3

8 1 0
                                    

Naya membuka benda yang tertata rapi di pojok meja belajar, tangannya bergerak cepat mengetikkan beberapa alamat website yang sering ia kunjungi. Apalagi kalo bukan blogger. Tapi ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Saat menu statistik terbuka, Naya hanya bisa melongo melihat begitu banyak pengunjung yang mampir di sana. Padahal isinya cuma abal- abal yang ia peroleh dari hasil copas alamat tetangga. Banyaknya iklan yang muncul membuat wajahnya semakin sumringah.

"Waaaa. Senangnyaaa. Akhirnya apa yang selama ini aku impikan terwujud juga. Akhirnya aku bisa terkenal, dan mendapat uang dari blogger," ucap Naya dengan tawa puas. Tak lama kemudian gempa datang secara tiba- tiba. Ia panik, bingung. Tubuhnya terguncang dan seseorang memanggilnya.

"Nay, bangun woy. Dari tadi diliatin Bu Santi tuh." Rani menggoyangkan tubuh Naya beberapa kali, ia terkejut. Kepalanya yang tadinya diam, bergerak sedikit ke bawah karena tangan yang sedari tadi menopang dagu saat ini telah menempel di meja.

"Naya! Kamu tidur? Bangun! Jangan mentang- mentang kamu anak pintar terus bisa seenaknya tidur di kelas ya." Santi, guru Naya yang terkenal akan kesadisannya kini mulai menampakkan wajah yang paling horror bagi anak- anak di kelas itu.

"Eh, maaf bu. Tadi ketiduran. Beneran bu, saya nggak sengaja." Naya memohon.

"Baiklah ibu maafin kali ini, kamu masih bisa mengikuti pelajaran,"

Tumben- tumbenan Bu Santi mau maafin orang dengan mudah tanpa dikasih hukuman. Aku rasa keberuntungan lagi berpihak padaku. Alhamdulillah... ucap Naya dalam hati.

"Tapi diluar kelas. Disana, dibelakang pintu. Nggak boleh berdiri apalagi duduk. Harus jongkok!"

Mendadak suasana kelas yang awalnya tenang, menjadi heboh dipenuhi gelak tawa. Dengan sekali bentakan, suara gaduh yang tadinya mengisi ruang kelas berubah menjadi hening. Tidak ada satupun murid yang berani berkutik, termasuk Aris. Bahu Naya merendah, tangannya menarik kursi ke belakang, ia mundur beberapa langkah. Tanpa sengaja ia memergoki Reno yang sedari tadi menatapnya dan langsung membuang muka seolah- olah tidak terjadi apa- apa. Naya berjalan keluar kelas dengan tangan yang memegang buku fisika.

Sesampainya di luar kelas, gadis itu benar- benar memperhatikan pelajaran Bu Santi dengan serius. Ditambah bonus posisi jongkok, membuatnya sedikit menanggung malu. Terlebih lagi jika ada orang- orang yang melihatnya. Baru sebentar, suara berisik mengusik telinga Naya. Sepertinya dari arah lapangan. Ternyata murid kelas lain yang sedang mengikuti pelajaran olahraga.

"Eh, itu kan Naya," ucap salah seorang dari mereka dengan suara yang bisa membuat kepala Naya berputar. Bobby bersama gerombolannya berjalan mendekat ke arahnya

Aduh, kenapa harus ada mereka sih. Malu banget kalau sampai liat aku disini.

Mereka bertiga mulai mendekat, mendekat, dan berakhir 1 meter disamping Naya. Spontan ia menutup wajahnya yang berbalut hijab dengan buku fisika yang ia bawa.

"Hai Nayaa. Lagi ngapain nih?" tanya Bobby dengan nada menggelikan.

"Nggak ngapa- ngapain. Sana pergi." Naya melambaikan kedua tangan, dengan maksud mengusir mereka dari area ini.

"Kalau mau Buang air dikamar mandi dong Nay, jangan disini," celetuk Bobby, spontan buku yang ada diwajah Naya perlahan turun. Sedangkan Fero hanya menahan senyum melihat tingkah temannya satu ini yang tengah asyik menggoda Naya. Gadis itu mencoba mengelak. Tentunya dengan posisi yang bener- bener tidak enak untuk dilihat. Ia harus mendongakkan wajahnya agar bisa menatap mereka dengan jelas.

"Ck.. udah- udah kasihan ah Bob. Pergi yuk!" ajak Fero merangkul leher Bobby yang tengah melambaikan tangannya ke arah Naya. Tak lupa Fero juga memberikan seulas senyum tipis, senyum yang mampu membuat Naya--- sedikit terbang.

Virtual ImageWhere stories live. Discover now