089. Jatuhnya Dairi -1-

4.7K 519 156
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Song Fic : Araro
By : Iu
Ost. The Great Queen Seondeok

"Lapor Shogun-sama pasukan kita sudah menguasai Buraku-in." Pria bersurai pirang yang di kuncir kuda itu berlutut dihadapan pria Uchiha yang kini memimpin ribuan pasukan pemberontak yang siap menumbangkan Klan Senju yang telah beribu tahun menguasai dinasti Negeri Matahari terbit ini.

Uchiha Sasuke, pria jangkung yang dipanggil Shogun-sama itu melengkungkan bibirnya. Membentuk curva senyuman penuh kemenangan. "Deidara, tiup horagai tiga kali dengan nada panjang. Peringatkan para rubah busuk dan kroninya, bahwa tak lama lagi kepala mereka ada di bawah kaki kita."

Membalikkan tubuh tegapnya yang terbalut pakaian besi. Uchiha Sasuke berjalan menuju kuda hitamnya. Menunggangi kuda tersebut, dan berjalan diantara gelimpangan jenazah para Samurai setia penjaga dinasti Matahari Terbit ini.

...

Horagai, kerang besar yang menyerupai terompet, mendengungkan suaranya yang menakutkan di seluruh penjuru Kyoto. Bagi rakyat Heian, bunyi kerang besar itu tak ubahnya seperti terompet kematian.

Hanya ada dua hal yang menyebabkan terompet kerang itu berbunyi. Pertama adalah kematian Kaisar mereka. Dan yang kedua saat Negeri mereka akan memulai peperangan besar.

Langkah pelan Hinata yang di papah oleh Hanabi dan Tomoyo terhenti. Hinata menolehkan kepalanya ke arah yang berlawanan. Kearah tembok kokoh yang menutupi ibu kota Negeri Heian. "Nee-sama, jangan berhenti..., sekalipun kita sudah keluar dari Kyoto, tak menutup kemungkinan mereka akan tetap mengejar kita."

"Apa kalian mendengar tiupan panjang horagai...?" Tanya Hinata kalut, kelopak mata putihnya bahkan sudah memerah dan bengkak akibat mutiara lavender didalamnya yang terus merembeskan air mata.

"Pasukan pemberontak sudah menguasai Buraku-in." Para wanita yang baru saja berhasil melarikan diri dari Kyoto itu, mengalihkan pandangan mereka ke arah jalan yang sebelumnya mereka lalui.

Suara yang amat sangat mereka kenali. Suara Uzumaki Nagato, Perdana Menteri mereka.

"Nagato, Sasori!!! Apa yang kalian lakukan disini!" Mito, sang permaisuri rubah itu tak dapat menahan jeritannya. Ketika melihat dua siluman rubah jantan yang ia percayakan untuk menjaga suaminya malah mengikutinya meninggalkan Kyoto.

"Tenno-sama, memerintahkan kami untuk menjaga kalian." Jawab Sasori dengan bergetar. Sejujurnya ia sangat takut jika wanita nomor satu di dinasti ini murka.

Perkiraan Sasori dan Nagato salah. Mereka menganggap Mito akan mengamuk dan mencambuki mereka dengan ekornya. Mengingat mereka sudah tak berada dalam lingkungan segel yang dibuat Sasuke dan Akatsuki.

Mito malah tersenyum tipis. Mengabaikan angin musim dingin yang begitu menusuk, wanita paruh baya dengan surai merah indahnya yang tergerai itu, melepaskan mantel bulu yang ia kenakan. Menyobek hiasan pita di obi nagajuban putihnya, Mito menguncir tinggi surai merah sepahanya. "Aku titipkan mereka pada kalian."

Nagato membelalakkan matanya mendengar penuturan Mito. "Apa yang kau katakan Mito?!" Melupakan bahwa teman masa kecilnya itu masih berstatus pemaisuri. Nagato dengan lancang hanya memanggil nama kecil sang istri Kaisar.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang