18. First night in Paris.

Mulai dari awal
                                    

Rex memperhatikan kedua orang yang tak jauh darinya.

Raiden menatap Xeena sesaat. "Kau tahu ini bukan isi dari dari perjanjian kita,"

"Tapi, Agera." ucap Xeena merasa keberatan.

"Aku tak menerima alasan atau pun bantahan sedikit pun! Kita tetap akan disini selama tiga hari," ucap Raiden kian dingin. Bahkan Raiden seakan lupa jika masih ada Rex disana.

"Perjanjian? Perjanjian apa?" Rex yang dari tadi mendengarkan kini ingin tahu segalanya.

"Itu bukan urusanmu!" jawab Raiden cepat.

Xeena merasa kesal dengan sikap dua pria di depannya. Menurut Xeena mereka sama saja. Jika satunya pria robot tanpa ekspresi dengan sejuta perintah dan tak menerima bantahan, maka Rex adalah pria yang misterius dengan segudang cerita yang tak akan pernah Xeena duga. Keduanya sama-sama keras kepala dengan pendapat mereka masing-masing. Xeena lelah, untuk melihat dua pria di depannya saling beradu pendapat dengan dingin.

"Itu memang bukan urusanku, tapi entah kenapa aku merasa ingin tahu," jawab Rex cuek.

"Kau," Raiden menunjuk Rex. "... jangan lewati batasmu, Mr. Acacio!"

"Cukup!" Xeena merasa tak tahan dengan keduanya. Xeena menatap dua pria di hadapannya. "Kalian, sama saja! Sama-sama gila!" Xeena melangkah meninggalkan Raiden dan Rex yang saling menatap tajam.

"Semua karena dirimu! Karena kau tak tahu batasmu!" kata Raiden dingin.

Rex tersenyum sinis."Apa kau tak keliru? Bagaimana mungkin aku bisa tenang membiarkan pasangan dari wanitaku bermesraan di depan mataku meski istrimu tengah bersamamu! Mr. Calisto, berhati-hatilah, karena aku akan terus mengawasimu! Jika kau membuatnya menangis sedikit saja, kau akan lihat akibatnya!"

Rex pergi setelah mengatakan itu semua. Raiden menatap punggung Rex yang kian menjauh hingga mobil mewah yang Rex tumpangi hilang dari pandangan Raiden. Raiden mengeratkan kepalan kedua tangannya.

"Kenapa dia harus ada di sekitar Xeena! Semua semakin merepotkan sejak dia muncul di kehidupanku!"

Raiden memasuki sebuah ruangan dan terus berjalan kedalam. Menaiki sebuah tangga dan terhenti saat sebuah percakapan tengah terjadi.
Raiden diam untuk mendengarkan percakapan tersebut agar terdengar jelas.

"Tuan Gilhive," ucap Xeena memohon.

"Aozora! Sampai kapan kau memanggilku seperti itu?!" nada suara Michael sudah mulai meninggi.

Xeena diam dan menatap Ayahnya. "Lalu, apa yang Daddy inginkan? Daddy berharap aku bersikap manis seperti dulu? Setelah semua yang terjadi? Aku bukan lagi anak berumur tujuh tahun yang bisa Daddy bohongi! Aku cukup dewasa untuk tahu segalanya! Daddy, bukan lagi orang yang kukenal! Tidak, aku tidak memiliki Daddy yang seperti itu!"

"Tentang itu, Aozora ... Daddy,"

"Aku tetap ingin pulang ke London hari ini juga!" bantah Xeena tak kalah tegas.

Raiden yang melihat itu semua hanya bisa menghembuskan napas perlahan. Gadis itu, benar-benar tampak berbeda jika sedang berhadapan dengan Ayahnya. Kenyataan hidup yang membawanya sampai ke London, cukup membuat Raiden kagum. Raiden tersenyum melihat gadis keras kepala yang tengah berdebat dengan Ayahnya. Langkah Raiden semakin pasti untuk mendekat. Dengan penuh kesandiwaraan, Raiden dengan erat memeluk pinggang tubuh gadis tersebut dari belakang.

"Hi dear, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Raiden lembut di telinga Xeena.

Xeena bergetar saat tangan kokoh Raiden memeluk pinggangnya secara tiba-tiba. Menoleh sesaat dan menatap tajam karena tak suka akan sentuhan Raiden. Xeena mencoba melepaskan pelukan Raiden dari pinggangnya. Namun Raiden semakin mengeratkan pelukannya.

Save Me Mr. Cool (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang