Prolog

185 41 32
                                        

Saat itu

Amarsya Rivaldy, gadis itu tengah mempersiapkan dirinya di hadapan cermin. Seragam SMP yang ia pakai tampak kusut selaras dengan rambut ungu panjang yang ia biarkan berantakan.

Rambut ungu gelap ini nampak hitam di tempat yang gelap jadi gadis itu masih bisa menyembunyikannya dari sang guru, sederet gelang hitam berjejer di pergelangan tangan kanan dan kirinya. Meski sudah ditegur puluhan kali oleh kesiswaan Amarsya tetap memakainya dengan percaya diri.

Ia mengenakan sepatu Converse miliknya lalu pergi dengan cepat ke sekolah mengenakan motor matic yang Minggu lalu baru ia beli sebagai alat transportasinya menuju sekolah.

Sampai di sekolah Amarsya melirik ke arah arloji di tangannya, lalu ia menghela nafas berat ia sudah tahu akan terlambat seperti ini jadi dia nampak biasa saja.

Bu Lina memeriksa gerbang dan mendapati Amarsya tengah berjalan santai menuju gerbang sekolah.

"Ini untuk yang ke sekian kalinya!" Tegas Bu Lina dengan suara yang tinggi.

Amarsya si gadis berantakan itu cuman nyengir kuda "Jalan macet bu"

Bu Lina melotot seakan matanya hendak keluar lalu jatuh ke tanah. Beliau menjewer kuping Amarsya membuat gadis itu mengaduh tanpa ampun bu Lina seret ke depan tiang bendera selepas upacara selesai.

"Berdiri sampai bel istirahat!" ucap Bu Lina dengan penuh rasa benci.

Amarsya mengangkat kedua bahunya lalu berdiri dengan lapang dada di tonton banyak orang yang masih mengumpul sehabis upacara.

"Ama, Lo ngapain disitu?" tanya Oki, juga sederet temannya menghampiri Amarsya di hadapan tiang bendera.

Amarsya tertawa kecil "telat Ki, tapi ada untungnya gue berdiri disini sampe istirahat"

Ke empat temannya mengernyit heran. "Apaan tuh?" Juki menggaruk tengkuknya tanda kalau dia bingung.

"Gue jadi gak masuk pelajaran Matematika yang lama sampe 2 jam pelajaran, ngebosenin" Amarsya tersenyum puas.

"Wahh, enak banget lu. Gue mau berdiri juga deh" kata Juki dia kemudian berdiri di samping Amarsya diikuti ke tiga orang lain ada Boni, Oki juga Yoga.

"Emang kita salah apa sampe di jemur?" tanya Yoga sambil mengerutkan kening memandang sahabatnya bergantian.

"Gue sih telat"

"Yah, terus kita ngapain ikut berdiri juga?" ucap Yoga lagi yang otaknya lagi lemot biasanya Juki yang paling lemot dari yang lain tapi sekarang berpindah ke Yoga, apa mungkin penyakit Juki bisa menular?

"Kan gak mau ikut kelas matematika. Lo mau kaga?" sinis Boni kepada Yoga.

Dengan segera Yoga menggelengkan kepalanya cepat.

"Ngapain panas-panasan? Mending di kantin aja bolos pelajarannya." celetuk Juki.

"Kan gue disuruh berdiri sama Bu Lina, nanti hukuman gue bertambah kalau gue gak ngelaksanain" Kata Amarsya dengan sangat bertanggung jawab.

"Ck ck,ck" Juki menggelengkan kepalanya sambil mendecak tiga kali. "Bu Lina kan nyuruh Lo buat berdiri? Dia gak bilang harus berdiri disini kan? Di kantin juga Lo bisa berdiri, di seluruh tempatpun Lo bisa berdiri " imbuh Juki.

Amarsya mengangguk, Juki emang ada benarnya. Tumben otak Juki encer biasanya dia lemot kaya komputer lama.

"Ayo cawww!"

Kemudian Amarsya bersama keempat temannya pergi ke kantin, disana Amarsya tetap berdiri sambil makan gorengan panas.

Boni, Juki,Yoga dan Oki adalah kawan Amarsya sejak masa orientasi siswa. Mereka Keempat mahluk yang paling setia dan peduli pada Amarsya meskipun wajah mereka standar alias pas-pasan, gadis itu tetep aja bersama mereka, habisnya tak ada lagi kawan cewek.

Sahabat Amarsya bukan hanya mereka, ada dua lagi dari kelas 9, namanya Reno dan Julian. Juga dua dari kalangan anak SMA yaitu Miko dan Seno.

Sejak SD Amarsya memang sudah berkelakuan buruk, apalagi pas dia masuk SMP pergaulan memporak-porandakan kepribadiannya.

Dia masih kelas 8 sekarang itu, Seno dan Miko adalah orang yang pertama kali mengajarinya untuk merokok sampai Amarsya kecanduan tapi tidak terlalu parah.

Tanya pada Amarsya apa dia pernah minum alkohol? Ya, dia pernah beberapa bulan lalu tepatnya saat Julian yang menawarinya seteguk kemudian menjadi berkepanjangan, keluarga Julian adalah pengedar narkoba juga mereka semua adalah alkoholic.

Tubuh Amarsya sudah rusak oleh banyak barang terlarang masuk kedalamnya di usia semuda ini.

Amarsya juga di ajarkan bagaimana caranya untuk berkelahi dan mempertahankan harga dirinya, dia memang anak yang buruk yang masuk ke lingkungan Sialan tapi Amarsya merasa lebih baik dimana dia menjadi pribadi yang bebas juga banyak orang yang menyayangi dia.

Ini adalah tempat yang mana terdapat banyak orang bejad dimana saja. Tak susah untuk berbuat dosa disini, tak susah juga untuk menjadi orang gila.

.

DistanceWhere stories live. Discover now