10. Third Person

Começar do início
                                    

"Iya Tuan Leonardo Mark," ucap Yerisha sambil menyumpal mulut Mark dengan sesendok Lasagna yang sejak tadi ada di genggaman Mark.

Yerisha segera menghabiskan makanannya, menyusul Mark yang sekarang sudah menghabiskan makanannya. Bahkan, jus pir milik Mark sudah bersih dari gelasnya.

"Cewek makannya emang lama ya?" tanya Mark sambil menatap Yerisha yang sedang meminum tegukan terakhir jus pir miliknya.

"Gue kan cewek anggun Mark," jawab Yerisha asal yang langsung menerima sentilan di dahi oleh Mark.

Yerisha dan Mark segera bangkit dari kursi mereka dan membawa piring bekas makan mereka ke tempat yang sudah disediakan.

Mereka pun segera bergegas berjalan untuk ke kelas mereka selanjutnya. Yerisha dan Mark masih asik bercerita sambil terus berjalan melewati koridor. Kini mereka sedang melewati perpustakaan dan beberapa ruang klub kampus.

"Nggak daftar klub kampus, Kim?" tanya Mark.

Yerisha menggelengkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Mark. "Kayaknya nggak deh. Takut nggak keurus Mark. Liat SKS Kedokteran aja gue udah mumet."

"Ya karena itu Kim. Ikut masuk klub, lo bisa refreshing. Gimana sih!" ucap Mark sewot membuat Yerisha tertawa.

"Kok jutek sih. Ya bahkan di Golden dulu gue nggak masuk ekskul apa-apa Mark. Gue udah cukuplah dulu pernah les piano," jelas Yerisha.

"Kenapa lo nggak ikut klub musik aja? Bukannya cowok lo Kak Juang anak musik ya? Lo bisa kolaborasi sama dia, dia juga masuk klub musik kampus kan?" tanya Mark lagi.

Mendengar ocehan Mark, Yerisha pun dibuat tertawa olehnya. "Iya sih Kak Juang ikut klub musik. Tapi bukan berarti dimana ada Kak Juang, di situ juga harus ada gue," jelas Yerisha.

Mark hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Yerisha. "Kalau gitu masuk klub fotografi aja, Kim. Bareng gue, gimana?" tawar Mark kepada Yerisha.

Yerisha mengerutkan dahinya mendengar ajakan Mark. Sedikit bingung ternyata Mark sepertinya memiliki hobi di bidang fotografi. "Hm. Gue nggak jago Mark. Kalau selfie baru gue jago."

"Ya elah. Makanya ikut biar belajar. Ayo! Gue baru daftar kemarin kok waktu habis balik dari perpus."

"Ya udah ayo. Gue coba dulu," akhirnya Yerisha menerima tawaran Mark.

Langsung saja Mark menarik Yerisha untuk kembali ke area ruang-ruang klub kampus tadi. Mark mengajak Yerisha masuk ke dalam salah satu ruangan tersebut. Tampak di sana beberapa mahasiswa sedang beraktivitas.

"Hello, bro. Hm, can I get one piece of form? My friend wanna join this club." tanya Mark kepada seorang pria yang sedang membersihkan lensa kamera.

"Oh, hello Leonardo Mark. Of course. Here you are!" jawab pria tersebut menyodorkan selembar formulir kepada Mark. "Is she your girlfriend?" tanya pria tadi lagi.

Mark berdehem sebentar dan melihat Yerisha yang hanya terdiam. "Nih isi formulirnya dan duduk di sana," ucap Mark sambil menyodorkan formulir ke arah Yerisha. "She is my senior high school friend in Indonesia. Hope you will treat her good, here," ucap Mark yang disambut anggukan beberapa orang di dalam ruangan tersebut.

Setelah Yerisha menyelesaikan pengisian formulirnya. Mark dan Yerisha segera pamit dan kembali berjalan menuju kelas mereka.

"Gue perlu beli kamera juga nggak Mark?" tanya Yerisha.

"Harusnya sih. Tapi kalau lo mau pake kamera gue dulu, juga nggak apa-apa Kim," tawar Mark lagi.

"Ah, nggak usah Mark. Lo udah minjemin gue buku kuliah, sekarang mau minjemin kamera. Gue telepon Ayah gue dulu deh, minta izin beli kamera," tolak Yerisha secara halus.

"Itu gunanya temen, Kim. Ah e lah, biasa aja lagi mumpung gue baik," canda Mark.

Yerisha hanya membalas dengan kekehan. Saat mereka hampir sampai ke gedung kedokteran, Yerisha tiba-tiba menghentikan langkahnya karena mendengar suara Juang yang sedang berbicara kepada seorang perempuan.

Kak Juang kenapa sampai ke gedung kedokteran? Batin Yerisha.

Yerisha menahan pergelangan tangan Mark saat Mark akan berbelok ke koridor kelas. "Tunggu Mark!" gumam Yerisha pelan.

Mark dengan bingung menghentikan langkahnya dan menatap tangan Yerisha yang memegang tangannya agar berhenti.

"Kenapa Kim?" tanya Mark bingung.

"Sstt..." desis Yerisha meletakkan telunjuk ke bibirnya.

"Lo pura-pura nggak kenal sama gue atau gimana, Juang? Lo kira setelah lo pindah dari Jakarta ke Bandung, gue gitu aja lupa sama lo? Bokap gue selalu nanyain lo."

"Jawab gue dulu. Lo kenapa bisa kuliah di sini? Bukannya lo tahun kemarin di Kedokteran UI?"

"Gue pindah ke sini karena bokap gue denger info lo kuliah di sini. Lo harus inget, Juang. Bokap gue bakal nepatin janjinya buat ngejalanin permintaan terakhir bokap lo. Bokap gue nggak akan pernah lupa buat pengorbanan bokap lo waktu kecelakaan pesawat dulu. Kalau bukan karena bokap lo, bokap gue pasti sekarang udah jadi korban pesawat yang sama."

"Gue ngerti. Tapi kenapa lo juga harus pindah?"

"Karena bokap gue mau gue bisa deket lagi sama lo. Lo jangan pura-pura lupa kalau dulu Om Wiratama sayang banget sama putrinya Keluarga Juanda."

"Tapi gue punya Yerisha, Cecilia Halla Juanda."

Seketika percakapan Juang dan perempuan yang sepertinya Halla itu membuat kaki Yerisha melemas. Mark yang sadar akan perubahan sikap Yerisha dan sedikit paham dengan apa yang terjadi, segera balik memegang tangan Yerisha.

"Lebih baik kita ke kelas lewat koridor sana Kim. Walau jauh harus muter tapi seenggaknya gue bisa cuci mata ngeliat cewek-cewek jurusan Hukum di sana," ajak Mark sedikit berbohong dan menarik tangan Yerisha berjalan menjauh dari koridor kelas yang mengarah ke ruang kuliah jurusan Kedokteran tersebut.

HOMEOnde histórias criam vida. Descubra agora