunya Janssen, huh? Bagaimana jika mereka tahu kau itu sepupuku dan bukan ibunya Janssen?!" semprot Jisoo yang lantas membuat gadis bernama Sorim itu meneguk salivanya takut. Apalagi saat kakak sepupunya itu mulai melemparkan death-glare pada dirinya. Ia merutuk dalam hati, ini semua gara-gara Lisa dan Ten.

"Mianhaeyo, Eonnie, aku melakukan ini juga karna terpaksa," tutur Soorim menyesal.

"Terpaksa apanya? Apa kedua mahkhluk ini memaksamu?" Jisoo melirik tajam ke arah Ten dan Lisa, sementara keduanya berusaha melambai-lambaikan tangannya dengan isyarat 'tidak' supaya Soorim tutup mulut.

"Ya, jangan coba-coba mencegah Soorim atau kalian akanku buat jadi ayam cincang," hardik Jisoo yang langsung membuat kedua Idol berdarah Thailand itu menunduk dan bungkam. Wanita itu kemudian kembali menatap tajam sepupunya. "Soorim, bicaralah."

Soorim menggigit bibir bawahnya ragu sebelum angkat bicara, "Jadi begini, Eonnie, aku.. u-uhm aku mau melakukan hal itu karena.."

"Karena apa? Bicara yang jelas, Soorim-ah."

"U-uhm, Lisa-eonnie dan Ten-oppa mengancamku, kalau aku sampai tidak mau melakukan perintah mereka, maka mereka akan.."

"Akan mengapakanmu?"

Soorim mengangkat mukanya menatap Jisoo dengan memelas. "Ya, Eonnie-ya, mereka mengancamku kalau aku tidak mau menjadi ibu bohongan Janssen, mereka tidak akan mau mendekatkanku dengan sahabatnya dari Thailand, padahal aku sangat menyukainya. Aku sangat ingin ia menjadi pacarku.. jadi aku akan melakukan cara apapun agar bisa dekat dengannya."

We Got BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang