1. Pertemuan

4.9K 596 25
                                    

-Ranti-

Acara besar yang akan digelar Keraton, yakni pernikahan mas Sada dan calon istrinya, mbak Raras akan segera dimulai. Ah ya..aku kali ini berpartisipasi untuk menjadi panitia acaranya--seluruh acara--kecuali akad nikah dan resepsi. Karena di kedua acara besar tersebut aku harus berada bersama keluarga besarku untuk mewakili pihak keluarga Kerajaan yang lain, tidak mungkin aku berkeliaran kesana kemari pada saat itu.

Mbak Ayu, yang menugasiku untuk ikut acara ini. Lumayan, untuk mengisi waktu luangku dan lebih menjaga rasa kekeluargaan meskipun aku berasal dari keluarga Kerajaan yang berbeda. Tapi apalah...kehidupan Kerajaan jaman sekarang, berbeda dengan jaman dulu, kecuali kehidupan Kerajaan di London, Inggris.

Pagi ini aku memasuki pelataran parkir Keraton dengan mengemudikan honda crv keluaran tahun 2016 warna hitam favoritku dan beranjak berjalan menuju alun-alun lor sebelum nantinya aku berhenti di sasana sumewa, tempat dimana aku akan bertemu dengan mbak Ayu. Oh ya, sasana sumewa disini seperti ruang tunggu tamu, tamu yang hendak bertemu dengan anggota Kerajaan maupun Raja itu sendiri. Tapi jangan salah, setelah sasana sumewa ini masih ada beberapa lapis area lagi sebelum benar-benar bisa bertemu Raja.

"Mbak..Aku di ruang tunggu ya. Udah sampai nih." Ucapku melalui telepon, setelah mendengar ucapan balasan 'oke.' aku segera duduk. Dua orang abdi dalem menyuguhiku minuman dan aku sembari menunggu mbak Ayu, kumainkan ponselku.

"Tante Ranti?"

What? Sudah berapa lama aku tidak mendengar sebutan 'tante' oleh suara orang dewasa itu? Ini pasti....

"Mas Smaraaaa...suka gitu deh." Kataku memasang wajah cemberut saat menolehkan wajahku ke arahnya.

"Hehe, kangen. Dari kapan disini?" Tanya Smara setelah memelukku sekilas.

"Barusan. Kamu Mas yang dari kapan disini. Udah lama? Aku kemarin ketemu sama kakakmu yang judes itu..."

"Yah..udah duluan ketemu..." ucapan Smara belum selesai karena setelah ada yang memotong seenaknya.

"Siapa yang judes?"

Ya, itu kakaknya yang judes yang dengan seenaknya memotong pembicaraanku dan Mas Smara.

Aku tidak menggubris pertanyaannya sambil mengangkat sedikit kedua bahuku. Masa bodoh.

"Besok-besok si Tante ini jangan boleh masuk kafe, Dik. Bikin malu.." ujar mas Swarna dengan tetap tenang sambil akan berlalu.

Mendengarnya tentu aku tidak terima dengan perkataannya, aku beranjak dari kursi dan mencengkal lengannya. "Siapa yang tante-tante?? Siapa yang bikin malu? Dasar om-om haus bela......."

Belum selesai kuucapkan kalimatku, mas Swarna membekap mulutku dengan satu tangannya yang bisa membenamkan seluruh wajahku, saking besarnya.

Beuh ini tangan om-om sadis juga! Aku terus membatin sembari meronta melepaskan diri dari 'terkaman' mas Swarna.

"Aduuhh...kalian ini nggak berubah ya! Mas.. udah ah jangan digangguin Rantiii." Mbak Ayu datang menyelamatkan aku.

"Kamu ada apa sih Yu dari kemarin ketemuan sama dia?" Mas Swarna bertanya pada mbak Ayu.

Sebentar, yang mau ketemuan mbak Ayu kan aku, kenapa dia yang sewot? Batinku sambil membenahi rambutku yang sudah teracak oleh 'keganasan' perilaku mas Swarna.

Uhuk! Bahasaku..

"Ya koordinasi bantu-bantu buat persiapan acara Sada, Mas.. mumpung ada yang bisa dimintain tolong kenapa nggak." Ujar mbak Ayu membelaku.

My Sun (Dineshcara) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang