*satu*

217K 2.9K 166
                                    

Deanna Hanna(19Tahun)
Brian Braxton Colin (28Tahun)

***

Seorang Wanita muda berlari di koridor rumah sakit dengan tergesah-gesah, dengan peluh sudah menghiasi wajah lelahnya.

Saat jam makan siang tadi, ia di telpon oleh pihak rumah sakit untuk datang dan bertemu dengan dokter Rudy.

Hanna menghembuskan nafasnya saat sampai di depan ruangan Dokter Rudy.

Dokter Rudy adalah Dokter yang menangani penyakit Lydia yang tak bukan adalah mamanya Hanna.

Deana Hanna atau biasa di panggil Hanna. anak pertama dari Lydia. Mempunyai satu orang adik perempuan berumur 18 tahun, adiknya bernama Diana Hanni.

"Jadi, ada apa dengan Mama saya Dok?"tanya Hanna berbicara kepada Dokter Rudy dengan resah. Hanna takut kehilangan orang tuanya seperti 4 tahun silam yang lalu. 4 tahun yang lalu tepat di hari ulang tahunnya yang ke 15 tahun papanya meninggalkan dirinya dan keluarganya untuk selama-lamanya saat terbang ke jakarta. Pada saat itu memang kado sudah sampai di tangan Hanna terlebih dahulu, mungkin sang papa sudah merasakannya terlebih dahulu. Dan benar saja pesawat yang papanya tumpangi mengalami kerusahan pada bagian mesin pesawat dan mengakibatkan pesawat yang papanya tumpangi terjatuh, tidak ada yang selamat saat peristiwa terjatuhnya pesawat itu. Hanna dan Hanni, Menangis dan meraung memangil-manggil nama ayahnya selama pemakaman berlangsung. Tak hanya itu, Hanna lebih terpukul saat adiknya yang sangat ia cintai menyebut dirinya sebagai pembunuh sang ayah.

Saat itu Hanna hanya bisa menangis dalam hati, sampai saat inipun Hanni masih membeci Hanna bahkan amat sangat membeci Hanna. Hanna hanya bisa berdoa supaya Hanni bisa menjadi Hanni yang dulu, Hanni yang menghormati dirinya sebagai Kakak dan menghormati ibunya sebagai orang yang sudah melahirkan dirinya dan adiknya. Hanya itu tidak lebih dan tidak kurang.

"Kondisi ibu Lydia makin hari makin memburuk. Rahim ibu Lydia harus segera di angkat, dengan melakukan operasi."

"Tapi Dok, saya tidak punya biaya untuk itu semua Dok. Untuk makan saja saya sudah bersyukur banget, Dok."ucap Hanna sambil menggigit kuku jarinya, membayangkan berapa banyak nolnya saja Hanna sudah bergidig ngeri. "Tapi saya akan usahakan mencari uang itu, Dok. Tapi kalau boleh tau kira-kira berapa biayanya ya, Dok?"

"Bagus, saya salut denganmu, anak muda. Jaman sekarang jarang anak muda peduli dengan orang tuanya."sang Dokter tersenyum dan membayangkan andai wanita muda yang di hadapannya adalah anaknya. "Soal biaya saya tidak tau pastinya. Coba anda tanyakan pada bagian keuangan di rumah sakit ini,"lanjut sang Dokter.

Hanna berdiri segera pamit dan melangkah keluar menuju bagian keuangan.

"Permisi Mba, saya ingin bertanya biaya operasi atas nama Ny. Lydia, ruangan melati nomor 56B. Berapa ya Sus?"
Hanna membaca mantera dalam hati'jangan mahal, jangan mahal, jangan mahal.... Please, please, please...'

"Atas nama Ny. Lydia ruang rawat melati nomor 56b dengan biaya operasi 1 Milliyar,"jelas sang suster membuat Hanna sesak nafas sehingga ia menghentikan membaca mantera.

"Nona, Nona tidak apa-apakan?"tanya suster melambai-lambaikan tanggannya di depan wajah Hanna.

"Mm.. ng-ngapapa ko sus,"Hanna segera meninggalkan suster.
Dan melangka keluar rumah sakit menuju restoran tempat ia bekerja mengumpulkan pundi-pundi uang.

***

"Ulala babeh, kenapa nih you bengong, Hem,"Hanna terkaget saat Siska sahabat satu-satunya yang super-duper bawel, kepo dan lebay datang menghampiri dirinya.

"Astaga, Siska! Bikin kaget aja tau gak sih,"ucap Hanna cemberut dan melipat tangannya di dada.

"Sorry-sorry. Btwanywaybusway dari tadi gua liat lu kaya ngga semangat ya, kenapa?"Tuh kan beginilah sifat Siska yang sangat amat Kepo!

"Gua gak pa-pa, Sis. Cuma lelah aja, lu taukan gua kerja 2 tempat makanya gua cape. Apalagi gua belum sempet istirahat."

"Masa sih?"Siska masih tak percaya dengan ucapan Hanna. Memang Hanna bekerja 2 tempat, namun sejauh ini Siska belum pernah mendengar Hanna mengeluh, setiap hari Siska melihat sahabatnya menjalani hari-harinya dengan tersenyum. Namun Siskapun sudah tau bahwa Hanna sedang menanggung beban berat, bahkan iapun memikirkan untuk memikul beban milik Hanna saja sudah tak kuat seperti Hanna. Hanna itu sosok wanita yang kuat, baik dan masih banyak hal positif di dalam dirinya.

Bahkan yang Siska tau dengan desas-desus di restoran ini sang pemilik restoran berbintang ini suka dengan Hanna. Memang Hanna tak hanya cantik fisiknya saja, namun Hanna juga sangat cantik hati dan tingkah laku.

"Astaga Siska! Masa lu ngga percaya lagi sih sama gua?"

"Bukannya gitu Han, gua sayang dan peduli sama lu. Gua mau lu berbagi beban yang ada di hati lu ke gua, mungkin dengan cerita permasalahan lu?"

Hanna memeluk sahabatnya."gua bakalan cerita sama lu, Sis. Tapi jangan di sini ya. Di rumah gua aja, sekalian lu nginep, gimana?"

"Oke deh, udah lama juga gua gak nginep di rumah lu. Tapi sebentar, gua ganti baju. Jangan kemana-mana. Lu tunggu di sini jangan tinggalin gua, kalau perlu lu jangan bergerak dari tempat lu berdiri."ucap Siska berbicara sambil melangkah mundur dan berlari keruang ganti. Hanna hanya mengelengkan kepalanya, hanya sifat Siska yang konyol dan lucu yang bisa membuat Hanna tersenyum.

***

"Adik lu belum pulang, Han?"

Hanna menyalakan lampu rumahnya. "Kayanya sih belum, Sis."

"Muke gile, lu gak marah gitu? Secara dia kan anak abg dan gak seharusnya pulang malam."

Hanna menghembuskan nafasnya pelan."gua udah sering bilangin dia, Sis. Apalagi semenjak bokap meninggal dia sudah sangat jarang ada dirumah. Dulu waktu satu-tiga SMA di sering keluar karna kerja kelompok. Tapi semenjak dia masuk kuliah dia jadi jarang banget di rumah. Kalau pulang pasti hanya untuk minta uang kalau ngga ya, pas mabuk."Hanna berbicara sendu.

"Yang sabar ya, Hann. Lambat waktu gua yakin, adik yang lu cintai bakal berubah. Entah kapan hanya waktu dan Tuhan yang menjawab,"Siska mengelus punggung Hanna memberikan ketenangan.

"Yaudah gua yakin lu haus kan? Gua ke dapur dulu deh. Ambil minum buat lu, tapi sorry nih Sis. Gua adanya air dingin aja, gak pa-pa kan?"

"Iya gak pa-pa, di kos-kosan gua juga minum air putih ko. Lebih sehat lagi."

Dug... dug... dug...

Tiba-tiba pintu di gedor dengan keras.

~//~

Revisi part satu kelarr....

Pemain tambahan sudah keluar.

Sorry bila masih ada typo.

Tbc....




#1. The woman one billion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang