Keluarga harmonis, teman-teman selalu ada di sampingnya, paras cantik, bahkan otak yang terbilang cerdas. Semua dimiliki oleh Judy.
Apa pun yang kamu inginkan, dia punya. Tinggal sebutkan saja, Judy akan memberi dengan cuma-cuma-tentunya, dengan ca...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau dipikir-pikir lagi, kamu yang membuatku tegar dengan caramu melukaiku. Dan untuk itu, aku berterimakasih."
(Hati yang Terluka)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JUDY melangkah perlahan, namun tetap saja, tiap langkah kucing yang ia lakukan, pendengaran Lema akan selalu lebih sensitif. Lihat saja. Sekarang, mata Lema mendadak terbuka. Irisnya langsung menghunus ke arah Judy dengan berbagai antisipasi.
"Kemana aja?" tanya Lema langsung. Perlahan melirik jam di dinding kamar. Jam sebelas malam. Astaga. Judy sudah gila, ya?
Selama Lema mengenal Judy, perempuan itu tidak pernah melanggar jam malam. Tepat sebelum jam sembilan, sudah harus ada di rumah. Tidak ada alasan apa-apa, pokoknya anak perempuan baik-baik harus pulang sebelum jam sembilan. Hanya itu.
Tapi sekarang, kelakuan Judy bukan seperti Judy biasanya. Dan Lema punya banyak jurus karate yang ia persiapkan untuk menghajar siapa pun orang yang membuat Judy berubah.
Judy menarik napas panjang, lalu menaruh ponsel dan jam tangannya di nakas tempat tidur. Perempuan itu bersiap-siap langsung selonjoran di tempat tidur, tapi Lema sudah menahannya lebih dulu. Bahkan, Lema yang tempat tidurnya ada di sebelah Judy langsung berdiri demi menahan lengan sahabatnya.
"Jud, kalo orang nanya, dijawab, dong."
Judy menepis tangan Lema. "Males."
Sabar... Lema tahu, Judy punya alasan sampai dirinya bisa seperti ini. Intonasi suara Judy sekarang sama persis dengan intonasi suara yang Judy gunakan pada orang-orang yang mengkhianatinya. Lema mengkhianati Judy? Sama sekali tidak. Mungkin, hanya cara Lema menasehati perempuan ini saja yang salah.
"Kenapa segitu enggak maunya, sih, ngikutin acara ini?" tanya Lema.
Kini mata Judy bersinar awas. "Gue males ngomongin ini."