"Aku memanggilmu kesini agar kau mengobati lukanya" jelas Jiyeon.

Myungsoo tertawa hambar mendengar penjelasan Jiyeon. "Jadi kau memintaku datang kesini hanya untuk itu?"

Jiyeon meringis. "Jadi aku harus mengobati luka di tubuhnya? Jieun bilang─"

"Tentu saja tidak boleh" sambung Myungsoo cepat.

Sementara itu, Chanyeol memperhatikan keduanya yang sedang berbicara berbisik dengan wajah yang begitu dekat. Ia merasakan panas di hatinya.

"Ehem"

Keduanya menolehkan kepalanya ke asal suara tersebut. Terlihat Chanyeol yang tiba-tiba saja berdiri di belakang mereka sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Myungsoo membuang mukanya ke sembarang arah dan mendengus kesal.

"Katanya mau mengobati lukaku?"

Jiyeon menggarukkan kepalanya bingung. Ia melirik Myungsoo dengan tatapan memohonnya.

"Baiklah" ucap Myungsoo yang langsung mendapat senyuman lebar dari Jiyeon.

"Sunbae, duduklah.. Dia akan mengobati lukamu" kata Jiyeon ceria.

"Mwoya?! Orang ini?!" kata Chanyeol sambil mengarahkan jari telunjukkan kepada Myungsoo.

"Iya, Myungsoo akan mengobati lukamu"

Chanyeol mendengus kesal. "Aku tidak mau" tolak Chanyeol menolak-mentah. Myungsoo yang mendengar itu mulai geram. "Ya! Dasar byuntae! Kau pikir Jiyeon akan mengobati lukamu itu? Cepat duduk! Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat" kata Myungsoo sambil berlalu melewati Chanyeol dan Jiyeon.

"Sunbae, kumohon. Lukamu akan semakin parah jika dibiarkan"

Ego Chanyeol seperti dikalahkan oleh Jiyeon saat melihat tatapan memohon dari Jiyeon.

"Baiklah" kata Chanyeol.

❀❀❀

3 menit kemudian...

"Arrggghhh!!"

Jiyeon yang mendengar itu hanya bisa meringis dari dalam kamarnya. Myungsoo menyuruhnya masuk ke dalam kamarnya agak tidak melihat tubuh Chanyeol.

"Aaarrgggh!! Sakit bodoh!!" teriak Chanyeol lagi.

Jiyeon yang tak tahan mendengar teriakan Chanyeol akhirnya keluar dari kamarnya.

"Kim Myungsoo, obatinya pelan-pelan"

Myungsoo menolehkan kepalanya dan memelototi Jiyeon. "Apa yang kau lakukan disini? Bukankah sudah ku bilang tunggu di kamarmu?"

"Iya. Tapi bisa tidak mengobatinya secara pelan?"

Chanyeol memasang wajah kesakitannya seolah menyuruh Jiyeon untuk memarahi Myungsoo.

"Ini sudah selesai kok!" ketus Myungsoo. "Pakai bajumu" lanjut Myungsoo sambil melemparkan pakaian Chanyeol.

Myungsoo melirik ke arah ponselnya. "Sudah jam 8 malam" kata Myungsoo.

"Benarkah? Apa kau lapar?" sahut Jiyeon.

"Tidak. Aku akan segera pulang. Dimana Jieun?" tanya Myungsoo ssmbil celingak-celinguk.

"Dia di rumah neneknya"

"Jadi kau di rumah sendiri?"

Jiyeon menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu aku akan menginap disini" sambar Chanyeol yang langsung mendapat tatapan dari  Myungsoo dan Jiyeon.

"Maksudku, tubuhku masih sakit. Aku tidak boleh banyak bergerak" jelas Chanyeol. Jiyeon berpikir sebentar lalu sesaat kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Sunbae tidur di ruang tamu"

Pletak!

Myungsoo memukul kepala Jiyeon yang langsung mendapat ringisan dari Jiyeon. "Kau itu terlalu polos atau terlalu bodoh sih? Aku akan mengantarnya pulang" kata Myungsoo. "Ayo!"

Chanyeol bangkit dari duduknya lalu menghampiri Jiyeon. "Ini.." tangannya mengulurkan barang yang selama ini dicari oleh Jiyeon. "Omo! Dari mana sunbae mendapatkan ini? Aku mencarinya kemana-mana namun tidak menemukannya". Chanyeol yang melihat muka antusias Jiyeon hanya bisa menahan senyumnya. "Aku dikeroyok 3 preman itu karena mereka meminta uang dariku, aku lupa membawa dompet" jelas Chanyeol. Jiyeon yang memang agak lemot mulai menyadari bahwa semuanya terjadi karena Chanyeol yang ingin mengembalikan kartu pelajarnya. "Maafkan aku sunbae" Jiyeon membungkukkan tubuhnya. "Tidak apa-apa. Jangan lewat sana lagi ya" kata Chanyeol sambil tersenyum tipis.

"Yang barusan itu apa? Dia tersenyum? Astaga. Lagi-lagi jantungku berdetak sangat cepat. Sepertinya aku harus berkonsultasi ke dokter" batin Jiyeon.

"Cih" cibir Myungsoo yang juga melihat senyum tipis Chanyeol.

Chanyeol dan Myungsoo berjalan keluar. Namun, sesaat Jiyeon ingin menutup pintunya, Myungsoo menahan dengan kakinya. "Ji.." panggil Myungsoo pelan. Dan Chanyeol yang berada di belakang Myungsoo memasang wajah serius ingin mendengar percakapan keduanya.

"Apa?" sahut Jiyeon. Myungsoo terlihat gugup, ia ingin mengatakan sesuatu namun tiba-tiba saja lidahnya menjadi kelu. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. "Ada apa sih?" tanya Jiyeon tidak sabaran. "Kau masih belum menjalani dare mu itu" ujar Myungsoo.

Brak!

Jiyeon yang mendengar itu langsung menutup pintunya sekencang mungkin. "Bodoh! Apa sih yang kukatakan!" kata Myungsoo dalam hati.

"Hey!" panggil Chanyeol. Myungsoo tidak menggubrisnya ia berjalan melewati Chanyeol dengan wajah murungnya.

"Ya! Katanya kau akan mengantarku pulang?" lanjut Chanyeol yang mengekor di belakang Myungsoo.

"Aku baru tau kalau kau ini aslinya cerewet" ujar Myungsoo yang sangat amat menohok hati Chanyeol.

Chanyeol menghentikan langkahnya. "Cerewet dia bilang? Sial!" kesal Chanyeol dalam hati.

Chanyeol kembali berjalan menyamai langkahnya dengan Myungsoo. "Aku ini sunbaemu!". Myungsoo mengangguk pelan. "Iya. Aku cuman bercanda" balas Myungsoo tidak peduli.

"Sepertinya ia murung karena telah membuat Jiyeon marah" tebak Chanyeol dalam hati.

❀❀❀

Mentari pagi datang menggantikan rembulan malam. Pagi kali ini tidak begitu cerah karena awan hitam yang menyelimuti kota Seoul dan angin  yang berhembus begitu kencang.

"Hhh.. Akan hujan lagi ya" gumam Jiyeon sambil menatap keluar jendela kamarnya.

Jiyeon  melangkahkan kakinya pergi dari sana. Ia berdiri di depan kaca, melihat dirinya yang suah rapih mengenakan sweater biru pastel dan jeans panjang serta tas ransel kecil yang sudah berada di kedua pundaknya. Pasalnya Jiyeon akan pergi ke toko buku bersama Jieun untuk membeli peralatan sekolahnya karena besok ia sudah harus kembali ke asrama. Namun sepertinya Jieun melupakan janjinya itu.

"Bagaimana ini. Apa aku pergi sendiri saja?" Jiyeon mondar-mandir di kamarnya sambil memikirkan jalan keluarnya. "Ah iya! Kenapa aku tidak menelepon Myungsoo saja" ia menyambar ponselnya yang berada di atas kasurnya. Namun sesaat kemudian ia baru menyadari sesuatu. "Ck! Aku kan sedang marahan dengannya. Apa-apaan sih dia itu!" Jiyeon melempar tubuhnya ke kasur memejamkan matanya.

Ting tong

Jiyeon sontak membuka matanya dan tersenyum lebar. "Jieun tidak mungkin melupakan janjinya!" kata Jiyeon senang sambil berjalan ke arah pintu.

Setelah pintu terbuka, terpampanglah sosok yang sangat Jiyeon takuti. Namun sepertinya hari demi hari Jiyeon mulai terbiasa akan sikap kasarnya.

"Cha-Chanyeol sunbae..?" kaget Jiyeon.


- to be continued -

Truth Or Dare ❀Where stories live. Discover now