tigapuluhsatu (end)

Start from the beginning
                                    

"JIMIN KAMU TUH BERAT ASTAGA."

Bukannya merasa kasihan, Jimin malah tertawa.

Sera berusaha bangun dari posisinya tapi apa daya, tubuh Jimin lebih besar dari pada tubuhnya. Akhirnya ia pasrah dan membiarkan Jimin menindihya seperti itu.

"Jim... berat."

"Turutin permintaan aku dulu. Baru aku bebasin kamu."

Perasaan Sera sudah mulai tak enak.

Tapi ia tak peduli. Yang penting dirinya bisa bernafas dulu sekarang. Jimin sangat keterlaluan memang.

"Apa?? Cepetan terus lepasin aku. Ga bisa nafas nih."

Jimin memamerkan senyum liciknya pada Sera. Perasaan aneh muncul lagi di benak gadis itu.

Apakah... Jimin akan melakukannya malam ini?

Oh ayolah, bahkan hanya sekedar membalikan tubuh saja Sera tidak sanggup. Apalagi...

Ah sudahlah.

Jangan berfikir yang tidak tidak. Mungkin saja Jimin memintanya membuatkan makanan. Toh sejak siang tadi mereka belum makan apa-apa.

Sera yang frustasi karena Jimin tak kunjung menyingkir dari tubuhnya berusaha memberontak dan akhirnya berhasil. Ia bisa bernafas lagi. Gadis itu terduduk memperhatikan Jimin yang tiduran dengan posisi yang sama dengannya.

Baru saja Sera ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba Jimin bangun dan langsung menindih Sera kembali /asli gue geli nulisnya:"")/

Tentu saja gadis itu terkejut.

Sekarang wajah Jimin hanya berjarak 5 cm dari wajahnya. Sera bisa merasakan deru nafas Jimin yang menerpa wajahnya.

Terjadi keheningan beberapa saat sebelum Jimin mendekatkan bibirnya pada telinga Sera. Gadis itu hanya bisa menahan nafasnya. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap di situasi seperti ini. Pikirannya kalut. Hatinya berdebar seratus kali lebih cepat dari pada biasanya.

Dasar Park Jimin sialan.

Sera bisa merasakan nafas Jimin di tengkuknya sekarang. Rasanya hangat sekaligus menggelikan.

Sekali lagi Jimin menghembuskan nafasnya sebelum membisikan sesuatu ke telinga gadis itu.

"Can i?"

Tamat sudah riwayat Sera malam ini.

Memang sekarang Jimin adalah suaminya dan tentu saja 'hal' itu di perbolehkan.

Masalahnya adalah..

Sera belum siap melakukannya.

Apalagi sekarang tubuhnya sudah remuk dan kakinya sangat amat sakit. Dan tak mungkin akan sanggup melakukan 'itu'.

Tapi kalau posisinya sudah seperti ini, Sera tak mungkin bisa menolak. Sudah terlambat untuk menolak keinginan Jimin.

Sera menelan salivanya dengan susah payah. Tenggorokannya terasa sangat kering.

Ketika Jimin hendak mencium Sera kembali, Sera menahan dada Jimin. Sungguh ia tak mau melakukannya sekarang. Tubuh maupun hatinya tidak siap untuk melakukan ini.

"Jim aku..."

BRAK

"EH?"

Sera dan Jimin menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka lebar memperlihatkan sesosok pria berkemeja putih dengan sebuah kantung belanja di tangannya.

chatting ;  om jiminWhere stories live. Discover now