Prolog

16.6K 735 111
                                    

"Jika memang bahagia itu nyata, biarkan aku menikmatinya walau hanya sekejap mata. "

"Kenapa kamu tinggalin aku, Dam, kamu sudah janji sama aku, kalau kamu akan menjagaku, kenapa, kenapa?" Aku tergugu di depan pusara Adam calon suamiku. Rencana yang kubangun dengannya untuk berumah tangga, kini pupus sudah. Hatiku luluh lantak.

Aku tak tahu mengapa sang takdir sekejam ini padaku. Kebahagiaan yang sudah di depan mata, tak mungkin lagi kugapai, kini hanya kepedihan mendalam yang kurasakan.

Satu persatu pelayat meningalkan pemakaman. Kini tinggallah aku seorang diri. Rintik hujan tak juga membuatku bergeming. Air mata tak hentinya menetes di pipiku. Aku berharap waktu bisa berputar kembali, meski kenyataan tak kan bisa kupungkiri.

"Pergilah dengan damai kekasihku, meski raga ini tak lagi bersamamu, tapi doaku kan selalu mengiringimu. Meski tak kan mudah untuk melupakanmu."

Aku beranjak dari tempat itu. Jiwaku seolah mati bersama kepergian Adam. Rasanya aku tak sanggup lagi menjalani hidup tanpanya. Aku berjalan terseok-seok menuju mobilku.

Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar. Aku berjalan menuju kamar mandi. Kunyalakan shower untuk mengguyur tubuhku yang telah basah karena rintik hujan. Aku berjongkok di bawahnya, tanpa  melepas pakaianku.

Pikiranku melayang pada kejadian malam tadi. Kilasan peristiwa semalam, membuatku kembali menangis. Air mata mengalir bersama guyuran air. Tak kuhiraukan tubuhku yang bergetar karena kedinginan.

Cahaya yang kutangkap dari mataku, makin lama makin meredup, dan setelahnya kegelapan menyelimutiku.

            *****
Aku mengerjapkan mata. Indera penciumku menangkap aroma obat-obatan. Kulihat sekelilingku, aku tak mengenali tempat ini. Terakhir kali aku ingat, aku sedang berada di kamar mandi.

"Kamu sudah sadar, Re?"

Aku menolehkan wajahku ke arah orang itu. Aku tersenyum tipis. Aku hendak bangun tapi di cegah olehnya.

"Istirahatlah dulu, tadi kamu pingsan di kamar mandi, aku tahu kamu bersedih, tapi perbuatanmu tadi bisa membuatmu sakit, dan aku yakin Adam pasti tidak akan pergi dengan tenang jika kamu seperti ini," ucap orang itu.

Dia adalah Giza Amelia, sahabatku. Dia selalu ada saat aku membutuhkannya. Aku menatapnya, dan lagi-lagi air mataku kembali jatuh. Dia memelukku, mengusap punggungku seolah memberi kekuatan bagiku. Dan aku semakin erat memeluknya.

"Aku mencintainya Giz, aku tak bisa hidup tanpanya, kenapa dia tega meninggalkanku, padahal dia tahu, seminggu lagi kita akan menikah, kenapa dia tega, kenapa?" ucapku histeris di pelukannya.

Giza mencoba menenangkan aku. Tapi aku justru semakin histeris, dan tiba-tiba kesadaranku mulai hilang.

             *****
Hari ini seharusnya menjadi hari paling bersejarah bagiku. Jika saja kecelakaan itu tidak terjadi, hari ini aku akan berganti nama, dari Rea Arnanta Wijaya menjadi nyonya Rea Adam Hartanto. Seminggu sudah kejadian itu berlalu. Menangis darah pun tak kan merubah apapun, bahwa ia telah pergi ke dunia yg berbeda denganku.

Bayangan wajahnya selalu menghampiriku. Senyumnya yang khas selalu membuatku merindukannya. Ingin rasanya aku mengakhiri hidupku untuk menyusulnya. Toh tak kan ada yang menangisiku.

Aku hidup sebatang kara karena orang tuaku telah meninggal 3 tahun lalu. Hanya Adam yang ku punya selain mereka, tapi kini ia juga telah pergi dariku.

"Rea, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Giza di tengah lamunanku.

"Aku tidak apa-apa Giz," jawabku padanya dengan senyum yang kupaksakan.

"Kamu yakin? bukan aku tidak percaya, tapi aku hanya khawatir padamu." Aku terdiam. "Bagaimana mungkin aku baik- baik saja setelah semua yang terjadi," batinku.

"Sudahlah, kamu tak perlu terlalu khawatir, aku bisa menjaga diri sendiri," ucapku meyakinkannya.

Ada raut curiga di wajahnya. Namun ia hanya diam dan menghela napas. Ia beranjak meninggalkanku.

Kerinduan akan sosoknya semakin menyeruak dalam kalbuku, sanggupkah ini kulewati tanpanya. Seminggu saja sudah membuat ragaku tak berdaya, bagaimana untuk selamanya?

Hati ini seolah mati, tak bisa lagi merasakan kebahagian, karena bahagiaku itu kamu, kekasihku yang telah tiada.

TBC

Typo bertebaran

BIARKAN AKU BAHAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang