Amat disayangkan, kisah Imrahil tentang Narnia dan penguasa-penguasanya yang muda belia tak dapat berlanjut karena kesibukan Raja Aragorn. Imrahil pun memiliki tanggung jawab yang mesti ia penuhi karena ia adalah anggota dewan kerajaan. Demikian pula dengan Ratu Arwen yang mengurus rumah tangga istana. Walau tak puas, Lothiriel dan Eomer, juga Legolas dan Gimli, terpaksa menunggu.
Masih penat oleh perjalanan, Lothiriel mengundurkan diri untuk beristirahat di wisma tamu. Eomer yang dipenuhi oleh luapan rasa penasaran, memutuskan pergi ke pelabuhan untuk melihat sendiri kapal layar dari Negeri Seberang Lautan. Didorong keingin-tahuan yang sama, Gimli dan Legolas pun menemaninya.
Kapal Ratu Lucy dari Narnia, The Valiant, tak ubahnya atraksi di pelabuhan Minas Tirith, menilik banyaknya pengunjung yang berduyun-duyun demi melihat sekilas penampakannya. Tak hanya rupanya yang khas, warna panji-panji, juga layar dan ornamen penghiasnya pun sangat menyolok.
"Mahal yang Agung!" Gimli menyipitkan matanya. "Dibilang biru ia ungu, tapi daripada ungu ia lebih ke biru!" serunya, mengomentari warna umbul-umbul yang berkibar di buritan kapal.
Legolas dan Eomer menertawakan kebingungannya.
"Aku malah merasa ia seperti ungunya bunga Lavender, yang tumbuh di pekarangan rumah Bilbo Baggins!" kata Legolas.
"Kalau menurutku itu biru," cetus Eomer, walau ekspresinya nampak tak yakin.
"Hmph! Warna yang tidak teguh pendirian!" Gimli mendengus. Legolas dan Eomer hanya terkekeh mendengarnya.
Tetapi The Valiant sungguh bahtera yang tiada duanya. Ketiganya memandang terpesona pada pahatan patung yang menghiasi haluan kapal, yang menggambarkan sesosok wanita cantik dengan rambut laksana ombak. Mengenakan baju besi, kedua tangannya bertumpu pada gagang sebilah pedang panjang. Sayap-sayap serupa rajawali berjumlah tiga rangkap, terbentang di punggungnya. Patung bidadari, begitulah yang sempat mereka tangkap dari obrolan orang di sekitar pelabuhan.
Sir Aidan, Kapten kapal Silver Thread, menyapa mereka dari kejauhan.
"Senang bisa melihatmu lagi, Aidan!" Eomer menepuk-nepuk lengan sang Kapten seraya tersenyum lebar.
"Begitu pula denganku, Paduka! Aku bersyukur bisa kembali kemari, dan bertemu lagi dengan Anda sekalian!" sahut Aidan tak kalah gembiranya.
"Bagaimana keadaanmu, Kapten? Baik-baik saja?" tanya Legolas.
"Atas berkah Eru, Aidan ini tidak kekurangan suatu apa," jawab Aidan. Legolas mengangguk-angguk lega.
"Kapten yang baik, sungguh mujur kami menjumpaimu di sini." Dwarf terkenal dengan sikap mereka yang blak-blakan, begitupun Gimli yang tanpa banyak basa-basi langsung menyuarakan keinginannya. "Pangeran Imrahil sempat menceritakan petualangan kalian di Narnia, akan tetapi tidak menuntaskannya! Kau adalah salah seorang saksi, perdengarkanlah ceritamu agar berkurang penasaranku!" ia membujuk Aidan.
"Narnia ... bukanlah negeri yang bisa selesai diceritakan hanya dalam satu hari," kata Aidan dengan senyum tersungging. "Bahkan walau kita duduk bersama dan membahasnya selama berminggu-minggu, kurasa pesonanya tetap tidak akan habis disingkap."
"Seperti apakah penduduk negeri itu, Aidan?" tanya Eomer. "Ayah mertuaku bercerita tentang makhluk bernama Centaur, dan aku jadi bertanya-tanya ... jangan-jangan ada makhluk ajaib lain yang tinggal di sana!"
"Benar, Yang Mulia," Aidan menyahut. "Salah satunya adalah Hewan-Hewan yang Bisa Berbicara!"
Melihat wajah tak percaya Eomer, Legolas, juga Gimli, Aidan terkekeh.
"Demi Eru, aku tak berbohong, Yang Mulia sekalian!" ujar Aidan. "Di Narnia, ada seekor kelinci berbulu cokelat yang berjalan dengan dua kaki seperti Manusia, besarnya tiga kali lipat kelinci biasa, dan berpakaian bak seorang gentlehobbit terkemuka dari Shire! Kelinci ini dipanggil Master Benjamin, dan ia adalah kepala pelayan istana!"

KAMU SEDANG MEMBACA
GOLDEN DAYS
FanfictionKisah-kisah pada masa-masa keemasan Dunia Tengah, Narnia, berikut petualangan Penyihir-Penyihir Muda dari London yang menyaksikan, mendokumentasikan, dan tak jarang mencampuri semuanya. (A.n : Fanfiction Crossover of The Chronicles of Narnia by C.S...