Aurora - 2

105K 11.8K 2.1K
                                    

Entah mimpi apa gue sampai bisa kerja di sini sebagai asisten rumah tangganya si Bryan. Kasarannya sih, gue pembantu. Meskipun pekerjaan gue adalah part time assistant, tapi gue harus bersyukur karena seenggaknya pekerjaan ini halal. Lagipula gue kuliah di negara ini menggunakan biaya dari pinjaman bank atau bahasa resminya study loan. Jadi gue memang benar-benar butuh pekerjaan. Dan akhirnya, si Joyceline, temen gue yang kebetulan make up artist itu memberikan informasi ke gue soal kerja paruh waktu di apartemen Bryan.

Bodoh kalau gue nggak mencoba peruntungan ini! Jadi gue mengikuti saran Joyceline untuk melamar pekerjaan itu. Dewi Fortuna pun menyambut gue dengan senyuman lebar. Gue diterima.

Gue jelaskan sedikit tentang keseharian gue sebagai asisten rumah tangga. Setiap hari gue harus meluncur ke apartemen Bryan sepulang kuliah. Awalnya, gue merasa seperti bermimpi karena bisa bertemu idola sedekat ini. Hari demi hari terlewati dan seiring dengan berjalannya waktu, gue menjadi cukup terbiasa rutinitas itu. Gue semakin memahami kebiasaan dan karakter majikan gue itu. Salah satunya adalah kebiasaan dia yang shirtless di apartemen. Sebetulnya masih sangat wajar karena dia cowok. Tapi ingat! Gue masih jadi penggemar dia! Jadi bisa kalian bayangkan kan bagaimana rasanya jadi gue?! Rasanya tangan ini gatal ingin memotret dia dari segala angle.

Sebenarnya kalau gue mau, gue bisa saja mengabadikan kegiatan majikan gue di apartemen. Gue bisa menyebarkan foto shirtless dia di internet yang mampu membuat para penggemar mendadak mengaku pecah ketuban, hamil online atau mengeluh sudah pembukaan sembilan.

Iya, gue bisa.

Bisa masuk penjara....

Gue dan Bryan telah menandatangani perjanjian kerja selayaknya orang lain. Dan salah satu poinnya adalah gue harus menghargai privasi dia. Gue nggak boleh mengambil foto dia dan member grupnya. Gue juga nggak boleh mengambil foto di daerah teritorial dia. Gue harus membiarkan dia bebas dengan privasinya. Gue hanya mengiyakan saja. Gue menghargai itu. Lagipula gaji gue sangat lebih dari cukup. Nggak tahu diri namanya kalau gue mengkhianati kepercayaan dia.

Ini sudah menginjak akhir pekan. Semalam Bryan meminta gue untuk datang pagi-pagi ke apartemen. Sebagai asisten rumah tangga sekaligus fans dengan loyalitas tanpa batas, gue mengiyakan permintaan dia. Gue mengerti kalau hari ini dia off dari kegiatan keartisannya. Dia pasti akan sangat membutuhkan gue di apartemen untuk mengurusi semuanya, termasuk sarapan dia.

Pintu apartemen terbuka. Di hadapan gue saat ini, berdiri tegap sosok Bryan dengan messy hair yang justru membuat dia terlihat menggoda. Wajahnya masih terlihat sangat lelah yang membuat gue sadar kalau pekerjaan dia itu sama sekali nggak mudah.

"Buatkan sarapan untukku," ucap Bryan sedikit lemas sembari kembali berjalan menuju kamarnya.

"Baik."

Tanpa banyak bicara lagi, gue segera melesat ke dapur untuk memenuhi tugas. Melihat betapa lelahnya Bryan hari ini membuat gue iba. Gue pun membuatkan sarapan terlezat untuk dia dengan kemampuan yang gue miliki. Harapan gue hari ini nggak terlalu muluk. Melihat Bryan kembali ceria dan segar saja sudah membuat gue bahagia sebagai seorang penggemar.

"Bryan," panggil gue mengetuk pintu kamarnya. "Sarapannya sudah siap."

"Bawa masuk," sahut Bryan malas-malasan.

"Baik," ucap gue segera melakukan permintaan dia. Nggak lupa gue membawakan vitamin yang sengaja gue beli kemarin.

"Apa itu?" Bryan menunjuk botol yang gue letakkan di nampan.

"Vitamin."

"Aku tidak minta."

"Ini pemberian dariku."

Fangirl TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang