11. Ungkapan Sayang

10.8K 1.5K 230
                                    

Sudah satu jam (namakamu) duduk di samping Iqbaal, menemani anak kesayangannya yang belum juga menunjukkan keadaan membaik.

Sudah tidak terhitung berapa banyak kecupan yang dia berikan di punggung tangan Iqbaal yang terasa dingin. Tangannya terangkat mengusap pelipis Iqbaal dan tersenyum tipis. Melihat Iqbaal terbaring lemah seperti ini, kembali mengingatkannya dengan Fakhri dulu. Rasa takut yang sama kini kembali memeluknya dengan erat. Takut kalau Iqbaal tidak akan pernah bangun lagi seperti pamannya.

"Mommy sayang Iqbaal..." lirih (namakamu) dan air matanya kembali merembes keluar.

"Iqbaal denger Mommy ngomong, kan? Iqbaal bisa denger Mommy... Mommy sayang sama Iqbaal, jangan tinggalin Mommy."

Ibu mana yang tidak takut, cemas, dan sakit hati melihat anak kesayangannya seperti ini? (Namakamu) kembali terisak dan perlahan erangan-erangan pilu mulai terdengar di ruang ICU yang hanya di isi Iqbaal dan (namakamu).

"Jangan bikin Mommy takut, Baal. Mommy nggak mau kehilangan Iqbaal lagi, Mommy mau liat Iqbaal bilang sayang lagi ke Mommy, ngejekin Daddy jelek kayak Iqbaal waktu kecil. Jangan ikut Om, Mommy mohon..."

(Namakamu) memejamkan kedua matanya, memeluk tangan Iqbaal dengan sangat erat. Takut kalau nanti Iqbaal tiba-tiba pergi meninggalkannya.

"Mommy sayang Iqbaal, Mommy nggak mau kehilangan Iqbaal, Mommy sayang sama Iqbaal, Iqbaal jangan tinggalin Mommy, Mommy sayang Iqbaal."

Hanya itu yang sekarang bisa (namakamu) katakan di tengah tangisnya yang semakin kencang. (Namakamu) beranjak dari duduknya, melepaskan genggamannya di tangan Iqbaal dan mengusap wajah Iqbaal.

Bibir (namakamu) kembali bergetar setiap mengusap wajah Iqbaal seperti ini. Ingatannya melayang mengingat Iqbaal saat baru lahir, terlihat polos tanpa setetes dosa, bayi kecil yang selalu dia hujani dengan kecupan-kecupan sayang, bayi kecil yang dia beri harapan besar untuk masa depan sebagai peganti 'Iqbaal'. Dan sekarang, bayi kecil menggemaskan itu terbaring lemah di sini. Berdiri di antara hidup dan mati.

(Namakamu) mencium kening Iqbaal lama sampai air matanya terjatuh membasahi wajah Iqbaal yang pucat pasi. (Namakamu) melepaskan ciumannya, lalu menempelkan keningnya di kening Iqbaal.

Terasa sangat dingin.

"Mommy masih butuh Iqbaal." ucap (namakamu), suaranya tercekat di kerongkongan karna sesak yang begitu luar biasa.

"Mommy nggak akan ngizinin kamu pergi sebelum kamu bangun dan bilang sayang sama Mommy, Mommy nggak akan ngizinin bayi Mommy pergi!" tegas (namakamu).

(Namakamu) memejamkan kedua matanya, "Ayo bangun, Baal. Ayo kita makan makan malam bareng lagi, terus kita cerita-cerita lagi. Kamu tau? Ina nangis terus gara-gara kakaknya nggak bawa pulang harum manis dan malah tiduran di sini."

Rasanya, luar biasa patah hati. (Namakamu) tidak tahu bagaimana kondisi hatinya saat ini. Mungkin sudah hancur dan menjadi debu.

Lalu, bagaiaman jika Iqbaal akhirnya meninggalkannya?

***

Fakhri memejamkan kedua matanya. Masih tetap memeluk Ina yang sesekali masih terisak. Fakhri sesekali bergerak ke kanan dan kiri untuk membuat Ina tenang.

Satu yang membuat Fakhri merasa terpukul adalah; kenyataan yang baru saja di dengarnya dari dokter Ryan. Fakhri menggeleng dan tertunduk. Kenapa harus seperti ini? Kenapa masa lalu harus kembali lagi mengusik ketenangan Fakhri?

"Daddy, Kak Iqbaal nggak papa, kan? dokter tadi cuma bercanda, kan?" tanya Ina lirih.

Fakhri membuka kedua matanya dan menghela napas. Di tatapnya Ina yang menunggu jawaban darinya, putri kecilnya itu memang mendengar sendiri apa yang di bicarakan dokter Ryan tadi.

Bubi & Pluto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang