Keisha mengangguk.

Ardi memegang tangan putri tunggalnya "Sha, dunia di luar itu keras. Kamu jangan lemah cuma karena ingatan kamu hilang, ada ayah sama bunda yang bakalan semangatin kamu," ucap Ardi meyakinkan anaknya.

Keisha mengangguk lagi. "Aku gamau pindah sekolah, Yah."

Ardi menautkan alisnya. "Kenapa?"

"Karna hanya aku yang gak inget temen-temen aku. Mungkin mereka kangen aku, Yah."

Ardi terdiam.

"Nih, buburnya," kata Rosa memberikan piring kepada Keisha

Keisha menerima bubur itu dan membuka meja yang terlipat disebelah tempat tidurnya. "Karna, hanya dengan bantuan temen-temen aku, aku bisa dapet ingatan aku lagi," kata Keisha seraya menyuapkan sendok yang berisi bubur.

Rosa tersenyum ia mengerti maksud putrinya.

Sepersekian detik mereka bertiga terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.

•••

Hari ini Alvaro sudah boleh keluar dari rumah sakit. Bahagia? Tidak, Alvaro tidak bahagia seperti kebanyakan orang setelah lepas dari alat-alat medis dan meninggalkan gedung yang tidak ada perbedannya dengan penjara bagi setiap orang.

Mungkin yang bisa membuat Alvaro bahagia hanya satu, kehadiran Keisha. Sibuk dengan pikirannya Alvaro tidak menyadari bahwa sedari tadi seorang gadis duduk di dekatnya. Ralat, lebih tepat disebelahnya dan sangat dekat karena banyak pengunjung yang duduk di bangku rumah sakit itu.

"Bunda lama banget sih," gumam gadis di sebelahnya.

Alvaro mengernyit ia mengenal suara itu, suara yang paling di hapalnya setelah berbulan-bulan mereka bersama, suara yang biasa meneriakkan namanya, bahkan suara yang amat teramat sering mengomelinya. Keisha. Dengan keberanian terkumpul Alvaro berusaha menoleh untuk melihat gadis di sampingnya.

"Keisha," gumamnya.

Karena jarak mereka yang berdekatan otomatis gadis yang berada di sampingnya mendengar dan menoleh. "Iya? Kamu kenal aku?" tanyanya.

Alvaro memejamkan matanya berharap tidak memeluk gadis itu sekarang juga, mungkin saja ia akan dijuluki cabul oleh gadisnya, iya benar gadisnya, Keisha masih miliknya, bahkan mereka belum mengucapkan kata pisah.

Alvaro menggeleng dan mengalihkan pandangannya. Tidak bisa, ia tidak bisa terus-terusan menatap Keisha. Rasa itu, kenangan itu, menyusup diantara celah hati Alvaro menusuknya memberikan rasa sakit kepada sang empu.

"Keisha, bunda lama ya?" tanya Rosa pada gadis yang duduk di sebelah Alvaro.

Merasa atmosfer diantara mereka berubah Alvaro segera beranjak, suasana canggung menghiasi dirinya. Dulu, ia pasti diperbolehkan menemani Keisha selama gadis itu sakit, memberikannya semangat untuk sembuh, tetapi sekarang? Berada di dekatnya saja sudah merasa berdosa untuk Alvaro. Karenanya, Keisha harus kehilangan ingatannya. Karenanya, Keisha harus melewati hari-hari yang sulit. Semuanya karenanya.

"Alvaro," tegur Rosa ketika Alvaro sudah berjarak 2 meter di depan mereka.

Alvaro tidak menoleh, bahkan ia tidak akan menoleh. Sakit. Setiap ia melihat Keisha semua kenangan itu terputar otomatis di dalam ingatannya.

"Alvaro?" ulang Keisha. "Namanya Alvaro, Bun?"

Rosa menggeleng. "Gak tau. Bunda salah orang kali ya?" alih Rosa karena ia sudah melihat Ardi yang berjalan menghampiri mereka.

"Udah selesai?" tanya Ardi kemudian merangkul putrinya.

Rosa mengangguk.

"Yaudah ayo pulang, jangan mau lama-lama di rumah sakit."

Mereka bertiga berjalan beriringan dengan Ardi merangkul putrinya bayangan mereka menghilang setelah dibelokan.

•••

"Keisha udah masuk?" tanya Jihan begitu Alvaro duduk di sampingnya.

Alvaro mengangguk.

Hari ini adalah hari ketiga ia bersekolah setelah insiden kecelakaan yang menyebabkan Keisha lupa ingatan.

"Dia udah keluar rumah sakit tiga hari yang lalu kan? Bareng lo," kata Jihan lagi.

Lagi, Alvaro mengangguk.

"Terus kenapa Keisha baru masuk sekarang?"

Alvaro berdecak. "Banyak tanya lo," desisnya.

"Dih gue nanya yang masuk akal juga," elak Jihan. "Eh-eh itu Keisha," ujar Jihan seraya menepuk pundak Alvaro.

Keisha berjalan bersama Arga, iya Arga entah bagaimana ia bisa dekat dengan laki-laki itu tapi yang jelas ia berlajan beriringan bersama Arga dan segera duduk di meja tepat di depan Alvaro, sedangkan Arga memesan makanan.

"Kok sama Arga, Al?"

"Biarin," ujar Alvaro dengan santainya.

Dilain sisi, Arga sangat telaten memotongi bakso yang telah ia pesan beberapa menit yang lalu. "Nih, Sha," ujar Arga menyerahkan mangkok berisikan bakso pada Keisha.

"Repot banget," komentar Keisha.

"Untuk princess mah gapapa," puji Arga.

Keisha tersedak. "Apasih, Ga!!"

Sedangakan Arga hanya terkekeh.

"Eh, Ga."

"Iya?"

"Emang kita pernah deket ya?"

Jleb

Pertanyaan Keisha sangat menohok, dekat? Oh tuhan bisakah mereka dikatakan dekat? Bahkan mengobrol seperti ini saja sudah membuat isi perut Arga melayang-layang.

"Argaaaa," rengek Keisha.

"Ah, iya?"

Keisha mendelik sebal, jadi daritadi Arga tidak mendengar pertanyaannya? "Emang sebelum gue lupa ingatan, kita deket?" tanya Keisha lagi.

Arga mengangguk ragu-ragu. "Lumayanlah," jawabnya.

Keisha meminum jus jeruknya dan berhenti seketika saat mengingat ada satu hal lagi yang perlu ia tanyakan.

"Oh, iya Ga."

Arga mengangkat kepalanya. "Apa?"

"Gue ada hubungan apa dengan Alvaro?"

"…"

"Soalnya, bunda selalu tanya aku inget ga sama Alvaro."

"…"

"Alvaro siapa aku, Ga?"

"…"

"Arga ih! Ditanya malah bengong!!"

"Ah, ini Shaㅡ"

"Gue Alvaro, kenapa?"

Keisha menoleh ke sumber suara dan menahan nafas seketika.

-----
Hai gue balik lagi. Makasih untuk pembaca setia HSP
Btw gua bawa cerita baru karya ArsyAmaliaPutri judulya kepingan masa lalu :) yok dibaca jgn lupa votement ya

High School PrincessWhere stories live. Discover now