B&L - 03

257 15 0
                                    


Varel terus mengikuti Zelin sampai masuk ke dalam kafe Rainbow. Ia melihat Zelin duduk sendirian di meja yang ada di sudut kafe. Ia pun memilih untuk menghampirinya.

"Hai, Zel. Boleh gabung?" Tanya Varel seraya menjatuhkan bokongnya pada kursi yang ada di hadapan Zelin.

Melihat itu pun Zelin hanya melengos. Hilang sudah rasa laparnya tadi begitu melihat wajah memuakkan Varel. "Meskipun gue bilang enggak, lo bakalan tetep duduk disitu kan?"

Varel hanya tersenyum kikuk. Ternyata Zelin mengetahui kalau dirinya hanya berbasa-basi saja. "Em, Zel, kenapa sih lo jutek banget sama gue?"

"Serah gue. Yang jutek juga gue. Emang situ siapa gue." Sinis Zelin.

Jawaban Zelin sangatlah menohok hati Varel. Yah, dirinya memang bukan siapa-siapa Zelin.

"Em, Zel, em." Ucap Varel ragu-ragu. Ia berniat mengungkapkan perasaannya. Dan ia sangatlah gugup.

"Apaan sih? Kalo ngomong yang jelas."

"Gue suka sama lo."

"Udah tau." Jawab Zelin santai sambil memainkan ponselnya. Seolah-olah ungkapan Varel tadi adalah suatu obrolan biasa.

"Lo mau jadi pacar gue?"

Seketika Zelin mengalihkan tatapan dari ponselnya. Ia menatap Varel tak percaya. Punya nyali juga ternyata Varel buat nembak dirinya. "WHAT!! Gak salah denger gue? Lo mau jadi pacar gue? Mimpi aja lo!!"

"Gue tau lo bakal nolak gue."

"Bodoh."

"Gue emang bodoh. Dan itu karena lo."

"Lo gila."

"Gak papa lo nolak perasaan gue. Tapi Zel, please. Jangan hindarin gue. Kita bisa berteman kan?" Varel menatap Zelin penuh harap. Tak jadi pacar tak masalah buatnya. Tapi ia sangat mengharapkan Zelin mau berteman baik dengannya. Berharap Zelin menghilangkan tatapan  penuh kebenciannya padanya dan juga nada bicaranya yang jutek. Ia ingin berteman normal dengan Zelin. Layaknya teman-teman yang lainnya.

"Sekali enggak tetep enggak. Mendingan lo pergi dari sini dan jangan pernah gangguin gue lagi. Gue udah muak lihat muka lo." Ucap Zelin sangat tak berperasaan.

"Tapi, Zel." Varel akan menjawabnya. Namun ia langsung menciut begitu melihat Zelin berdiri dan menggebrak meja dengan keras.

'BRAAKKK.'

"Lo budeg apa tuli sih? Gue bilang pergi ya Pergi!!!" Bentak Zelin dan seketika mereka berdua pun menjadi pusat perhatian. Mulai terdengar kasak kusuk tentang mereka. Namun Zelin seakan menulikan telinganya. Ia tak peduli dengan bisikan orang-orang terhadap dirinya dan juga Varel. Ia anggap semua bisikan itu hanyalah angin lalu.

"PERGIII!" Teriak Zelin, lagi.

Sungguh hati Varel langsung mencelos. Hancur sudah harapannya selama ini. Ditolak mentah-mentah oleh orang yang dicintainya. Dan bahkan untuk berteman pun tidak mau. Ditambah lagi sekarang ia juga dipermalukan di depan umum. Sungguh ia tak menyangka Zelin akan senekat ini. Sangat tidak berperasaan. Sakit hatinya diperlakukan seperti ini. Ingin rasanya ia menangis saja. Namun ia harus kuat. Ia tak mau terlihat lemah dimata Zelin.

"Oke gue pergi. Tapi ingat satu hal. Kalo lo butuh gue, gue masih tetep ada buat lo." Ujar Varel dengat tersenyum, sebelum akhirnya ia beranjak meninggalkan Zelin.

* * *

"Lo sebenarnya mau cari apa sih, El?" Tanya Tiara. Ia mulai kesal dengan Elsa karena dari tadi mereka hanya berputar-putar di Mall. Dan bahkan sudah kesekian kalinya ia menginjakkan kakinya ditempatnya saat ini.

Bestfriend & Love | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang