Bab 23 - Cute Jealousy

Start from the beginning
                                    

Evelyn merengut. "Evelyn nggak mau pulang."

Setelah mendengar percakapan ayahnya dengan papa Arman dan Arman di ruang kerja Arman dulu, Evelyn juga tahu jika orang tuanya tahu bagaimana hubungan Arman dan Evelyn. Jadi, Evelyn tidak perlu berpura-pura lagi. Toh, apa pun yang Evelyn lakukan, mereka akan tetap mengkhawatirkan Evelyn. Sekalian saja, Evelyn ungkapkan semuanya. Karena saat ini, ia benar-benar butuh tempat untuk bercerita dan bersandar.

"Kamu berantem sama suamimu?" tebak ibunya.

Evelyn mengangguk jujur.

Ibunya mendesah berat. "Evelyn, sebenernya, suamimu itu ..."

"Evelyn tau," potong Evelyn. "Dia nggak cuma nyelametin perusahaan dan keluarga kita, tapi juga nyelametin Evelyn."

Ibunya tampak terkejut.

Evelyn tersenyum. "Makanya, Evelyn berusaha buat jadi istri yang baik buat dia. Evelyn beneran berusaha, Bu. Evelyn mulai serius sama pernikahan ini. Tapi ..." Evelyn mendesah berat, menggeleng.

"Kalau kalian berantem, harusnya kalian saling ngomongin masalah kalian," ucap ibunya.

Evelyn menggeleng. "Evelyn ..."

Suara bel di pintu depan menghentikan kalimat Evelyn. Tak berapa lama, salah satu asisten rumah tangga di rumah itu mengantarkan seseorang ke ruang keluarga. Evelyn langsung berdiri ketika melihat Arman ada di sana.

Pria itu bahkan berani menghampiri ibu Evelyn dan mencium tangannya. Dengan lihai dia berbohong ia baru pulang bekerja dan datang untuk menjemput Evelyn. Omong kosong. Seharian ini jelas dia mengikuti Evelyn karena tak percaya pada Evelyn.

"Aku nginep di sini," ucap Evelyn tegas. Seketika, ibunya menatapnya tajam.

"Kalau gitu, aku juga bakal nginep di sini," Arman membalas. "Nggak pa-pa kan, Bu?"

Ibu Evelyn yang awalnya tampak terkejut, lantas tersenyum dan mengangguk. "Iya, nggak pa-pa, dong. Ini kan juga rumahnya Arman."

Evelyn mendengus tak percaya. Rumahnya Arman? Bisa-bisanya ibunya mengkhianati Evelyn di depan pria itu.

"Arman kalau mau istirahat dulu, bisa ke kamarnya Evelyn," lanjut ibu Evelyn.

Evelyn menatap ibunya protes.

"Iya, Bu. Sebentar, tadi Arman ninggal sesuatu di mobil," pamit Arman.

Sepeninggal Arman, Evelyn mengomeli ibunya,

"Ibu kenapa, sih?! Ibu kan, tau, aku lagi berantem sama dia."

"Kamu udah dewasa, Evelyn. Kamu harusnya bisa menghadapi masalahmu seperti orang dewasa. Bukannya malah kabur kayak gini," balas ibunya seraya memukul lengannya pelan.

"Bu!" protes Evelyn. "Evelyn nggak mau Ayah sama Ibu ngeliat Evelyn bertengkar sama Arman."

"Kalau gitu, buruan baikan sama Arman," sahut ibunya kalem. "Lagian, separah apa pun kamu berantem sama suamimu, nggak seharusnya kamu ninggalin rumahmu. Ngerti?" ibunya menekankan.

Evelyn merengut. "Dia duluan yang mulai. Semalem dia nggak pulang."

"Kamu udah tanya dia, ke mana dia semalem?" ibunya tak mengalah.

Evelyn mendesis kesal.

"Dalam pernikahan, kepercayaan itu penting, Evelyn," ucap ibunya.

Evelyn sudah akan membalas ketika Arman kembali ke ruang keluarga dengan ... sebuket besar tulip putih.

"Maaf ya, Bu, hari ini Arman nggak bawa bunga buat Ibu," Arman berkata.

Ibu Evelyn tersenyum, lalu menghampiri Arman. "Ibu juga nggak begitu suka tulip putih, kok."

Marry Me or Be My Wife (End)Where stories live. Discover now