***


Author POV.

"Selamat pagi pak." Serena tersenyum super manis ketika Jo lewat di depan mejanya dengan langkah panjang. "Pagi." Dia menoleh sekilas, meski senyumnya di paksakan.

"Pak maaf." Serena mengerjar langkah Jo, sementara Jo yang berhenti mendadak membuat sekretarisnya itu menabraknya.

Jo berdehem, melipat tangannya di dada " Berpaa kali saya harus bilang sama kamu, jangan lari-lari." Jo mengomel pada sekretarisnya seperti seorang bapak memarahi anaknya.

"Maaf pak."

"Ada apa?" Alis Jo bertaut.

"Itu pak, ada designer datang ke sini mau ketemu bapak. Dia bawa beberapa potong jas, jadi saya minta dia tunggu bapak di ruang meeting." Jelas Serena

"Aduh, kan saya bilang saya hanya mau semua yang terjadi di kantor adalah urusan kantor. Kenapa kamu nga tolak aja?" Jo berbalik dan dengan cepat masuk ke ruangannya. Sementara Serena tampak tertatih berusaha mengimbangi langkah Jo.

"Tapi katanya sore ini beliau mau ada acara di Bali pak, jadi harus ketemu bapak secepatnya."

"Aduh. Kamu mau saya jadi ondel-ondel pagi-pagi begini?" Jo terlihat frustasi.

"Tapi bapak kan jadwalnya memang kosong pagi ini pak."

"Aduh, ya udah deh, suruh dia ke ruangan saya aja."

"Baik pak." Serena berbalik, keluar dari ruangan Jo dengan senyum kemenanngan. Dia segera berlari ke arah ruang meeting untuk memanggil designer yang agak kemayu itu untuk datang ke ruangan Jo.

"Pak, mari ikut saya." Serena agak ragu harus memanggil pria itu apa?

"Sis, jangan pak ya..." Pria kemayu itu segera memerintahkan dua anak buahnya untuk membawa beberapa potong jas yang sudah di siapkan.


Setelah mengantar pria kemayu itu masuk ke ruangan Jo, jelas saja ini moment langka bagi sebagian besar karyawati yang mengidolakan Jo untuk menonton Boss-nya memakai tuxedo bag peragawan catwalk.

Serena segera menyebar informasi melalui local chat "Hei girls.... rumpi rempong." Tulisnya.

Dia mengetuk-ngetukan pulpen di meja, sampai hitungan ke sepuluh tidak ada balasan dari satupun anggota rumpi. "Eh pada mau lihat boss fitting jas penganten nga?" sekitar satu sampai dua detik setelah Serena menekan tombol Enter, hampir semua anggota chat membalas dengan satu kata yang sama "MAUUUUUUU......" meski emotikon di belakangnya bervariasi.

***


Diruangan Jo.

"Silahkan duduk pak." Jo mempersilahkan pria kemayu itu duduk.

"Panggil saya Boby aja Boss."Pria kemayu itu mengerling pada Jo dan seketika wajah Jo berubah seperti seseorang yang baru saja tersedak bakso bulat utuh.


Meski Jo tidak terbiasa menghadapi makhluk seperti ini, tapi dia berusaha bersikap sewajar yang dia bisa. Dia baru bertemu dengan pria ini untuk pertama kalinya, karena saat pengukuran tuxedo dia di bantu oleh owner rumah mode itu, namanya pak Darmawan, pria setengah baya yang meski berhubungan dengan dunia mode tetap terlihat gagah.

"Saya asisten pak Darmawan. Kebetulan beliau lagi ada di Bali, ada acara di sana. Saya juga harus segera nyusul sih setelah boss fitting tuxedonya." Pria itu menjelaskan dengan aksen kemayu yang kental.

"Ok." Jo berdehem, dia jelas mati gaya menghadapi pria semacam ini.

"Ada ruang ganti, atau toilet gitu?" Pria kemayu itu berdiri menebar pandaga ke sekeliling.

Jonathan & Aya #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang