Yuki dan ketiga sahabatnya terlihat tidak sabar. terkadang mereka hanya duduk bersandar pada jok tanpa semangat.

" Kegiatan mereka apa aja sih? Lama banget keluar" komentar Prilly yang memang tidak sabaran.

" Eh, tapi cewek-cewek suruhan kita udah standby kan? " seru Febby.

" Udah. Eh eh, tu kayaknya Kara deh ".

Yuki memfokuskan pandangannya pada Kara yang saat ini berjalan menuju Al berdiri. Dari reaksi Kara yang terkejut melihat perubahan Al, Yuki tersenyum. Menurutnya, misi membuat Kara merubah pandangannya terhadap Al sudah berhasil.

Yuki menekan opsi panggilan pada ponsel pintar miliknya, lalu meletakkan ponsel itu di sampinh telinganya.

Mata Yuki masih menatap Al sambil menunggu panggilannya terjawab. Di sana, Al tengah merogoh saku celana seragamnya dan menempelkan benda elektronik miliknya pada telinga. Sama seperti yang Yuki lakukan.

" Hallo"

"Hallo Al, lo bisa jemput gue nggak? " tanya Yuki.

" Maaf, aku lagi jemput Kara sekarang. Emang kamu di mana? "

" Gue akan sms alamatnya. Kalo dalam waktu setengah jam lo nggak dateng, lo tau konsekuensinya! "
Telepon ditutup.

*******

Tempat yang cukup sepi di siang hari dan ramai pada sore harinya ini dipilih Yuki dan ketiga sahabatnya untuk melakukan eksekusi terakhir.

Mendengar kabar dari beberapa suruhan mereka lewat telepon membuat mereka tertawa bahagia.
Rasa tak sabar begitu jelas terpancar dari Febby dan Jessie. Tapi tidak dengan Prilly dan Yuki.

Bahagia yang mereka rasakan hanya sebagian, karena sebagian lain akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

Yuki menarik napas dan mencoba untuk berkonsentrasi drama yang akan ia lakoni setelah ini.

Tiga sahabatnya sudah menunggu di tempat yang cukup jauh dari Yuki duduk sekarang.
Ya, cukup sederhana. Alasan mobil yang tiba-tiba mogok di tengah jalan akan lebih mudah menempatkan mereka di tempat ini.

Sebuah taxi biru muda mendekat ke arah Yuki, lalu Al keluar dan menghampirinya.
Yuki mendekat dan memeluk Al dengan tempo yang cepat membuat Al diam seketika dan menghentikan niatnya untuk bertanya.
" Al, gue takut sendirian di sini. Kenapa lo lama? " tanya Yuki dengan raut takut yang meyakinkan lelaki yang tengah dalam pelukannya itu.

Baru saja hendak menenangkan, sebuah pintu terhempas dengan keras dan gadis yang sedari tadi memperhatikan kejadian di pinggir jalan itu keluar dengan raut kesal.

" Apa-apaan ini? Al, jelasin ke gue dia siapa? "

Al melepaskan pelukan Yuki. Wajahnya khawatir seperti maling yang tertangkap basah.

" Di, dia Yuki! " jawab Al terbata.

" Al, gue nggak tau lo juga bawa Kara. Maaf" Yuki berbisik dan terlihat merasa bersalah.

" Oh,,, ini yang lo bilang setia?
Dari kita pulang sekolah, cewek-cewek ganjen dengan banyak alasan nyamperin lo, dan sekarang cewek ini juga. Berubah segini aja udah buat cewek-cewek norak. " ucap Kara kasar.
Yuki masih terdiam.

" Kara, ini nggak seperti yang kamu pikirin. Mobil Yuki mogok, dan dia minta bantuan aku. Apa aku tega biarin cewek di tempat sepi ini sendirian! "

" Al, itu bukan alasan. Dia anak orang kaya, banyak orang yang akan nolong dia, kenapa mesti minta tolong sama lo! "

" Karena Al cowok gue! "

Mata Al membulat menatap Yuki tak percaya.
Yuki mengingkari janjinya.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang