22 - Vian & Lian

18.4K 1.7K 190
                                    

Mematung.

Ya, itulah yang Aileen rasakan kala Adipati tanpa meminta izin terlebih dahulu melingkarkan lengan ke sekeliling lehernya. Jemari Adipati bergerak cekatan mengaitkan dua ujung kalung berbandul cahaya itu. Waktu seolah-olah berjalan begitu lamban. Jangan tanyakan berapa dekatnya jarak mereka saat ini. Aileen bahkan dapat merasakan deru napas Adipati yang berembus.

Biasanya dalam kondisi seperti ini, Aileen lantas akan melakukan suatu tindakan ekstrem. Seperti mendorong, menendang atau bahkan melayangkan sebuah bogem mentah. Ya, seharusnya begitu. Tetapi anehnya, ia sungguh tak kuasa. Tubuhnya seolah menolak mentah-mentah perintah dari akal sehatnya. Gilanya lagi, jantungnya malah berdebar-debar dengan teramat kencang.

"Done."

Suara berat itu terdengar. Adipati memundurkan langkah dan menatap kalung yang telah menghias dengan indah pada leher wanita yang akhir-akhir ini selalu hadir dalam mimpi dan lamunannya.

Adipati tersenyum ringan dan menepuk pelan puncak kepala Aileen yang masih membeku. Wanita berumur 23 tahun itu berhasil mempertahankan ekspresi datarnya kendati perasaannya sedang bergejolak hebat karena laki-laki itu. Perasaan yang telah sangat lama tidak ia rasakan. Semenjak cinta pertamanya pergi dan tak akan kembali ke dunia ini untuk selama-lamanya.

Kemudian Adipati menempelkan jari dan merapatkan earphone khusus yang ada di telinganya. Mendengarkan komando dari sesama rekannya bahwa sang Presiden dan istri akan segera meninggalkan tempat itu. Ada raut muram yang tergambar dengan jelas di wajah tegas Adipati.

"See you," pesan Adipati singkat sebelum berlalu meninggalkan Aileen.

Aileen memandang punggung Adipati yang berjalan cepat. Namun, setelah beberapa langkah terlewat pria itu berbalik dan menatap Aileen dengan tatapannya yang teduh. Darah Aileen berdesir kala Adipati mendekat ke arahnya sembari melepaskan jas yang ia pakai dan menyampirkan jas tersebut ke atas bahu Aileen yang terbuka.

Sebelum Aileen bereaksi, Adipati melangkah mundur dengan pandangan yang tak begitu rela. Tak rela karena kebersamaan mereka harus segera diakhiri. Sadar akan tugasnya, Adipati kembali berbalik dan mulai berlari. Aileen memandang punggung lebar Adipati yang semakin menjauh dan menjauh.

Dan akhirnya pria itu menghilang.

Ada rasa kecewa di hati kecil Aileen saat menyadari pria itu benar-benar meninggalkannya.

Tunggu.

Pasti ada yang salah dengannya.

Pria itu merupakan seseorang yang berada dalam kubu yang berlawanan dengannya. Tidak, ini sungguh tak bisa dibiarkan. Aileen merutuki pikiran bodohnya. Ia dan lelaki yang tergabung dalam anggota Pasukan Pengamanan Presiden itu tidak mungkin akan bersatu.

Di waktu yang sama di tempat yang berbeda....

"Tingginya sekitar 185 cm atau mungkin lebih dari itu. Rambutnya cepak dan yang terpenting, ada tato besar berbentuk kalajengking di lengan kirinya. Sedang bagian ekor tercetak jelas pada punggung tangannya."

Lintang berdiri di depan papan tulis berukuran sedang dan menulis sekaligus menjelaskan poin-poin dari keterangan pengawal Berlian yang berhadapan langsung dengan tersangka utama. Sementara Galang menyimak dengan baik di kursi kerjanya.

"Dan ini, sketsa wajahnya."

Galang memerhatikan ilustrasi wajah itu lamat-lamat. Kening pria berpangkat inspektur itu mulai berlipat-lipat.

"Lo juga ngerasa apa yang gue rasain?" Lintang bertanya.

Galang mengangguk. "Yap. Wajahnya terasa sangat familiar."

Police Love Line (Back to High School) [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang