(Author POV)
"Astaga Cath.. Apa kamu gila?!" ucap Kalvin histeris seraya mendekat ke arah tubuh Pak Frederick untuk memeriksa keadaannya.
"A-aku.. membunuhnya Kal." kata Catherine dengan isakan yang menjadi-jadi. Wajah Kalvin pun berubah menjadi pusat pasi setelah mendengar pengakuan itu dari Catherine.
Setelah hening beberapa saat, terdengar hembusan nafas kasar dari Kalvin dan dia langsung mengambil ponselnya dengan kasar. Dia langsung menghubungi gengnya yang sebelumnya ia tinggalkan di bar. Ia menghubungi Albert.
Tidak ada jawaban dari Albert. Hanya ada nada sambung di ponselnya setelah beberapa kali menelpon dan pada akhirnya Kalvin memutuskan untuk menelpon Adam.
"Halo."
"Aku butuh bantuan kalian. Segera datang ke tempat kerja Catherine."
Kalvin pun langsung memutuskan sambungan.
Tak berapa saat, mereka semua datang. Mereka semua benar-benar kaget melihat keadaan disini. Albert yang biasanya wajahnya terlihat datar pun terlihat terkejut, tetapi cepat-cepat ia mengubah ekspresinya datar kembali.
***
(Kalvin POV)
"Jadi, kita apakan jasad ini?" tanyaku pada mereka.
"Gimana kalau kita kubur saja? Kebetulan di belakang kantor ada tanah kosong." saran Adam.
Setelah ku pikir-pikir saran Adam oke juga. Hal ini sangat mudah dilakukan daripada harus membuangnya.
"Aku setuju." kata Jonny menyetujui.
"Oke kalau gitu, aku dan Albert saja yang turun kebawah. Kalian bereskan ruangan ini saja, ingat jangan sampai ada jejak sedikitpun." kataku mengingatkan.
Sebelum aku dan Albert mengangkat tubuh Pak Frederick, aku dan Albert memakai sarung tangan dulu agar sidik jari kami tidak menempel di tubuh Pak Frederick.
Sesampainya kami dibawah, kami segera keluar dari gedung ini dan langsung mencari tempat yang pas untuk mengubur mayat Pak Frederik. Saat kami sedang berjalan, Albert bertanya,
"Gimana kalau kita buat ini semua seperti kecelakaan?"
"Hah, apa maksudmu?"
Lalu Albert menunjuk ke arah mobil bekas yang ada di sisi jalan. Mobil tersebut terlihat sangat hancur, kaca depannya sudah pecah dan ada beberapa bagian yang sudah penyok. Sepertinya mobil ini memang bekas kecelakaan dan sengaja dibuang pemiliknya karena sudah hancur.
Aku pun seketika paham dan mulai menaroh tubuh Pak Frederick dikursi kemudi dan memposisikan kepalanya seperti membentur stir.
Saat semuanya sudah selesai, aku dan Albert memutuskan untuk kembali ke atas. Ketika aku sudah sampai, aku melihat Jonny dan Adam sudah hampir selesai membersihkan ruangan.
Selang beberapa menit kemudian, ketika semuanya sudah bersih, kami semua pergi ke ruang keamanan untuk menghapus CCTV kejadian seharian ini.
Saat ingin beranjak, aku sekilas melihat Catherine. Dia hanya berdiam diri tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Aku mendekatinya dan memeluknya. Catherine hanya menangis ketika dipelukanku.
"Tenang saja, Cath. Kau aman." Kataku menghiburnya.
Catherine yang tadi berdiam diri tiba-tiba meracau kalimat ketakutan.
"Aku membunuhnya Kal.. Aku tidak sengaja. Dia ingin memperkosaku. Seharusnya ku biarkan saja dia memperkosaku. Seharusnya aku tidak melawan. Seharusnya aku tidak memukulkan vas itu dikepalanya. Seharusnya..."
Tiba-tiba saja ucapan Catherine terpotong dan badannya langsung lemas dipelukanku. Catherine pingsan. Aku langsung panik, aku langsung minta bantuan Jonny untuk membantu Catherine ke markas kami.
Sebelum aku pergi meninggalkan gedung ini, aku sudah mengabari Albert bahwa aku dan Jonny akan membawa Catherine pergi dan menyuruh Albert mengurus sisanya bersama Adam.
Sesampainya di markas, aku langung meletakkan tubuh Catherine di sofa. Kurasakan badan Catherine yang hangat. Segera kuambil kompresan dan langsung ku tempelkan kompresean itu di dahinya.
Ku teliti wajahnya. Aku menyukai setiap sisi wajahnya. Dia begitu cantik, apalagi jika sedang tidur seperti ini. Catherine yang kukenal adalah seorang wanita yang mandiri dan ceria. Tapi bisakah Catherine tetap menjadi seorang yang ceria dengan keadaannya sebagai seorang pembunuh?
***
(Albert POV)
"Pastikan ruangan ini bersih Adam, setelah ini kita ke ruang keamanan." ucapku memberi instruksi pada Adam.
Adam hanya menggangguk.
Selang beberapa menit, kami berdua telah selesai membersihkan ruangan dan segera bergegas pergi ke ruang keamanan.
Setibanya kami di ruang keamanan, aku melihat seorang satpam sedang duduk, dia terlihat seperti sedang memantau layar monitor besar yang ada dihadapannya.
Awalnya, aku dan Adam sudah berencana untuk menikam satpam itu dari belakang hingga ia pingsan.
Tapi setelah kami mencoba mendekat dengan tubuh satpam itu, kami berdua sontak mendengar suara dengkuran yang menandakan satpam itu sedang tertidur. Sontak Adam pun tertawa cekikikan.
"shhhh! Diam, jangan berisik nanti dia bangun." Memang apa yang lucu sih.
Aku dan Adam pun segera berjalan mendekati monitor besar itu. Kami berusaha sekali agar satpam ini tidak bangun, bahkan kami harus jalan sambil berjingkit-jingkit dan menahan nafas kami lalu menghembuskannya sangat perlahan agar tidak menghasilkan bunyi sedikitpun.
Setelah kami sampai di depan monitor, Adam langsung mengeluarkan keahliannya sebagai seorang hacker. Sebenarnya bukan Adam saja yang menjadi hacker. Kami berempat sebenarnya adalah geng hacker. Hanya saja Adam lebih hebat dari kami berempat.
Tidak sampai 5 menit Adam telah selesai dengan kegiatannya mengutak-atik komputer itu.
"Oh iya, kemana perginya Kalvin dan Jonny? Kok dari tadi cuman kita berdua aja?" tanya Adam.
"Mereka pergi duluan ke markas karena Catherine tiba-tiba pingsan." Ucapku menjawab pertanyaannya. Adam hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah selesai aku dan Adam langsung pergi dari sini dan bergegas menuju markas untuk menyusul Kalvin dan Jonny.
"Pantas saja kita tidak ketahuan daritadi, ternyata satpam yang jaga monitor tadi ketiduran." kata Adam sambil tertawa.
***
(Kalvin POV)
Aku terbangun dari tidurku dan menengok ke arah jam tanganku, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Aku pun memutuskan untuk melihat Catherine.
Sekarang aku sedang menunggu Catherine bangun. Sambil menunggu dia bangun, aku terus berpikir tentang kehidupan Catherine setelah kejadian ini. Apa dia tetap bisa hidup seperti biasa setelah ini?
Ternyata Catherine sudah bangun. Aku tidak sadar karena daritadi aku sibuk berpikir.
"Hei, sejak kapan kau bangun?" tanyaku.
"Sudah daritadi. Ada apa?"
"Ada yang ingin kubicarakan."
Detik selanjutnya aku langsung menghujaninya dengan kalimat yang membuatnya sangat terkejut.
"Kau harus pindah Cath."
***
heyyy chapter two is available now ;) maaf banget kayaknya ini bakalan slow update dikarenakan sedang masa ujian :( so sorryyyyy tapi aku bakalan berusaha ngetik kalo ada waktu luang hehehee
dont forget to vote and comment, dont be a silent reader :)
thankyouuuuuuuu
YOU ARE READING
The Real Reality
RomanceSeorang model terkenal bernama Sharon Valerie tiba-tiba dikabarkan menikah dengan seorang pria bernama Richard Alexander. Mereka hidup dengan bahagia selama ini sampai akhirnya Sharon mengetahui pekerjaan rahasia suaminya yang membuatnya sangat keta...
