"Aku temuin dia ya,  yakinin dia kalau aku akan ninggalin kamu? " Dia menjanjikan.

Rasanya Alva bahagia memiliki wanita seperti Mia di sampingnya.  Jika wanita lain, apa dia akan kuat bertahan selama 6 tahun di sembunyikan seperti Mia?  Alva rasa,  tidak.  Mia memang di kirim Tuhan,  untuk membuat Alva tidak lupa bersyukur.

Saat saat pedih yang Alva lewati karena kekejamana Rendra,  Mia ada di sisinya,  menghiburnya,  menenangkan hatinya,  menyemangatinya lagi dan lagi. 

"Hidup sama aku,  bikin kamu susah ya sayang?  Maafin aku ya sayang. "

Lelaki itu berkata sunggung sungguh. 

"Enggak. Jangan ngomong gitu. "

"Aku ga merasa susah sama sekali Al.  Jangan cemas lagi ya sayang,  Aku akan bantuin kamu,  lagipula ini juga untuk masa depan kita. Abil pasti maafin kamu.  Dan kamu,  bisa capai tujuan kamu," katanya lagi.  Wajah wanita itu jatuh di dada Alva, memeluk Alva dengan cara yang membuat Alva nyaman.

Sontak,  lelaki itu memberi kecupan panjang di pucuk kepala kekasihnya itu.  Dia tersenyum teduh,  rasanya beban di hatinya terangkat. Kecemasannya benar benar hilang tidak bersisa.

"Tapi gimana kalau dia marahin kamu?  Kalau dia bentak bentak kamu hmm? "

"Gak apa apa. Aku bakal tahan,  demi kamu. "

Mia mendongkak,  dia menatap Alva yang juga tengah menetapkan pandangannya di wajah Mia.  Pandangan keduanya terkunci.  Ada senyum samar yang terlukiskan di bibir berlipstik nude itu.

Ya Tuhan..

Alva memang beruntung memiliki Mia.

"Ke depannya,  kita pasti sulit ketemu.  Aku harus jinakin dia dulu,  bikin dia percaya lagi sama aku. Gak apa apa hmm,  kita ga ketemu dulu? "

Lelaki itu mengganti topik.  Toh,  permasalannya yang tadi,  akan sedikit selesai setelah Mia menemui Abil,  berpura pura meminta maaf dan berjanji akan meninggalkan Alva.  Sisanya,  biar Alva yang urus setelah dia menikahi Abil.

"Bakal kangen sih,  tapi ya gimana lagi.  Ini untuk kita juga, " kata Mia.  Dengan punggung tangan,  Mia menyentuh rahang Alva yang belum di shaving.  Lelaki itu langsung meremang.

"Karena ke depannya kita bakal sulit ketemu,  berarti malam ini--" Mia menggantung kalimatnya.  Dia mengerling nakal ke arah Alva.  Tangan wanita itu sudah membuka kancing kemeja Alva satu persatu dengan gerakan lambat.

"Kita puas puasin ya,  mainnya." lanjutnya lagi.

****

Yang tidak Alva ketahui,  setelah Deandra Salsabilla mengatakan kalimat kalimat pedas berisi rencana balas dendamnya itu tanpa drama air mata sedikitpun, Abil mengurung diri semalaman di dalam kamar.

Selepas Alva pergi - setelah hampir setengah jam mengetuk pintu kamar Abil, mengiba dan meminta kesempatan yang tidak Abil pedulikan,  wanita itu menangis dalam diam.

Rasanya ada yang menjempit hatinya,  sangat menyesakan. Tapi parahnya,  Deandra Salsabilla sudah tidak bisa memproduksi air mata lagi.

Jadi yang Abil lakukan,  hanya memukul mukul dadanya sendiri.  Berharap,  pukulan itu akan membuatnya merasa sedikit lega.

Beberapa hari itu, dia benar benar kesulitan dan tersiksa.  Terkadang dia berada di fase tawar menawar, berfiki utnuk memaafkan Alva,  lalu mempercayai janji lelaki itu untuk berubah.  Tapi lagi lagi Abil menepis pikiran itu.

Percuma,  memangnya apa yang bisa membuat Alva berubah untuk Abil di saat jelas jelas hati lelaki itu milik jalang sialan itu?

Kalimat maaf Alva saat itu,  hanya kamuflase. Atau bahkan mungkin,  memang tulus,  tapi Abil yakin besok besoknya lagi Alva akan lari lagi ke pelukan Mia. Jadi untuk apa Abil berharap?  Jelas,  dia sudah kalah telak.

Marry YouWhere stories live. Discover now