BAB SATU

11.9K 1K 94
                                    

Hari Pertama

Jam menujukkan pukul delapan tepat ketika rombongan bus kelas dua belas melaju keluar dari dari lingkungan sekolah.

Hari ini adalah acara kelulusan. Setelah kemarin semua murid mengetahui hasil ujian nasional mereka, para guru pun sudah menyiapkan kejutan untuk hari ini. Acara perpisahan akan diadakan di tempat perkemahan yang dirahasiakan oleh para guru. Setiap bus didampingi dua guru dan tiga crew dari pihak bus pariwisata. Para murid tidak diatur sesuai kelas tetapi diacak sesuai keinginan guru. Dan Bus 2 berisi murid-murid rusuh dari kelas IPS-2  dan IPA-3, meski tidak semuanya di bus ini, tetap saja bus ini jadi bus paling ramai diantara empat bus yang lain.

"Woi ! Bagi dong, masa taronya kamu makan sendiri !" Itu teriakan Angga, penghuni kelas IPS-2 yang paling rusuh.

"Apa sih, Ngga !" Diana, dari kelas yang sama dengan Angga dan yang paling sering dipalak makan siangnya.

"Berisik kalian." Itu Dion, ketua kelas IPA-3 yang sikapnya dingin minta ampun.

"Arki ! Katanya mau ngasih cokelat ke Chesa ? Kok diem aja sih ?!"

"Ciyeeeee ! Arki naksir tetangga !"

Dan itu Arkian, dari kelas IPA-3 yang paling populer diantara cewek-cewek IPS. Yang sering jadi korban bully karena tetanggaan dengan Chesa dari kelas IPS-2.

"Kalian tuh bisa nggak sih, berhenti ngebully anak orang ?" Seruan Chesa justru disambut riuh ciye-ciye dari penghuni bus.

"Mereka bener. Ini buat kamu." Arki menyodorkan cadbury dairy milk pada Chesa yang duduk di deretan bangku sebelahnya.

Chesa mendengus dan mengambil cokelat dari Arki. Memberikannya pada Lunar yang duduk disampingnya.

"Lain kali kasihin langsung ke orangnya." Chesa terlekeh saat Arki menatap kesal Lunar yang tersenyum ke arahnya.

"Yah, Ki, anda kurang beruntung !"

Tawa penghuni bus meledak seketika. Bu Ana dan Pak Dhanu mengingatkan untuk tidak terlalu berisik. Lagi-lagi Angga mengoceh dan membuat seisi bus tertawa habis-habisan. Tidak ada yang bisa mengalahkan keidiotan kelas IPA-3 dan IPS-2, seluruh guru tahu itu.

Jam menunjukkan pukul satu saat bus memasuki kawasan hutan pinus yang entah di daerah mana. Beberapa murid sudah mulai tertidur, sisanya sibuk dengan ponsel masing-masing.
Chesa mengambil ponsel di saku jaketnya. Awalnya ia berniat membalas pesan whatsapp dari Ibunya tapi ia melirik bar sinyal yang kosong.

"Nggak ada sinyal ?" Gumamnya heran.

Ia memandang Arki yang ternyata juga baru saja mengecek ponsel. Keduanya saling pandang lalu membangunkan teman di sebelah mereka untuk menanyakan apa operator lain ada sinyal atau hanya kartu mereka yang sinyalnya kosong.

"Nggak ada juga, Ches." Itu jawaban Lunar.

"Satu bar." Itu jawaban Kevin yang duduk disamping Arki.

"Coba buka maps. Kita dimana sekarang." Ucapan Arki langsung dituruti oleh Kevin.

"Anjing. Sinyalnya hilang." Umpat Kevin yang baru saja membuka aplikasi maps di ponselnya dan sayangnya, sinyal operatornya keburu lenyap.

Umpatan itu terdengar oleh beberapa murid yang duduk di belakang. Mereka kemudian mengecek ponsel dan benar saja, tidak ada sinyal di daerah ini. Meski yang lain menganggapnya hal biasa karena bus melewati hutan, tapi entah kenapa Chesa merasa aneh.
Operator dari simcard yang dipakai Chesa ini adalah salah satu operator yang sudah menjangkau wilayah terpencil di seluruh Indonesia, seharusnya masih ada satu atau dua bar sinyal di daerah ini mengingat sebelum memasuki hutan, bus sempat melewati wilayah perkotaan.

TS[1] : 13 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang