Chapter 6: Cepat Selamatkan!

Mulai dari awal
                                    

"Eh, di mana ini? Kok gue ada di sini?" Riki menebarkan pandangannya ke sekeliling. Ia masih berada di lapangan.

Bu Florina menjentikkan jarinya di kejauhan. Riki paham sekarang. Beliau sengaja membuat Riki melamun agar Riki dapat kembali ke dunia mimpi sesegera mungkin. Sepertinya beliau mengetahui kalau Riki selalu ingin berada di sana menikmati petualangannya bersama Callista, peri cantik yang telah menawan hatinya. Bu Florina mengedipkan sebelah matanya kepada Riki. Atlanta menyangka kedipan itu ditujukan padanya.

"Bu Florina baik banget ya, Riki ngelamun selama jam olah raga aja nggak dikasih hukuman. Coba kalo jam pelajarannya Pak Boby, pasti udah disuruh berdiri di luar kelas," Atlanta terlena melihat kedipan Bu Florina.

Riki tersenyum sekilas, merapatkan kedua tangannya di belakang kepala. "Mungkin karena beliau tetangga baru depan rumah gue," celetuknya pelan.

"Apa? Jadi Bu Florina tetangga baru lo?" Atlanta berdiri menghadap Riki memegangi kedua bahunya.

"Lebay!" cibir Rhean mengomentari sikap Atlanta. Disodorkannya sebotol minuman pada Riki. "Nih, lo pasti haus habis ngelamun panas-panas di tengah lapangan! Mending kita makan di kantin, yuk! Istirahat pertama tadi kita kan nggak jajan," ajak Rhean menarik tangannya.

PLIP! PLIP! Ponsel Rhean berkedip menghentikan langkahnya.

DUM DUM PLOP! Ponsel Atlanta turut bergetar menyita perhatiannya.

"Eh, video apa ini?" Rhean memelototi layar ponselnya. Demikian pula halnya dengan Atlanta. Salah seorang teman mereka telah mentag nama mereka di sebuah media sosial. Sebuah video streaming berdurasi satu menit empat belas detik menampilkan seorang gadis tengah berada di atas atap kantin sekolah di lantai dua. Gadis itu berusaha menyelamatkan seekor anak kucing yang ketakutan untuk turun. "Rik, lihat deh ini!" Rhean menunjukkan ponselnya pada Riki.

"Lho, ini kan Si Putih!"

"Perhatiin dengan jelas, siapa cewek yang ada di video itu!" tunjuk Rhean.

Bola mata Riki nyaris melompat keluar demi melihat kejadian dalam video itu. "Callista?" pekiknya pelan. "Ini kejadian waktu kapan?"

"Kayaknya lagi berlangsung sekarang, deh. Coba lihat jam di video itu!" timpal Rhean mengamati video lebih lanjut.

"Nekad banget dia. Ayo Rhe, kita ke sana! Itu di atap kantin lantai dua, kan?" secepat kilat Riki berlari menuju tempat kejadian peristiwa.

"Woy, tungguin gue!" Atlanta segera memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana. Dikejarnya kedua sahabatnya yang berlari jauh di depan.

Suasana kantin di lantai dua sangat ramai, sejumlah anak berjubel di koridor seberang gedung yang membentuk letter O. Mereka datang bukan hanya untuk menyaksikan kejadian itu. Melainkan juga untuk mengabadikannya ke dalam sebuah foto dan video. Hanya segelintir di antara mereka yang berteriak panik memanggil-manggil Callista untuk segera turun. Beberapa orang penjaga sekolah tampak sibuk mencarikannya tangga. Semua orang heran, bagaimana cara gadis itu naik ke atas atap sementara di sekitar mereka tidak ada tangga untuk menuju ke sana.

"Hati-hati Callista!" teriak sebagian orang.

"Cepat turun!" perintah yang lainnya.

"Hebat, lo cewek jagoan!" komentar beberapa anak laki-laki.

Riki berpikir keras mencoba mencari cara untuk membantu Callista turun dari sana. Seandainya saja ia dapat berubah wujud menjadi ksatria bintang seperti di dunia mimpi, pasti ia tidak akan kepayahan menangani masalah ini. Hanya ada pilar-pilar beton yang menghubungkan tembok pembatas dengan atap plafon. Terdapat pula talang-talang air yang terpasang merapat pada beberapa pilar tersebut. Tanpa pikir panjang, ia segera memanjat ke atas dinding pembatas dan merayap naik melalui salah satu pilar yang ada di dekatnya. Para siswi yang melihatnya merasa was-was dan memberi peringatan untuk berhati-hati. Atlanta berusaha mencegah tindakan yang dilakukannya. Tetapi Rhean menahan Atlanta agar tidak menghalangi perbuatan yang sedang dilakukan Riki.

Ksatria BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang